Mohon tunggu...
Maryu Lisman
Maryu Lisman Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Memotivasi diri untuk menjadi yang terbaik, Pustakawan di Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Wisuda Islami di Kampus "Sekuler"

25 Oktober 2012   02:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:25 952
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1351132925806293863

[caption id="attachment_205791" align="aligncenter" width="280" caption="Menghantarkan Kesuksesan"][/caption] Suasana kegembiraan dan keceriaan terpancar pada para calon wisudawan dan wisudawati Akademi Kimia Analisis (AKA) Bogor. Begitupun yang dirasakan dengan adik saya, Panca Nurmalina. Sejak beberapa hari sebelum pelaksanaan wisuda, 24 Oktober 2012, saya dan ayah saya diminta datang oleh Panca sebagai tamu undangan dari calon wisudawan dan wisudawati.

Sayapun pernah merasakan apa yang dirasakan oleh Panca. Lima tahun yang lalu tepatnya pada tanggal 10 Nopember 2007 saya diwisuda sarjana di kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Jika dilihat dari kampusnya, tentu ada perbedaannya. UIN disebut sebagai kampus Islam dan AKA sebagai kampus “sekuler”. Namun yang terlihat dalam pelaksanaan wisuda AKATahun 2012 tersebut membuat diriku terkagum. Suasana Islami di acara wisuda AKA sangat terasa sekali.

Suasana Islami seperti apa dalam pelaksanaan Wisuda AKA Tahun 2012? Baik, saya akan paparkan satu persatu.

Pertama, para wisudawati sebagian besar mengenakan jilbab. Baik jilbab syar’I maupun jilbab yang gaul. Jilbab syar’I itu jilbab yang tidak menampakkan sanggul di belakangnya dan tidak dililit ke leher sehingga dapat menampakkan dadanya.

Kedua, Anggota senat yang perempuansemuanya mengenakan jilbab. Seperti kampus UIN saja ya?

Ketiga, Dalam sambutan perwakilan dari senat, kalimat pembukanya menggunakan bahasa arab. Seperti ustadz yang akan membertikan tausyiah.

Keempat, sambutan dari perwakilan wisudawan menampakkan bahwaia sebagai anak yang soleh. Dalam sambutannya ia menyinggung mengenai kehidupan yang hanya sesaat. Juga ia mengingatkan akan perjuangan orang tua dalam mencurahkan kasih sayangnya. Jujur, dalam sambutan ini saya sempat menitikkan air mata.

Terakhir, do’a dipimpin oleh orang yang bacaannya fasih. Nampaknya ia adalah seorang ustadz. Terlihat dari penampilannya yang berkopiah dan melebatkan jenggotnya.

Jika suasana seperti apa yang telah saya uraikan diatas terjadi kampus Islam, tentu hal tersebut menjadi hal yang biasa. Tetapi suasana islami yang hidup pada kampus “sekuler” tentu ini menjadi hal yang luar biasa.

Bogor, 24 Oktober 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun