Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan American Psychological Association beberapa tahun lalu, 72% dari 429 orang dewasa Amerika yang mengekspresikan gejala ateisme memiliki alasan-alasan yang bersifat relasional dan emosional untuk tidak percaya Tuhan berkaitan dengan berbagai indikator emosional negatif, seperti kemarahan bawaan, hak psikologis, dan gaya penuh ketakutan.
Kehilangan dan Kematian, film "Siksa Kubur" menggambarkan kehidupan keluarga Adil dan Sita yang damai dan tentram, tetapi hancur akibat peristiwa tragis "bom bunuh diri" yang menewaskan orang tua mereka. Kejadian ini memicu rasa trauma, kehilangan akibat kematian yang tidak terduga, dan kehilangan mendalam bagi Adil dan Sita.
Menurut Alsubaei, et.al (2021) pada artikel "Religious Coping, Perceived Discrimination, And Posttraumatic Growth In An International Sample Of Forcibly Displaced Muslims" membahas tentang dampak coping strategies (strategi coping) religius dan non-religius terhadap gejala post-traumatic stress disorder (PTSD). Studi ini menemukan bahwa coping strategies religius pengalaman menyaksikan dan merasakan rasa trauma, kehilangan akibat kematian yang tidak terduga, memicu trauma yang mendalam dan ketidakpercayaan terhadap keberadaan Tuhan yang dirasa tidak mampu melindungi mereka dari penderitaan. Hal tersebut pun dialami Sita dan Adil yang merasa kehilangan mendalam akibat terbunuhnya orang tua karena tindakan egois orang lain.
Kekerasan dan Kriminalitas, pada Film "Siksa Kubur" Kekerasan muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari intimidasi terhadap Adil yang sering kali di-bully dan selalu bersikap pasif, hingga praktik sexual harassment di pesantren. serta menunjukkan unsur kriminalitas, seperti pencurian di toko roti dan pembunuhan yang dilakukan oleh karakter "jahat" di pesantren dan di panti jompo. Kejahatan-kejahatan ini dapat menimbulkan rasa tidak aman, ketakutan, dan ketidakpercayaan terhadap orang lain dan sistem yang ada.
Hal ini dapat mendorong Sita untuk mencari jawaban di luar agama, seperti ateisme. Teori "The Problem of Evil for Atheists" oleh Andry Tix 2016 dan "The Problem of Evil" karya Michael Tooley 2015 menjelaskan bagaimana pengalaman traumatis dapat menjadi faktor yang berkontribusi pada ateisme. Teori-teori ini mengemukakan bahwa pengalaman kekerasan dan kejahatan dapat menyebabkan disillusionment dengan agama dan questioning terhadap keyakinan agama.
Dalam film "Siksa Kubur" karya Joko Anwar, karakter utama Sita mengalami perjalanan psikologis yang mendalam setelah mengalami trauma masa lalu yang meliputi kehilangan orang tua dalam sebuah serangan bom bunuh diri. Tragedi ini memicu krisis iman dalam dirinya hingga Sita kemudian memutuskan untuk menjadi seorang ateis, meragukan keberadaan Tuhan dan menghadapi pertanyaan-pertanyaan eksistensial tentang kebaikan dan keadilan dalam agama.
Faktor-faktor seperti pengalaman trauma, kejahatan, kemunafikan dalam lingkungan sosial Sita, dan ketidakadilan yang dialaminya berkontribusi pada pemahaman ateisme dalam dirinya. Film ini tidak hanya menggambarkan perjalanan pribadi Sita, tetapi juga membuka diskusi tentang psikologi sosial dan dampaknya terhadap keyakinan agama seseorang.
PENULIS
Rafi Bintang Saputra, Damia Safira Ghassani
Universitas Brawijaya
REFERENSI
Alizamar  dan Couto, N. 2016. Psikologi Persepsi dan Desain Informasi: Sebuah Kajian Psikologi Persepsi dan Prinsip Kognitif untuk Kependidikan dan Desain Komunikasi Visual. Edisi ke-1. Media Akademi. Yogyakarta.