Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Neocortex Jembatan Menuju Sang Maha Maha Tunggal

18 Februari 2024   06:30 Diperbarui: 18 Februari 2024   06:49 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: kalam.sindonews.com

Hanya manusia yang diberikan bagian otak baru ini, Neocortex. Jadi neocortex bisa dikatakan sebagai barang tambahan atau baru. Bisa digunakan juga bisa tidak. Bila tidak menggunakan atau memanfaatkan fungsi neocortex, ia bisa tetap hidup, namun perbuatannya tidak berbeda dengan hewan. Tidak bisa menggunakan kemampuan untuk menimbang, tepat atau tidak. Kemampuan seseorang berpikir secara kritis juga diproses dengan bagian ini. 

Neocortex sebagai jembatan atau bisa saya katakan sebagai gerbang untuk menuju ke alam Ilahiah. Tetapi jangan senang dulu, walaupun sudah berada di jembatan ini, masih ada kemungkinan jatuh. Untuk tetap mempertahankan keberadaan di wilayah atau area  jembatan ini perlu bergaul dengan mereka yang juga berada di wilayah yang sama, area kemampuan untuk memilah dan memilih tindakan yang tepat/mulia dan tindakan yang tidak/semata untuk kenyamanan indrawi.Inilah yang dimaksudkan bergaul dengan rekan yang se-frekuensi.

 Dengan kata lain, seorang manusia bisa saja mengabaikan untuk tidak memanfaatkan bagian ini, namun pada umumnya mereka hanya memikirkan 3 hal: makan/minum; kenyamanan tubuh , dan seks. Ya tidak berbeda dengan hidup hewan.

Seorang insan mulia, seperti para sufi, nabi, rasul, dan para suci lainnya senantiasa berupaya unruk tetap berada di jembatan ini. Bila sampai saat tiba untuk meninggalkan dunia benda, kita tetap bisa bertahan di jembatan ini, kita bisa terbebaskan da bisa menuju ke alam Ilahi.

Inilah beda utama antara manusia yang sudah memahami kemanusiaannya dan hewan. Bisa saja berwujud/berbentuk sebagai manusia, tetapi tidak mampu juga memanfaatkan fungsi neocortex, maka bisa dikatakan sifat hewaniah yang dominan dalam semua perbuatannya.  Sayang sekali tidak bisa memahami berkah utama sebagai manusia.

Banyak disebutkan dalam warisan luhur Nusantara yang mengungkapkan bahwa menjadi lahir sebagai manusia adalah suatu berkah luar biasa. Namun karena banyak hal, maka ia tetap saja selama hidup belum memiliki keinginan untuk meningkatkan evolusi kesadaran Jiwa. Inilah yang disebut hidup dalam kerugian atau merugi.

Orang yang tidak menggunakan neocortex bekerja dan mendapatkan uang dengan segala cara. Ingin makan, ya makan. Ingin berhubungan seks yang langsung melakukannya tanpa menimbang; apakah perbuatannya tepat atau tidak. Yang terakhir inilah fungsi dari neocortex. Menimbang atau memilah antara perbuatan tepat dan tidak. Bukan benar atau salah; critical thinking.

Belajar dan amati lingkungan sekitar kita dengan seksama. Atau lebih tepat sebaiknya gunakan seluruh energi kita untuk mengamati diri sendiri. 

Banyak orang di sekitar kita tidak menggunakan fungsi neocortex secara optimal. Ini terlihat dari pikiran, ucapan serta perbuatannya yang hanya memperturutkan keinginan indrawi saja. Keinginan ego, baik golongan maupun kelompok. Yang hanya memahami keinginan tanpa bisa mengetahui perbedaan antara kebutuhan dan keinginan berarti belum menyadari bahwa ada alat atau barang baru yang disebut neocortex sebagai gerbang menuju kemuliaan diri.

Artikel ini saya gunakan semata untuk mengingatkan diri sendiri betapa besar berkah menjadi manusia........ 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun