Pemimpin Berbudaya
Sampai saat ini negeri ini belum seorang pemimpin yang berbudaya. Dengan kata lain, kita belum memiliki seorang pemimpin berbudaya; pemimpin sejati. Karena kita belum memahami pengertian budaya secara utuh. Pentingnya memahami tentang pengertian budaya. Budaya bukanlah suatu kebiasaan, misalnya 'budaya' korupsi; 'budaya' jam karet dan lainnya. Selama ini sesungguhnya, kita belum memahami makna kata budaya. Oleh karena itu, tarian pun dianggap budaya. Ya, kita sering menganggap budaya sebagai suatu kebiasaan. Jika ditinjau dari pengertian awalnya, memang betul dari suatu kebiasaan. Tetapi kebiasaan manusia yang memahami kemanusiaanya.
Budaya adalah buah budi manusia. Secara lengkap, mari kita renungkan kutipan berikut dari buku Ananda's Neo Self Leadership by Anand Krishna:
'...budaya berasal dari perkataan 'budi' yang dengan singkat boleh diartikan sebagai 'jiwa manusia yang telah masak'. Budaya atau kebudayaan tidak lain artinya daripada 'buah budi manusia'. Di dalam Bahasa asing kebudayaan itu dinamakan 'kultur' dan diartikan pula sebagai 'buah budi manusia'. Perkataan 'kultur' itu berasal 'cultura' dari Bahasa latin, perubahan dari 'colere' yang berarti memelihara, memajukan, serta memuja-muja." (Ki Hajar Dewantara)
Jika mengacu definisi dari Bapak Pendidikan Nasional kita ini, betapa kacaunya kita ketika menganggap seseorang yang bicaranya kasar dan kacau daam suatu forum acara yang ditonton oleh banyak orang sebagai seorang 'budayawan'. Dan ironisnya, orang tersebut sering dipanggil sebagai nara sumber di beberapa stasiun teve swasta. Hanya berdasarkan anggapan dari tampilan luar saja.
Pendidikan Berbudaya
Seorang pemimpin berbudaya tentu dihasilkan dari sekolah yang juga berbudaya. Kepemimpinan, kependidikan , dan kebudayaan  merupakan Tri Tunggal untuk mewujudkan seorang Pemimpin Sejati. arah pendidikan kita saat ini belum berlandaskan nila-nilai kemanusiaan atau budaya luhur negeri ini.
Pendidikan yang dikatakan berhasil bila mampu menghasilkan anak didik yang memiliki dan melakoni nilai-nilai budaya dalam kehidupan sehari-hari. Sementara ini, sepertinya nilai-nilai budaya jarang atau bahkan tidak diadopsi sebagai landasan dasar pada kebanyakan sekolah. yang dimaksud dengan nilai budaya juga bisa dikalsifikasikan sebagai Nilai kemanusiaan dalam diri manusia.
Pada umumnya, kebanyakan belum bisa membedakan antara moral dan budaya. Â Seorang pemimpin berbudaya hanya bisa lahir atau muncul dari suatu masyarakat yang memahami budaya secara tepat. Bagaimana mungkin seorang pemimpin yang berbudaya lahir dari masyarakat yang belum memahami makna budaya?
Intelejensia
Intelejensia juga disebut buddhi. Intelejensia merupakan mind atau intelektual yang sudah dimurnikan. Tidak dalam sekejap seseorang memiliki karakter yang bermudaya, harus melalui suatu proses seumur hidup. Karena intelejensia sendiri bisa naik dan juga bisa turun lagi. Belum stabil. Dan proses ini bisa terjadi karena adanya neocortex, bagian otak yang memiliki kritikal pemikiran yang mengerti beda anatar tindakan tepat dan tidak tepat; bukan benar dan salah. Tepat berarti selaras dengan alam, tidak tepat hanya berdasarkan kepentingan diri, kelompok serta golongan sendiri.