Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa memilih seseorang menjadi pemimpin untuk suatu kelompok, yang di kelompok itu ada orang yang lebih diridlo’i Allah dari pada orang tersebut, maka ia telah berkhianat kepada Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman.”
Subhanallah, memilih pemimpin tidaklah perkara sederhana, ia merupakan hajat besar kehidupan manusia. Memilih pemimpin tidak sekedar perkara cabang dalam agama, namun bagian dari masalah prinsip.
Dalam komunitas kecil saja, memilih pemimpin harus bertanggung jawab, apalagi memilih pemimpin untuk mengurus suatu Bangsa, Propinsi, Kabupaten dst.
Sungguh, penisbatan berkhianat kepada Allah swt, Rasul-Nya dan kaum mukminin, merupakan ancaman keras bagi siapapun yang tidak bertanggung jawab dalam memilih pemimpin.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Rasulullah saw bersabda, “3 golongan yang pada hari kiamat kelak tidak akan Allah ajak bicara, tidak akan disucikan (dihapus dosa), dan bagi mereka siksaan yang pedih.
Pertama, seseorang yang memiliki kelebihan air di jalanan (bertempat tinggal di pinggir jalan), menolak memberikan air kepada ibnu sabil (musafir).
Kedua, seseorang yang memilih (membai’at) pemimpin karena ia memiliki harta. Jika ia memberi apa yang ia inginkan, ia akan memilihnya, jika ia tidak memberi materi, maka ia tidak memilihnya.
Ketiga, seseorang yang menawarkan barang dagangan kepada orang lain waktu sore hari, ia bersumpah atas nama Allah bahwa barangnya ditawar sekian, sekian. Sehingga calon pembeli membelinya dengan harga tersebut, padahal tidak pernah ada yang menawar demikian.” Shahih Bukhari, hadits ke 6672, jilid 22, hal 139.
Menurut jumhur (mayoritas) ulama dari berbagai mazhab Islam, bahwa memilih pemimpin atau mengangkat pejabat untuk suatu jabatan tertentu demi kemaslahatan kaum muslimin, hukumnya adalah wajib (al Imamah, al Aamidy: 70-71). Karena keberadaan seorang pemimpin, dalam pandangan Islam, berfungsi untuk menegakkan agama Allah serta untuk menyiasati dan mengatur urusan duniawi masyarakat dengan mengacu kepada agama (Muqadimah Ibnu Khaldun: 211).
Lebih tegas lagi, Imam Ibnu Taimiyah menyatakan, bahwa fungsi jabatan apapun di dalam Islam bertujuan untuk amar ma’ruf nahi munkar.
Terdapat beberapa indikator di dalam Al-qur’an, sebagai acuan kita dalam memilih pemimpin. Pertama, bahwa seorang kandidat harus memiliki track record yang baik sebelum ia diangkat sebagai pemimpin, ia memiliki misi dan visi yang mulia untuk menyelamatkan bangsanya dari keterpurukan dan keterbelakangan di segala sektor kehidupan.
Kedua, kita harus mengangkat pemimpin yang seiman. Allah berfirman, “Janganlah orang-orang beriman mengambil orang-orang kafir sebagai wali (pemimpin, teman dekat, pelindung) dengan meninggalkan orang-orang beriman. Barangsiapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka..” (QS. Ali Imran: 28).
Ketiga, memilih pemimpin juga harus memperhatikan asal-usul kelompok, partai, dan relasi-relasi dekat sang kandidat.
Keempat, pemilih juga harus jeli melihat motivasi sang calon. Orang yang ambisius dalam mencari jabatan tidak layak untuk diberi kepercayaan untuk menjadi pemimpin. Diantara indikasinya, jika ia menempuh segala jalan dan menghalalkan semua cara untuk mendapatkan jabatannya, di antaranya menyuap (money politic), memalsukan berkas-berkas pencalonan dan sebagainya.
Kita wajib memberikan dukungan kepada calon pemimpin yang shaleh yang memiliki visi dan misi dakwah rahmatan lil-‘alamin, agar ia mendapatkan kekuatan secara konstitusional sebagai pemimpin negeri ini. Jika tidak, maka kita bakal diperintah oleh sekelompok orang yang tak segan-segan menyengsarakan umat dan bangsa ini ke depan. Na’udzu biLlah min dzalik.
sumber:
http://www.dakwatuna.com/2007/07/210/memilih-pemimpin/#ixzz2LKZpsqlW
http://www.dakwatuna.com/2007/07/215/memilih-karena-sogokan/#ixzz2LKaEliLH
http://www.dakwatuna.com/2009/06/2856/rambu-memilih-pejabat/#ixzz2LKaMCqC9
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H