Sungguh sangat disayangkan bila seorang kaya tak punya kecerdasan
Walau muda, sehat, rupawan dan keturunan bangsawan, bila tanpa kecerdasan ia mierik bunga kapuk hutan.
Tiada semerbak wangi, walcu berwarna merah menawan. (Dari buku Ancient Wisdom for Modern Leaders by Anand Krishna)
Kekayaan adalah berkah, namun bila tidak memiliki kecerdasan dalam menggunakan kekayaan, maka uang sebanyak apapun tidak akan memberikan berkah bagi sesama. Dengan kata lain, seorang kaya mesti dengan cerdas mengelola uangnya. Bila tidak, maka yang disebut untuk mensyukuri berkah pun tidak bisa dimengerti oleh si orang kaya. Seakan hanya dengan kerja kerasnya ia mendapakan harta banyak. Ia lupa bahwa mungkin seorang tukang becak bekerja lebih keras, namun tetap tidak mendapatkan uang sebanyak dia.
Lebih menyedihkan lagi, bila si orang kaya pun menjadi sombong dengan cara menggunakan uang semata untuk memenuhi kelaparan mata, perut, lidah dan selangkangan. Singkat kata, semata untuk memenuhi nafsu inderawi, karena mereka yang memiliki banyak uang semata untuk mengumbar nafsu memiliki kecenderungan menjadi pemuja materi. Mereka lupa akan tujuan utama kelahiran, dan hidup bukan lagi menjadi berkah sesama makhluk hidup.
Kecerdasan dibutuhkan bagi orang yang kaya dan berkuasa. Dengan kecerdasan yang mereka miliki, pengunaan harta menjadi berkah bagi sesama. Mereka memahami bahwa yang mereka terima juga harus segera dialirkan, dikasihkan atau diberikan terhadap sesama makhluk, maka energi aliran kehidupan terjadi. Inilah makna ucapan : 'Terima - Kasih', suatu pedoman kehidupan warisan leluhur nusantara.
Kecerdasan adalah intelejensia, bukan merupakan hasil pengetahuan belaka, melainkan hasil "pemikiran yang matang",hasil "analisis yang mendalam". Kecerdasan lahir dari kandungan pengalaman. Inilah yang disebut pengetahuan sejati, pengetahuan plus. Pengetahuan yang sangat bermanfaat untuk kesejahteraan mayarakat luas bila dotera-kan dalam keseharian. Dari suatu kepercayaan tertentu mungkin bisa dikatakan bahwa orang tersebut mengerti bahwa ayat Tuhan berserakan atau bertebaran di muka bumi. Dengan pemahaman tersebut, maka hidup menjadi rahmat bagi sesama makhluk, baik mati atau hidup.Â
Saat bisa berbagi yang diwujudkan dalam pelayanan terhadap sesama merupakan cara untuk melepaskan keterikatan terhadap yang dimilikinya. Dengan gaya hidup seperti ini, kita juga memenuhi tujuan utama kelahiran. Hidup dengan menggunakan neocortex sebagai alat atau perangkat keras untuk mengekspresikan intelejensia atau buddhi juga selaras dengan alam. Para suci dan avatar memiliki life style seperti ini.Â
Ya, tanpa kecerdasan, intelejensia, kesadaran, atau apa sebutannya, kekayaan manusia ibarat bunga kertas atau plastik. Enak dipandang, tetapi tidak menyebarkan keharuman seperti bunga sesungguhnya. Mereka yang bergaya hidup hanya mengikuti trend yang ada di dalam masyarakat bagaikan bunga kertas yang dibuat atau diciptakan oleh masyarakat.Â
Bunga kertas atau plastik memang dibuat oleh masyarakat agar mudah dikendalikan oleh sosial media. Mereka sangat mudah terpengaruh oleh riak yang terjadi di sosial media. belum menjadi manusia seutuhnya dengan memanfaatkan neocortex atau hidup berlandaskan buddhi.
Inilah pilihan manusia yang menggunakan pengetahuan sejati atau manusia bentukan masyarakat yang masih menggunakan otak mamalia atau reptilia........
Semoga banyak orang menyadari berkah hidup dengan kekayaan disertai kecerdasan........