Hukum alam yang tak terbantahkan terdiri dari dua : Dharma dan Adharma
Dharma adalah tindakan yang tepat. Tepat berarti moderat, sedang-sedang. Tidak berat ke arah kanan atau kiri. Selama ini kita hanya mengenal tindakan yang benar, namun sesungguhnya tindakan benar tidak sama dengan tindakan tepat. Tetapi tindakan tepat dapat dipastikan benar. Karena pemahaman umumnya  yang dimaksudkan dengan benar memiliki kecendrungan hanya bagi golongan atau kelompokknya sendiri; satu pihak. Sedangkan dharma berkaitan dengan kepentingan bersama.
Walaupun benar hanya bagi sebagian orang. Mengapa hanya berlaku bagi sekelompok orang?
Ya, kebenaran berkaitan atau sarat dengan kepentingan. Bila dianggap menguntungkan, maka dianggap benar. Benar bagi golongan atau kelompok sendiri belum tentu benar bagi kelompok orang lain. Banyak contoh dalam kehidupan keseharian kita di masyarakat.
Kita sering melihat dalam berita bahwa sekelompok orang atau golongan menutup tempat peribadatan keyakinan yang tidak sama. Inilah yang disebut kebenaran satu pihak, sungguh pemahaman yang sangat sempit. Oleh karena itu, tidak alasan yang dapat dibenarkan ketika tindakan ini dilakukan. Hanya rasa tidak suka. Alasan bisa dicari dengan seribu cara demi membenarkan tindakannya. Yang aneh bin ajaib, biasanya yang melakukan adalah golongan mayoritas. Cara berpikir seperti tidak terbatas golongan yang tidak atau kurant pendidikan, tetapi yang katanya terpelajar pun melakukan. Ada petinggi dari golongan mayoritas bisa berkata bahwa golongannya yang jelas-jelas mayoritas dikatakan bahwa sedang di dzolimi atau dikriminalisasi. Benar-benar cara berpikir yang hanya mau menang sendiri. Silakan menilai sendiri.....
Jelas bahwa kelompok atau golongan ini belum kenal istilah Dharma. karena tanpa sadar mereka bertindak berlawanan dengan DHARMA. Yang mereka hanya kenal istilah bahwa ketika golongannya diperlakukan yang tidak benar menurut anggapannya, maka disebut penindasan. Mereka hanya kenal tindakan yang benar dan baik bagi golongannya. Inilah yang disebut Adharma.
The Golden Rule
Para penganut jalan Dharma selalu memikirkan tindakan berdasarkan The Golden Rule, hukum dasar yang berlaku di alam ini. Hukum yang menjadi landasan kehidupan. 'Perlakukan orang lain sebagaimana dirimu ingin diperlakukan.' Melakoni tindakan atas landasan Dharma yang perbuatannya selaras dengan alam juga berarti mengembangkan atau meningkatkan kinerja neocortex atau pola pikir kritis.
Pengembangan neocortex berarti juga melakukan tindakan yang digariskan oleh alam pada diri kita. Sebaliknya, bila seseorang melakukan tindakan yang bertentangan dengan Dharma atau Adharma berarti tidak mempunyai rasa tanggung jawab pada manusia dam semua makhluk hidup di atas bumi. Setiap manusia berhak mengembangkan neocortex bermakna bila tidak berarti ia mengingkari tugas manusia di bumi sebagai pemelihara bumi serta isinya.
Tindakan Adharma adalah tindakan yang hanya mementingkan kenyamanan tubuh atau preya, pemujaan hawa nafsu. penyembah berhala kenyamanan indrawi. Ini bukan sifat mulia atau shreya. Ini tidak sesuai dengan penggunaan neocortex. Dengan kata lain, mereka masih pada penggunaan limbik, otak hewani. Perlu diketahui bahwa neocortex hanya ada pada manusia. Selain neocortex, ada limbik, bagian otak yang diwarisi dari hewan.Â
Bagian ini memiliki kemampuan untuk mensuport kinerja intelektual. Intelektual berkaitan dengan untung atau rugi. Ini pola pikir hewan yang hanya mementingkan kenyamanan diri, kelompok atau golongannya. Total masih pada kesadaran fisik atau indrawi.