Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Selama Masih Ada Aku, Ego Berkuasa

24 Maret 2024   09:48 Diperbarui: 24 Maret 2024   10:52 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: differencebetween.net

Aku Tidak Bisa Memaafkan

Memaafkan berarti kata kerja. Ketika seseorang mengatakan; 'Aku memaafkan si polan' berarti ada kata 'Aku'. Dan 'aku' adalah perwujudan ego. Makna kata 'memaafkan' berarti memberikan 'maaf'. Seseorang yang memberi berarti berada dalam posisi lebih tinggi atau baik. 'Merasa bisa' beda dengan 'Bisa Merasa' Di sini penyakitnya.......

Kita menempatkan diri bisa memberi.Seakan lebih tinggi atau lebih mampu. Selama ini, kita menganggap lebih baik. Perasaan lebih baik membuktikan ego yang kuat. Ini bertentangan dengan tujuan keberadaan manusia di muka bumi. Semakin besar ego semakin jauh dari Sang Maha Sumber. Membesarnya ego juga berarti membesarkan nafsu.

Kesalahan

Ketidaktepatan, ini kata lebih pas daripada kata 'kesalahan'. Dengan memaafkan berarti kita benar, padahal segala yang kita alami merupakan akibat dari suatu sebab. Semuanya hanya persepsi atau anggapan. Tiada satu pun di dunia benda ini yang bebas dari hukum sebab-akibat. Yang kita butuhkan bukan kemampuan untuk memaafkan, tetapi kesadaran.

Sadar bahwa yang penderitaan yang kita alami merupakan akibat dari perbuatan kita sendiri. Mungkin banyak orang akan mengelak bahwa selama ini 'rasanya' ia tidak pernah melakukan perbuatan tidak baik terhadap orang lain. Bisa saja demikian, namun 'Bagaimana dengan perbuatan dalam kehidupan sebelumnya?'. Lain halnya dengan 'Bisa Merasa' kita sadar akan diri sendiri akan perbuatan kita.

Akumulasi sebab

Dalam kehidupan saat ini kita mesti menyadari bahwa segala sesuatu yang kita alami saat ini sebagai akibat perbuatan masa lalu, baik dalam kehidupan sekarang atau sebelumnya. Masa Lalu, Masa Kini, da Masa Depan merupakan satu kesatuan tak terpisahkan. Karena hidup merupakan keberlanjutan, saat ini bertubuh. Ketika tubuh sudah saatnya ditinggalkan, yang berjalan lebih lanjut adalah roh; pikiran dan perasaan. Dalam roh ada memori segala perbuatan masa hidup dengan tubuh. Segala perbuatan dapat dipastikan diingat dalam pikiran. Namun karena yang melakukan tubuh, maka sang tubuh juga yang harus merasakan.

So, dengan menyadari bahwa segala sesuatu sebagai akibat masa lalu, kita akan bisa menerima. Penerimaan ini membuat kita introspeksi diri sehingga tidak lagi ada sisa kemarahan ata kekecewaan terhadap orang lain. Sehingga kita tidak perlu mengatakan bahwa 'Aku memaafkan..'. Memaafkan adalah tidak perlu diungkapkan, dengan cara ini, hidup lebih bahagia. Tidak ada satu pun merasa rugi bila kita melupakan.

Rasa penerimaan ini medorong kita untuk memperbaiki diri bahwa bila kita ingin masa datang tidak mengalami lagi, jangan lakukan perbuatan buruk jika tidak ingin mengalami penderitaan.

Kita harus ingat juga bahwa dunia ini merupakan ciptaan kita. Memberikan maaf tidak akan membantu diri kita. Menyadari kesalahan dan tidak mengulang lagi membuat kita lebih baik.

http://www.differencebetween.net/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun