Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tempat Ini Paling Berbahaya

15 Januari 2024   09:38 Diperbarui: 15 Januari 2024   10:06 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: kompas.com

Mall adalah tempat paling berbahaya....

Memang tempat yang banyak disukai orang untuk berjalan-jalan, makan dengan rekan bisnis untuk urusan kapat proyek dsb. Juga tempat untuk bertemu dan ngobrol dengan kerabat atau keluarga. Bisa juga untuk menghabiskan waktu  serta cuci mata. Banyak hal yang bisa didapatkan saat di mall. Tetapi semuanya dapat dipastikan dengan kenyamanan indrawi.

Banyak toko dibuka untuk berjualan merupakan sumber mendapatkan uang. Tetapi sedikit orang ke mall hanya untuk mencari kebutuhan, bukan memuaskan keinginan. Mengapa berbahaya?

Pernahkah kita berpikir bahwa banyak setan kacau merajalela?

Bukan rahasia lagi bahwa banyak orang cari penglaris agar dagangannya laku. Segala upada dilakukan demi melariskan dagangan. Bukankah orang yang membantu di toko mengharapkan barang dagangannya laris? Gawat kan bila tokonya sepi? Bisa tutup tokonya. Mau cari kerja di mana lagi?

Nah pola pikir saudara kita yang bekerja di toko tentu berpikir demikian. Pikiran serta keinginan adalah energi.

Belum lagi para pemilik toko yang mamanfaatkan jasa dukun untuk pelaris tokonya. Katakan, tilak menggunakan jasa dukun, tetapi energi pikirannya tentu mengharapkan barang dagangannya laris sehingga tidak mendapatkan kerugian. Pola pikir umum...

Yang menjadi daerah paling berbahaya adalah karena setiap toko berpikir sama. Ini membentuk pola energi yang dahsyat. Sehingga pola pikir kita menjadi selaras. Tidak heran bila semula hanya ingin jalan-jalan, tetapi melihat diskon dan sebagainya membuat kita ingin membeli ini dan itu...

Padahal barana tersebut sudah kita miliki, dan sesungguhnya tidak sangat dibutuhkan. Akhirnya sampai di rumah sering-sering tijdvak bermanfaat. Kantong terlanjur terkuras, barangnya mubazir.......

Pengalaman saya pribadi juga begitu......

Melihat barang yang dipamerkan, ingin beli. Padahal barang tersebut sudah saya miliki. Secara kecukupan, saya bisa beli. Tetapi bukan kebutuhan utama. Dan saya tahan dulu. Ketika sampai di rumah, baru tersadarkan bahwa barang tersebut tidak butuh Karena barangand yang sudah ada masih bisa digunakan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun