Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kecerdasan Emosional? Kepintaran Emosi...

26 Januari 2024   06:30 Diperbarui: 26 Januari 2024   06:43 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : https://www.crystalinks.com/

 Kecerdasan Emosi?

Kecerdasan Emosi yang dikenal dalam bahasa asingnya sebagai Emotional Quotient sesungguhnya baru menyentuh pengembangan lapisan emosi. Dan yang perlu kita ketahui bahwa emosi adalah energi yang selalu berubah atau belum stabil (Energy in motion). bagaimana mungkin bisa disebut kecerdasan? Dan yang perlu kita ketahui adalah bahwa emosi ini masih berkaitan dengan otak mamalia atau mammalian brain. Sedangkan pemahaman saya, kecerdasan berkaitan dengan pengembangan neocortex. Pengembangan kemanusiaan.

Memang pemahaman saya berbeda; bagi saya yang disebut kecerdasan atau intelejensia berkaitan dengan buddhi. Jadi,  kecerdasan biasanya dikaitkan dengan sesuatu yang lebih tinggi atau mulia; intelejensia. Ketika seorang yang mengembangkan kecerdasannya, bermakna bahwa ia berupaya untuk hidup selaras dengan alam. Berupaya melakukan perbuatan yang mengarah ke sejatian diri sehingga kemanusiaan seseorang bisa berkembang. 

Intelejensia adalah kecerdasan alam atau Ilahi. Sebagaimana sifat alam yang senantiasa memberi dan menyatukan. Sifat alam saling melengkapi dan tidak memecah. Ini yang kita teladani. Kita semakin menjauh dari keteladanan alam yang juga disampaikan oleh para suci atau nabi.

Intelejensia menyatukan karena merupakan ekspresi dari sifat alam. Sedangkan intelektual memecah belah karena memang inilah pikiran manusia pada umumnya. Keinginan untuk menguasai dan lebih unggul dari orang lain adalah intelektual. dasarnya untung-rugi. Memang banyak dari kita belum memahami hal ini. Dengan mudah kita bisa melihat gejala ini pada media sosial. Bila kita jeli, maka akan dengan gampang membaca komentar pada media sosial atau postingan yang dibuat atau dituliskan oleh teman. Selanjutnya, perhatikan komentar yang menanggapi. Sedikit sekali yang memberikan tanggapan membangun atau konstruktif.

Dalam buku This is Truth That too is Truth by Svami Anand Krishna, www.booksindonesia.com dituliskan:

 "Mind (atau gugusan pikiran dan perasaan) memecah belah, intelejensia mempersatukan. Mind mendiskriminasikan intelejensia  memilah dan membedakan tindakan yang tepat dari yang tidak tepat."

Intelejensia merupakan penghalusan kualitas intelektual. Pada awalnya hampir seluruh cara pikir kita berdasarkan intelektual, karena memang otak manusia terdiri dari limbic (mamalian brain dan reptilian brain). Bagian otak yang dibawa ketika masih belum berkembang menjadi manusia. Saya percaya banyak yang tidak percaya, tetapi kenyataannya cara berpikir manusia yang belum mengembangkan otak baru; neocortex, tidak beda cara kita menghadapi masalah seperti reptil : fight or flight. Kemudian penggunaan otak mamalia sudah mulai  menggunakan emosi. Rasa yang mementingkan diri, kelompok, atau golongan sendiri masih berdasakan emosi. 

Banyak dari kita belum memahami hal ini. Dengan mudah kita bisa melihat gejala ini pada media sosial. Bila kita jeli, maka akan dengan gampang membaca komentar pada media sosial atau postingan yang dibuat atau dituliskan oleh teman. Selanjutnya, perhatikan komentar yang menanggapi. Sedikit sekali yang memberikan tanggapan membangun atau konstruktif.

Dan bila seseorang mulai mengembangkan front lobe atau neocortex, seseorang akan selalu memikirkan untuk kepentingan umum; egoya sudah tidak lagi dikedepankan, misalnya para suci dan nabi atau para sufi. Setiap manusia memiliki peluang bila dan bila mau mulai berupaya melakukan transformasi dri intelektual menjadi intelejensia atau buddhi. Cara berpikir yang harus ditingkatkan pada tingkat kualitas pola pikiranku untuk kepentingan yang lebih besar. Istilah dalam bahasa Sansekertanya: Loka Samgraha. Untuk kesejahteraan bersama bukan hanya untuk kepentingan diri dan golongan.

Tujuan Keberadaan Manusia 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun