Sangat sederhana penjelasannya....
Saya sadar bahwa saya lahir kembali ke dunia ini disebabkan banyak beban atau obesesi masa lalu mengikat kuat sehingga menarik saya untuk lahir kembali ke dunia. Tanpa adanya penyakit keterikatan, saya tidak bisa lahir lagi ke dunia ini.
Pertanyaannya mungkin bisa ditujukan bagi para suci atau rasul atau pun nabi. Mungkin kah mereka lahir kembali?
Mereka lahir kembali ke dunia karena keinginannya sendiri. Bagi mereka yang memiliki misi untuk berbagi kesadaran sebagai tugas dari Sang Maha Agung, butuh lahir lagi demi menunaikan tugas untuk berbagi. Sedangkan kita? Lahir kembali karena adanya keterikatan duniawi. Ingat istri, anak, atau pun harta duniawi saat terakhir kematian.
Ini yang membedakan kita yang bolot, bodo bin tolol. Segala ingatan kemewahan dan kenayaman indrawi direkam dalam pikiran sehingga mendorong kelahiran kita. Singkat kata, banyak sampah memori sebagai energi pendorong kelahiran kembali. Inilah yang disebut energi rendah/negatif.
Sedangkan para suci, ketika berda di dunia pun segala pikirannya tertuju kepada Hyang Maha Suci, sehingga saat kematian pun ingatan mereka ke atas; fokus pada keilahian Nyang Maha Suci. Bila kita bisa seperti ini saat maninggal dunia, kita terbebaskan dari proses lahir ulang.Â
Mind yang terdiri dari gugusan pikiran dan perasaan para suci pecah berantakan menjadi fragment-fragment kecil yangtersebar di alam semesta. Hal ini sangat dimungkinkan untuk bisa diakses oleh kita yang hidup di bumi. Tentu saja kita harus satu frekuensi, bila beda frekuensi, tidak bakalan bisa mengaksesnya. Dan berita baiknya adalah dengan mengakses fragment kesadaran para suci, kualitas kesadaran kita akan meningkat berkali lipat. Syaratnya amat mudah, bersihkan mind kita dari sampah-sampah emosi melalui latihan Yoga dan Meditasi.
Kembali ke topik utama;
Ada keterkaitannya dengan penyebab kelahiran kita; sampah emosi dan pikiran menjadi amunisi pendorong kelahiran kita. Singkat kata, kita bagaikan orang yang menyandang tumor obsesi dan sampah emosi. Bagaikan saat kita sedang menanjak, untuk turun tidak utuh/upaya besar, tetapi saat naik/nanjak kita butuh energi atau upaya ekstra.Â
Demikian juga kotoran emosi yang berupa sampah menjadi gaya tarik besar ketika ada yang sejenis. Oleh sebab itu kita patut berhati-hati bila sudah memahami makna spiritualitas sebagai tujuan utama kelahiran.