Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Segala Sesuatu di Sekitar Merupakan Buah Pikiran

23 April 2024   06:30 Diperbarui: 23 April 2024   07:35 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://kumparan.com/

Yup.... Memang ada yang bukan kepanjangan hasil pikiran yang berada di sekitar kita? Semua buatan manusia sekitar kita adalah buah dari hasil pemikiran.Hal atau kemungkinan yang sama bisa terjadi. Jangan-jangan kita dan benda alam termasuk manusia, hewan serta tumbuhan juga buah hasil pemikiran Tuhan? Siapa yang tahu??? Hanya Dia yang tahu.

Karena selama hidup juga tidak bakalan tahu sebagaimana si meja, kursi, televisi, dan lain-lain yang diciptakan manusia tidak bakal tahu mereka merupakan hasil pemikiran manusia. Namun jangan lupa bahwa pikiran manusia adalah energi yang bervibrasi ke alam semesta. Vibrasi pikiran merupakan energi yang tidak bakal hilang dan tersimpan di semesta. Bukankah setiap detik, bahkan sepersekian detik kita hidup bagaikan lembaran halaman yang merekam setiap kegiatan manusia?

Mengapa demikian? Karena tidak satupun pikiran manusia bisa lenyap begitu saja tanpa rekaman di semesta. Mau bukti?

Perhatikan pikiran para bijak. Dari zaman dahulu sampai sekarang tetap sama. Hanya masanya berbeda. Tiada sesuatu yang baru. Ini yang dikataka oleh Nabi Sulaiman : Nothing is new under the saun. Semua pengulangan yang berkisar bertanya: Siapa sesungguhnya diriku? Mengapa mesti lahir di dunia? Apa tujuan kelahiran ke dunia?

Mungkinkah bumi yang berumur milyaran taun hanya dihuni oleh manusia yang sekarang kita kenal? Banyak bukti yang ditemukan bahwa senjata nuklir yang belum lama ditemukan juga pernah digunakan era perang Mahabharata. Di dekat kota Baghdad masih bisa dijumpai radiasi dari nuklir. Bagaimana mungkin memotong batu demikian halus dan rata pada piramida tanpa alat tertentu? Bayangkan jika digosok denga tangan, berapa lama dan apakah mungkin presisinya demikian akurat. Dengan kata lain, ada teknolgi yang canggih di masa itu.

Sering kita lupa bahwa udara sekitar kita berupa gelombang informasi. Setiap pikiran memiliki frekuensi yang pasti berbeda. Hubungan manusia melalui telepon berdasarkan gelombang. Karena frekuensinya sama, kita bisa berkomunikasi dengan alat yang disebut telepon. Zaman dahulu, nenek moyang kita menggunakan frekuensi gelombang pikiran untuk berkomunikasi yang disebut telepati. Prinsip kerjanya sama, keselarasan frekuensi.

Perhatikan saja saat kita menuliskan sesuatu, kadang-kadang tanpa kita sadari menuliskan sesuatu informasi yang menurut kita baru. Mengapa hal ini bisa terjadi? Saat kita tidak menggunakan pikiran, jangkauan pikiran terbatas. Ketika menulis tanpa menggunakan pikiran, saat itu terjadi keselarasan dengan gelombang semesta. Saya percaya kondisi ini juga banyak dialami oleh teman-teman. Informasi masuk begitu saja. Ini karena saat itu, kita berada pada geloimbang atau frekuensi yang sama.

Para master atau para suci zaman dahulu, mungkin juga saat ini ada di sekitar kita bisa menuangkan informasi dalam bentuk tulisan. Mungkin hal ini disebutkan sebagai imajinasi. Tetapi pakah imajinasi bisa terjadi begitu saja? Segala imajinasi atau bentuk tentu sesuatu yang pernah kita lihat sebelumnya, kemudian tersimpan dalam memori. 

IMAJINASIPerhatikan para ahli filsafat zaman dahulu sampai sekarang. Mereka mendapatkan informasi dari alam sekitar kita. Yang mereka tuliskan adalah hasil renungan setelah melihat proses yang terjadi dari alam sekitar kita.

Sayangnya, kita seringkali membuang waktu untuk berargumentasi ketimbang merenungkan hal yang indah dan mengagumkan di sekitar kita. Pikiran kita banyak terserap untuk membesarkan egoisme. Kita lupa bahwa penderitaan yang kita alami saat ini sebagai akibat ulah kita yang membesarkan ego. Ego adalAh pikiran yang menganggap diri paling 'WAH'

Kita lupa bahwa keberadaan kita di bumi bukan untuk membesarkan ego. Namun sebaliknya untuk memusnahkan ego. Selama ego eksis, Dia tidak eksis. Sang jiwa yang tekurung badan (Benarkah??) tidak bisa bebas dari penjara pikiran. Gagal lagi jika hal ini terjadi sampai akhir waktu badan mesti kembali ke bentuk aslinya. Tanah, air, api, dan udara....

https://kumparan.com/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun