Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Janganlah Mengikuti Kemauan Anak

5 Februari 2024   06:30 Diperbarui: 5 Februari 2024   06:47 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: booksindonesia.com

Bila yang kita lakukan seperti menyakiti tubuh makhluk lain termasuk manusia tidak dibalas, berarti tidak sesuai dengan hukum alam. Jelas dalam kitab yang ditinggalkan oleh para suci menyebutkan bahwa setiap anggota tubuh bertanggung jawab atas perbuatannya. Bila tangan memukul, pastilah akan dibalas mengalami sakit karena dipukul. Baik dibalas baik, buruk dibalas buruk. Dalam hukum alam tidak ada bahwa perbuatan buruk bisa diimbangi dengan kebaikan. Hanyalah akal bulus manusia yang mengenal cara ini demi keuntungannya sendiri.

Secara ilmiah terbukti bahwa dalam otak kita ada yang disebut limbic atau batang otak yang terdiri dari mamalian brain dan reptilian brain. Bagian otak yang baru disebut Neocortex, front lobe.

Kecenderungan hewani terdapat pada hewan. Ini ada pada setiap hewan yang berkeinginan untuk hidup. Demikian juga manusia memiliki sifat untuk bertahan hidup. Bila untuk bertahan hidup, kita sampai hati mengorbankan kepentingan orang lain, berarti kita belum hidup sebagai manusia yang menggunakan otak barunya; Neocortex. Bagian inilah yang membedakan manusia dengan hewan. Manusia memiliki kemampuan untuk menimbang, apakah perbuatannya untuk semata untuk bertahan hidup atau untuk sesuatu yang lebih mulia, untuk kepentingan bersama.

Bila kita mementingkan diri, kelompok atau golongan sendiri (sama keyakinan) berarti ia masih menggunakan otak hewan, otak reptil dan mamalia.

Masih'kah kita mau mengikuti kemauan seorang anak yang masih memiliki mengikuti watak dasar kehewaniannya? Bisa juga diartikan bahwa kita menghormati hak kelahiran si anak dengan cara mengembangkan nilai kemanusiaan yang ada dalam setiap orang sehingga membentuk anak menjadi insan mulia. Inilah transpersonal, 'Perlakukan sesamamu sebagaimana dirimu ingin diperlakukan'

Inilah tujuan dari pendidikan yang sesungguhnya ; "Memunculkan KEMANUSIAAN setiap anak" Dengan kata lain, mengembangkan penggunaan neocortex dalam diri setiap anak. Membentuk watak yang responsif, bukan reaktif.

Silakan baca buku ini: BRINGING THE BEST IN THE CHILD by Anand Krishna

Sumber gambar: booksindonesia.com
Sumber gambar: booksindonesia.com
 

https://www.booksindonesia.com/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun