Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Perjalanan Spiritual Adalah Kemewahan

13 Maret 2024   06:30 Diperbarui: 13 Maret 2024   06:30 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://chatnews.id/

Ya betul sekali, perjalanan spiritual adalah perjalanan ke dalam diri, murah tetapi hanya orang yang tidak miskin dan lapar serta butuh keberanian luar biasa. Bahkan bias dikatakan butuh syaraf baja. Spiritual yang saya maksudkan sama sekali berbeda dengan pemahaman umum yang sering disebutkan di layar kaca. Bisa melihat makhluk halus, bisa meramal, dan hal yang dianggap luar biasa disebut sebagfai spiritual. Jenis ini hanya untuk menguatkan ego, budak ego.

Perjalanan penggalian ke dalam diri untuk mengenal kesejatian diri adalah perjalanan spiritual yang saya maksudkan. Perjalanan untuk menjadi manusia BIASA, bukan manusia yang luar biasa. Perjalanan untuk menjadi manusia bahagia, perjalanan ke alam yang lebih luas melampaui dualitas.

Ya, hanya orang yang tidak lapar. Lapar 3 'TA', bukan hanya lapar perut tetapi segala sesuatu yang masih dibutuhkan orang 'MISKIN'. Walaupun tampaknya banyak duit dan berlimpah harta dunia, tetapi akan tetap miskin bila masih mengejar harta duniawi. Mereka masih tetap pengemis, karena itu mereka masih saya sebutkan LAPAR.

Mengejar kekuasaan berarti rela menjadi budak kekuasaan, hamba yang menuhankan kekuasaan berarti penyembah berhala. Banyak orang kelaparan kekuasaan bersedia mengorbankan kemanusiaannya semata untuk menindas orang lain. Bahkan rela menjadi pengemis semata untuk menjadi seorang yang dianggap lebih berkuasa daripada oreang lain. Bisa juga mereka yang berlimpah harta dunia atau yang memburu kekuatan untuk mengungguli orang lain agar disebut sebagai orang luar biasa. lapar kekuasaan demi tampak lebih kuat. Mereka memiliki rasa takut untuk menghadapi kenyataan. Banyak jenis rasa takut, bahkan takut untuk adanya kelemahan diri. Mengakui perasaan dianggap tidak mampu ini dan itu. Kecewa dan cemas takut tidak mendapatkan 'LIKE'  ketika posting sesuatu di medsos juga penyakit mental.

Memburu ingin mendapatkan wanita semata untuk memenuhi birahi juga jenis lapar; lapar birahi. Lapar mata juga bisa dikatakan penyakit. Ingin dianggap bisa menaklukkan orang cantik, dapat atau memilki istri lebih dari satu hanya membuktikan kelaparan dirinya.

Segala sesuatu yang dikejar demi memenuhi kepuasan indrawi hanya membuktikan masih berjiwa budak. Bahkan lapar mengejar tempat atau kapling  di surga jelas masih miskin atau kelaparan. 

Banyak orang yang merasa hebat ketika mengunjungi tempat yang dikatakan rumah Tuhan, namun sesungguhnya hanya membuktikan jiwa budak. Yup, semata rela mengorbankan martabatnya hanya untuk mendapatkan prestise bisa disebut yang tidak percaya diri. Perasaan miskin hanya dimiliki oleh para pengemis.

Para pejalan spiritual bukan berarti tidak butuh uang, mereka harus kaya sehingga bisa membiayai diri sendiri dan tidak menjadi pengemis. Mereka sadar uang dibutuhkan sebagai energi. Tanpa uang tidak bisa pergi ke suatu tempat, tanpa uang tidak bisa mendapatkan kenyamanan. Meditasi butuh kenyamanan diri.

Hanya bila nyaman dirinya bisa masuk ke dalam diri. Yang bisa untuk mengisi perut di kala lapar. Mereka sadar bahwa makan untuk bisa bertahan hidup. Tubuh dibutuhkan sebagai kendaraan atau kereta untuk menyeberangi lautan dunia. Tanpa tubuh utuh dan nyaman, kita masih tetap pengemis.

Butuh keberanian luar biasa, karena bisa dianggap aneh dengan cara hidup against the tide. Hidup melawan arus mayoritas orang kelaparan 3 'TA'. Siap untuk dianggap orang gila. Tidaklah mudah untuk berjalan di atas onak duri. Penuh luka berdarah dan caci maki. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun