Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sembahlah Para Dewa, Hidupmu Sejahtera

25 Desember 2023   06:39 Diperbarui: 25 Desember 2023   07:04 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : https://unair.ac.id/memaknai-bencana

Berbaktilah Pada Dewa

Lucu sekali jika masih berpikir bahwa dewa adalah Tuhan. Sama sekali berbeda. Dalam pemahaman lelehur kita, yang dimaksudkan dengan Tuhan Pada umumnya adalah Hyang Maha Meliputi, istilahnya Brahman. Sedangkan yang dimaksudkan dengan dewa atau divya adalah kekuatan alam.

Dalam tradisi Hindu, bukan pemahaman sempit bahwa Hindu sebagai agama atau kepercayaan tertentu, tetapi Hindu sebagai suatu Wilayah peradaban. Misalnya dewa Indra sebagai penguasa kekuatan alam yang di langit, misalnya hujan, iklim atau musim. Bila kita tidak berbakti, mk yang terjadi seperti saat ini. Perubahan iklim, dan tidak disangkal bahwa akibat kita membakar minyak banyak penyakit. Karbon dioksida yang kita emisikan atau keluarkan dari ulah kita, pembakaran batubara, minyak dari alam berakibat terjadinya pemanasan global. Es di kutub nencair berdampak pada kenaikan air laut. Banyak ramalan bahwa Jakarta akan tenggelam di masa depan. Inilah akibat kita tidak berbakti atau selaras dengan alam. Ya karena kita hanya mengejar kesenangan sesaat.

Dewa air, Varuna atau Baruna. Kita mencemari air laut dengan plastik, mencemari air sungai dengan sampah atau limbah lainnya. Mengambil air tanah untuk hal yang tidak perlu berakibat intrusi atau masuknya air laut ke dalam tanah. Banyak sudah penelitian bahwa sebagian wilayah Jakarta sudah terjadi rembesan air laut sampai di Bundaran Hotel Indonesia. 

Dewa Khubera, dewa kekayaan. Pernahkah kita berpikir menggunakan uang secara bijak atau tepat?

Kita menghamburkan uang untuk membeli segala sesuatu yang terkadang tidak kita butuhkan. Terkadang kita terjebak karena sedang 'sale', kita belibarang yang akhirnya jadi tumpukan sampah di rumah. Perhatikan saja dalam lemari pakaian kita. Beli baju yang kadang sering kita simpan, Bahkan hanya sekali. Tetapi karena sayang dibuang, akhirnya banyak pakaian menumpuk. Barng-barang dapur, ibu-ibu beli karena sedammo 'sale', tetapi akhirnya numpuk di gudang. Perhatikan bila di keluarga banyak yang sakit disebabkan karena tumpukan barang yang sayang kita buang, akhirnya jadi sarang penyakit. 

Pola Pikir

Perluas cara pandang kita, pikiran sempit yang hanya menganggap bahwa keyakinan atau kepercayaan kita PALING BENAR telah menarik kita ke level energi rendah. Rasa bahwa paling benar berarti kita tidak bisa melihat bahwa dunia ini berwarna hitam atau putih saja. Kita dulu hanya melihat televisi hitam putih bosan, kemudian pilih yang berwarna.  Bukankah dunia ini indah karena berwarna-warni?

Bayangkan bila kita nonton sinetron pemainnya baik semua. Bosan pasti'kan?

Demikian pula bila jahat semua yang main sandiwara, pastilah kita langsung tidak melanjutkan menontonnya.

Pola pikir yang menganggap bahwa pemeluk ANIMISME adalah penyembah dewa atau berhala telah membuat kita merusak lingkungan dengan cara menebang pohon-pohon di hutan. Dampaknya? Banjir dan longsor. Kita menderita. Ulah para dewa atau hukuman Tuhan? Ya akibat perbuatan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun