Mohon tunggu...
Amah Marhamah
Amah Marhamah Mohon Tunggu... -

Saya Seorang guru, peneliti sekaligus murid dari Fakultas Kehidupan. Cita-cita jadi Pendidik dan Penulis. Kunjungi saya di http://tiraejannah.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

BAHTERA DUA CINTA

16 Mei 2012   10:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:13 1853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1337165647333673639

Aku masih menangis terisak terduduk lunglai di tepi kiri ranjang. Energiku terasa telah habis setelah memuntahkan kata-kata untuk meyakinkannya. Di sebelah kananku, suamiku duduk terpekur tampa daya, tak sedikitpun dia mencoba menatapku apalagi menyentuh pipiku dan menghapus air mata yang sejak tadi sudah mengalir.

“Aku tetap tidak mau bercerai!!” Suaraku parau dan serak.

Mendengar kata-kataku, Diamenghela nafas dan menjawab dengan nada cukup tinggi “Terserah kamu!!, tapi aku tetap mau cerai dan sebentar lagi semua berakhir”. Mendengar ucapannya aku makin terisak pedih. Dia bangkit dari duduknya lalu menjauh dariku.Melihat dia ingin pergi, tanganku menahan memegang lengan kirinya. Namundia menepisnya dengan kesal.Seolah aku adalah mahluk yang menjijikan dan sama sekali tak berarti lagi dalam hidupnya.

“Sudah malam, Mas mau kemana..?”tanyaku serak hawatir. Namun Dia hanya diam tak peduli, mengambil jaket yang tergantung di balik pintu, memungut kunci motor di meja dan melangkah ke pintu luar, membuka dan menutupnya dengan keras “brak”.Semenit kemudian kudengar motor di stater.Ku buru-buru melangkah ke dekat jendela kamar, mengamati punggungnyasampai hilang di telan tingkungan perumahan yang temaram oleh cahaya lampu.

Batinku begitu tercabik-cabik, patah berkeping-keping seperti hancurnya ikatan aku dan dia.Sudah lebih dari dua bulan, ku mencoba meyakinkan dia dan memohon rujuk darinya. Namun hasilnya seperti malam ini, setiap kita membicarakannya, dia makin kekeh untuk bercerai dengan alasan yang tidak ku mengerti. Hanya karena aku cemburu dan mempertanyakan hakku.Sungguh bagiku ini tidak masuk akal, kenapa semudah itu dia memutuskan akad yang di AlQur-an pun disebut Mitsaqon Gholidzoh karena kuatnya perjanjian ini.

Talaq satu terucap olehnya sejak lebih dua bulan yang lalu.Waktu itu hari minggu, aku cemburu melihat dia berdandan rapi mengenakan kaos warna biru, celana jins kesayangannya, menyukur rapi jenggotnya, menyisir rambutnya yang ikal sambil bersenandung ria.

“ Ehmmm..Ehmm! aku berdehem di sampingnya mengawasinya.“ Mas dandan rapi,wangi lagii..,mau kemana?”tanyaku penuh curiga.Namun dia hanya berlalu meninggalkanku begitu saja dengan pertanyaan yang menggelayut.Dia berjalan menuju lemari dan mengambil dua helm, memakai jaket dan mengambil kunci motor.Aku mengikutinya dari belakang.

“MasBambang Sujatmiko bin Karso…mau pergi kemana??”. Kali ini nadaku makin tinggi.

“Aku mau kemana, bukan urusanmu! gak usah bertanya?” Jawabannya dengan nada ketus.

Aku mulai geram dengannya, rasa curigaku yang kupendam selama lima bulan ini, menumpuk dan mulai pecah satu-satu dan sulit ku kendalikan.

“Kenapa mas bawa helm dua, mau jemput siapa, kenapa begitu baik dengan teman-temanmu, sedangkan untukku tak seujung kuku pun kau luangkan waktu. Kita sama-sama kerja dan enam hari kerja, mas juga selalu pulang malam, hari libur pun mas pergi. Berbulan-bulan aku kesepian,mas harusnya bersamaku sekarang!! ” aku terus mengomel, dan egoku menuntut keadilan darinya.

Kulihat matanya jengkel memerah menatapku, “ terserah aku!!”

“Selalu begitu!!,semua terserah, mas semaunya sendiri, dirumah ini aku tidak punya hak apa-apa, kalau aku bicara, mas tidak mau mendengar, berbulan-bulan mas biarkan aku sendirian, kebingungan, aku tidak kuat kalau terus begini!”Aku terus bicara, mengeluh dan mualai menangis.Mengeluh dengan sikapnya yang makin menjauh dariku, tanpa kata dan penjelasan.

Aku terhenti tiba-tiba ketika dia dengan sengaja membanting helm di tangannya” buk”.Omelanku pun terhenti dan ku tercekat. Dia mengurungkan kepergiannya, lalu duduk bersandar ditembok. Beberapa saat terdiam lalu dengan nada lemas kudengar dari bibirnya yang bergetar, mengucapkan kalimat yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya.Kalimat yang meluluh latahkan harapan dan semua impianku.

“ Kau sudah gak kuat kan..? selama ini aku mendiamkanmu, karena aku ingin cerai, aku jatuhkan talak satu..”.

“Mas….!!!” Mataku terbelalak. Aku terkejut bukan main, napasku bagai terhenti sejenak tak percaya dengan apa yang aku dengar, tubuhku lemas lunglai terduduk di lantai tepat di depannya.Aku memeluknya erat danmenangis sejadi-jadinya hingga punggungnya basah. Menangisi ucapapnnya, yang berarti jatuhnya talak satu untukku.Menangisi kenapa dia begitu kejam padaku. Tapi dia hanya diam mematung dan begitu dingin, hanya kurasakan detak jantungnya yang cepat.

“Mas kenapa jadi begini, aku minta maaf ….” Aku mengiba, namun tidak diresponnya, dia melepaskan pelukanku, berdiri dan mengambil HP di kantong celana jins nya. Ku lihat tangannya memencet no kontak.

“ Mel.., kamu naik taksi saja, aku tidak bisa jemput”.Lalu dia pergi masuk kamar, meninggalkanku yang masih sedu sedan dan “krek” pintu terkunci dari dalam.

Hari minggu kelabu, yang tak mungkin kulupakan dan selalu kusesalkan, kenapa aku memancing pertengkaran.

Ku tatap Langit malam dengan mata tergenang, bulan sabit makin pudar, cahaya lampu di tikungan makin berpendar memudar,dari kejauhan ku lihat penunggang motor berjaket hitam. “Sukurlah dia pulang”, batinku sedikit tenang. Seharusnya selayaknya isteri ku riang saat dia pulang, ku bukakan pintu dan kusambut dia dengan senyuman. Namun untuk kali ini, aku sudah tidak kuasa lagi, terlalu sakit hati ini.Ku rebahkan tubuhku yang kian kurus diatas kasur, menggapai HP yang tergeletak di tepi ranjang.Ku lihat jam “00.00”. Alarm punkupasang.“ hambaYa Robb, di sepertiga malamMu”. Hening hatiku berdo’a. Hanya terdengar langkah beratnya memasukkan motor, menutup pintu depan, masuk kamar belakang dan “klek” terkunci.

###

Pagi yang sejuk, semburat merah mulai muncul di langit timur.Ku ambil satu bungkus kopi susu, memasukannya ke cangkir dan mengaduknya pelan. Pagi ini aku merasa lebih ringan dan segar mungkin karena sudah terlalu banyak beban atau mungkin karena aku sudah putus asa.Tapi kurasa yang tepat, pagi ini aku lebih pasrah pada Robb Sang pengikat hati.

Ku lihat dia terbaring, menerawang langit-langit kamar ketika ku masuk membawa secangkir kopi susu kesukaannya.Aku masuk kamar pelan, meletakkan di meja kamarnya. “ Mas kopi..” aku mempersilahkan. Dia nampak sedikit kaget sebelum menjawab “iya..”. aku menatapnya dan mencoba tersenyum. Ku lihat wajahnya sedikit pucat, namun tetapmanis seperti waktu pertama kali ku melihatnya.Yang berubah hanyalah dia makin kurus, seolah tergelayut beban yang begitu berat di bahunya, beban yang tidak ku mengerti.Apakah semua karena kehadiranku dalam hidupnya atau ….

Mataku berkedip, ketika tiba-tiba dia bangkit dan bersender di sandaran ranjang.

“ Duduklah…!, aku mau bicara” Dia berkata pelan.Aku melangkah maju dua langkah dan duduk di pinggir ranjang tepat di sampingnya.Yang ku ingat baru kali ini dia mau memulai bicara denganku, mungkin tangisanku semalam berhasil mengetuk pintu hatinya. Ada harapan dan rasa takut tiba-tiba melintas dalam benakku. Kali ini, aku benar-benar mengharapkannyauntuk bicara.

“ Semua yang terjadi, adalah salahku, aku yang salah…!” dia mendesah berat. Aku diam tanpa kata, berusaha sekuat hati untuk tetap tenang.

“ Dulu aku menikah dengan mu begitu terburu-buru.Bos ku seenaknya mencelaku di depan karyawan yang lain, kalau aku sudah tua tidak juga laku. Mereka memtertawakanku.Aku sungguh tidak terima.Semenjak itu aku bertekad harus segera menikah.Sampai suatu malam aku bertemu temanmu, Adi, di warung kopi.Kami mengobrol kesana kemari sampai tentang jodoh.Ku ungkapkan pada Adi kalau aku sedang mencari isteri dan ingin segera menikah. Dia memberikan namamu, no Hp dan alamat Facebookmu.Adi tidak memberi keterangan apa-apa tentangmu, karena dia hanya tahu kamu dari teman kosmu. Adi bilang kamu juga sedang mencari calon suami. Aku searching facebookmu, menghubungimu dan datang ke kosmu.Aku setujui permintaanmu untuk tidak pacaran. Kita hanya bertemu dua kali dan tanpa berpikir panjang aku pun melamarmu.Terus terang, aku heran kenapa kamu juga langsung menerimaku, padahal kita baru saja kenal.” Dia bicara panjang lalu terdiam. Sesaat jadi hening, hanay hatiku yang berkecamuk, ku merasa begitu rendahnya aku sehinggan suamiku menikahiku hanya untuk menutup malunya.

“ Mas..” kalimatku lirih. ”Dulu aku menerimamu, karena kau bilang mau menerima aku dan keluargaku. Waktu itu, mas bilang ingin menikah untuk ibadah,mau belajar islam.Aku begitu mempercayaimu untuk sama-sama belajar berumah tangga.Usia mas yang 10 tahun lebih tua dariku, menjadikanku lebih berharap mas akan lebih dewasa dan menjadi pemimpin yang baik.Apa mas ingat semua, kenapa mas sekarang bilang terburu-buru menikah denganku?”

“Itulah salahku, aku tidak mampu mewujudkan semua harapanmu, aku sudah terbelennggu oleh perasaanku sendiri.”

“Apa maksudnya?” tanyaku ingin tahu.

“Setelah lamaran, aku mulai ragu. Aku merasa tidak ada kemantapan hati, tidak ada ketertarikan saat melihatmu, kecuali keinginanku untuk menikah.Aku ingin membatalkan pernikahan kita waktu itu, tapi tidak tega ke keluargamu terutama Emakmu yang pasti akan malu.Setelah akad aku beruasaha melakukan kewajibanku selayaknya suami isteri, tapi aku merasa hambar, yang ku ingat bukan dirimu tapi kenangan-kenangan masa laluku.Aku beruasaha menumbuhkan bibit-bibit cinta, tapi semua sia-sia, yang tumbuh malah cinta masa laluku yang berbunga-bunga dahaga.

“Apa maksud Mas..?” Aku menyela.“Cinta masa lalu..?” Otakku langsung tertuju pada sebuah nama“ Mel..!!.Siapakah wanita yang mas sebutMel…tadi malam??”.Aku menatapnya lekat menanti sebuah jawaban.

“Melati.., Sebulan setelah menikah, tidak sengaja aku bertemu dengannya. Dia janda beranak satu.Dulu aku pacaran dengannya selama tiga tahun.Aku lebih mengenalnya daripada mengenalmu. Perasaanku dan kenangan-kenanganku bersamanya bangkit begitu saja dan sulit ku kendalikan”.

Ku makin menatapnya lekat, mengharap apa yang dia katakana dusta. Apa yang kudengar barusan, membuatku ingin muntah, perutku yang belum terisi apa-apa bagaikan di aduk-aduk, hatiku berkecamuk ketika ku tahu aku telah dikhianati.

“ Itulah mengapa selama lima bulan ini aku tidak menyentuhmu lagi,aku ingin menjagamu agar tetap berharga untuk pria lain.Kamu masih muda, masih bisa menikah lagi dengan yang lebih mencintaimu dan lebih membahagiakanmu.” Dia melanjutkan kalimatnya yang makin menyakitkan. Aku merasa dia menganggapku barang yang mudah dibuang atau diberikan pada orang.

“Apa segampang itu, Mas buang aku, setelah aku pun sudah tidak suci lagi!!”

“Maaf.. waktu itu aku juga ingin membahagiakanmu”

“ Kalau begitu, mas poligami!!! Mas rujuk aku dan nikahin dia.Aku rela asalkan kita tidak cerai!!” kali ini air mataku mulai menetes.

“poligami bukan solusi untuk kita.Aku tidak mampu, dan tidak akan bisa adil ke kamu”

“Kau kejam, hatiku saki..tt..Mas menikahi janda, tapi membuatku janda”

“Sakit diawal, sakit sebentar akan jauh lebih baik.Jika kita memaksa melanjutkan pernikahan ini, kamukan lebih sakit”Dia mencoba meyakinkanku.

“Mas tahu kan perceraian dibenci Alloh, dan Raja Setan akan memberi mahkota pada anak buahnya yang berhasil memisahkan suami isteri”.Aku terus berdalih.

“Aku tahu, tapi perceraian tetaplah halal dan menjadi sunnah bahkan wajib jika kita tidak bisa menjalankan hukum-hukum Alloh.”

“Kenapa mas tidak cuci otak, dan yakinkan kalau mas mampu?” aku mulai kesal.“Menurutku mas putus asa dan hanya mencari jalan pintas!”Aku makin kesal dan tidak tahu harus berkata apa.

“Terserah kamu mau bilang apa !”.

“ Bagaimana dengan orang tuaku…., bagaimana aku menjelaskannya, aku tidaktega”.

“Akan kujelaskan ke orang tuamu setelah urusan pengadilan selesai..”

“ Setelah pengadilan selesai!!” Aku mengulang kalimatnya.“setelah semua putus dan tidak mungkin diperbaiki...iya kan? Mas egois!!” mukaku panas memerah. “ Aku saja yang akan beritahu mereka dan segera.”

“Terserah kamu..!!aku yakin Orang tuamu akan bisa mengerti, mereka juga bercerai kan..?

Aku menatapnya lekat-lekat.Dia telah menyinggungku dengan menyebut perceraian orang tuaku. Kurasakan darah panas mengalir ke dadaku.Ku hirup nafas pelan.

“Bagaimana dengan keluarga mas, apa mas sudah memberitahu saudara mas..?”

Mendengar pertanyaanku ini, dia terdiam. Dia memang sudah tidak punya orang tua, dia anak bontot dari tiga bersaudara.Ada harapan yang terbersit di hatiku keluarganya akan bisa membantu masalah ini.

“ Biar adil, akan kuceritakan juga pada saudaramu, aku mau ada musyawarah keluarga.”

Dia melirikku, lalu buru buru berkata “tidak usah!.Aku sudah beritahu Mbak ku”

“ Mbak siapa? Apa tanggapannya?”

“Mb Yanti.., dia bilang setuju dan bagus”.

“Benarkah?”Tanyaku heran.Kupikir Mbak Yanti akan menyarankan untuk memikirkannya lagi.Kenapa bisa Mbak Yanti langsung menyetujuinya.Apakah dia juga mengenal Melati. Hatiku dipenuhi pertanyaan.Kenapa rasanya semua jalan rujuk tertutup dan buntu.Apakah perceraian kami akan jadi taqdir.Apakah aku benar-benar akan menjadi janda.

“ Sudahlah!! Intinya tekadku untuk cerai sudah bulat, sebentar lagi masa idahmu habiskan? aku sudah siapkan berkas ke pengadilan”. Dia mengakhiri pembicaraan kami.

Ya.., semua akan berakhir. Pagi tadi setelah Subuh aku haid yang ketiga kali setelah talaq,seminggu lagi selesai. Aku tersenyum getir, menghirup napas panjang, bangkit dari ranjang dengan tubuh lemas, meninggalkan dia yang mulai terbaring, kehabisan energy setelah mengeluarkan sepanggul beban di otaknya. Begitu juga energiku terasa habis dan tidak tahu harus mengeluarkan kalimat apa lagi. Aku keluar tanpa kata, tanpa suara.Ada air hangat mengalir pelan di pipiku. Hatiku berteriak dan menjerit “Aku tidak Terima!!!”.

###

Semenjak tadi pagi aku mengurung diri di kamar, hanya terbaring di ranjang menatap kosong langit-langit kamar yang putih terhampar.Tiga jam sudah berlalu sejak pembicaraan kami, suamiku juga sudah pergi tanpa permisi entah kemana.Kini hanya ada aku meraung dalam galau.Aku bangkit dari tempat tidur, membuka pintu kamar dan menyelusuri ruangan demi ruangan rumah tipe 48 ini menuju dapur di belakang.Semua lengang.

“Aku harus bisa menenangkan hati” lirih suaraku dalam hati.Tapi kemana aku harus mengadu, siapa yang bersedia menerima keluhanku? Orang tuaku? Keluarganya? Tidak mungkin.Aku mainkan HP di tanganku, mencari sebuah nama pelipur lara, sampailah tanganku terhenti pada “Mbak Heti”.Seorang ummahat yang berprofesi sebagai psikolog dan terkenal sabar.Kami kenal ketika sama-sama mengadakan pelatihan persiapan UN SMP/SMA se Tangerang kota. Aku dari segi materi, dia motifasi.Kami jadi sering bertukar pikiran mengenai anak-anak dan kami pun cukup akrab.Hatiku sedikit bersorak, berharap dia bisa membantuku. Tanganku tidak sabar segera ku pencet tombol Call.

“Assalamu’alaikum..”Suara di seberang menyambut telphonku.

“wa’alaikumsalam…” suaraku bergetar.“ Mbak ini aku, Ratna.”

“Ratna …kamu kenapa, sepertinya ada masalah?”dia benar-benar Psikolog yang ahli. Dari suaraku saja bisa mengerti.

“Mbak…ada yang ingin aku ceritakan, Mbak punya waktu sekarang. Aku ingin bertemu.”

“Ya aku sekarang lagi kosong, Ratna ke rumah aja ya..”.

“Iya Mbak.., terimakasih”.

####

“Ratna..sungguh aku tidak menyangka pernikahanmu menjadi begini. Aku bisa mengerti beratnya ujian yang kau emban”. Mbak Heti berkata lembut, berempati dengan semua cerita yang baru aku tumpahkan.

“ sebuah pernikahan, bisa membawa kita ke Surga tapi juga bisa menyeret kita ke neraka jika kita kuat menghadapi godaannya. Pernikahan adalah kerjasama dua insan yang harus dilandasiniat untuk ibadah. Jika terserang badai, kita harus yakin Alloh tidak akan memberi ujian melebihi batas kemampuan,Di Islam Perceraian sesuatu yang halal dan dibenci, ini harusnya menjadi solusi terakhir ketika semua usaha telah dilakukan”.

“Tapi Mbakmenurutku suamiku belum berusaha maksimal dan menyerah begitu saja, akutelah menawarkan poligami sebagai solusi dalam masalah ini, tapi dia tetap pada pendiriannya”.

“Iya.., ilmu dan pemahaman suamimu denganmu berbeda. Sehingga dia memilih bercerai di banding poligami. Talak pun telah jatuh. Rosululloh bersabda., Ada tiga perkara yang sungguh-sungguhnya menjadi sungguh-sungguh dan main-mainnya pun menjadi sungguh-sungguh yakni nikah,talak dan rujuk.”

“Lalu sekarang harus bagaimana..?”

“Serahkan semua pada Alloh, minta petunjuk danrela dengan apapun yang akan terjadi nanti, yakin bahwa Alloh lebih tahu daripada kita.Ratna pernah mendengar tentang perceraian Zaid bin Haritsah dengan Zainab binti Jahsy, atau perceraian Tsabit bin Qais dengan isterinya? Dua kisah ini memberi pelajaran pada kita bahwa di setiap pernikahan harus ada kerelaan.Mendahulukan maslahat daripada mudhorot.Disinilah perlunya keikhlasan dan lapang dada ketika harus melepaskan orang yang kita cintai.Dan Subhanalloh mereka mendapat ganti dari Alloh dengan yang lebih tepat.” Mbak Heti masih menasihati, ketika air mataku sudah tidak bisa kubendung.Dia memelukku.“Aku mengerti perasaanmu, pasrahkan! kita akan tenang.Insya Alloh, Ratna juga akan mendapat ganti yang lebih tepat”Mbak Heti memelukku erat dan bebanku juga tersa ringan, dadaku lapang.Satu keyakinanku kini, Alloh tidak pernah salah.

Ya Alloh aku memohon agar Engkau memilihkan mana yang baik menurut pengetahuan-Mu, dan aku memohon kepada-Mu agar memberikan kepastian dengan kepastian-MuYang Maha Agung.Karena sesungguhnya Engkau maha memastikan sedang aku tidak dapat memastikan dan Engkau maha mengetahui sedang aku tidak mengetahui, dan sungguh Engkau maha mengetahui apa yang ghoib.Jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini baik bagiku, dalam agamaku, dan dalam penghidupanku serta baik pula akibatnya bagiku, maka berikanlah perkara ini padaku dan mudahkanlah bagiku, dan kemudian berikanlah keberkahan bagiku di dalamnya.Wahai Tuhanku jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini tidak baik bagiku maka jauhkanlah perkara ini dariku dan jauhkanlah aku darinya.Dan berikan kebaikan di mana saja aku berada dan jadikanlah aku orang yang ridho atas pemberian-Mu itu.

###

Tanganku gemetar menggam HP dengan erat.Niatku sudah bulat. Aku harus memberitahi keluargaku. Ku tekan no Emakku dengan harap-harap cemas.

“ Hallo.. Ratna..,hallo…” Ku dengar suara Emakku dari kampung.Kampung yang cukup jauh di pulau jawa bagian tengah. Emakku adalah sosok yang aku kagumi demi kami dia sudah banyak berkorban.Dia juga lebih maju daripada wanita-wanita di kampung yang sebaya dengannya, emakku sudah terbiasa dengan menggunakan HP sekali-kali minta ajarin Laptop milik adikku. Setelah bercerai dengan Bapak dia menghidupi kami dengan berdagang sembako di pasar.

“ Iya…emak..” jawabanku, singkat, tidak tahu harus darimana memulainya.

“Piye kabarmu, kabar suamimu piye ndok?”

“baik Emak,”

“kok suaramu lain, ada masalah yah..cerita sama emak, jujur saja.Emak itu ngerasa pernikahanmu ada masalah, firasat Ibutidak enak”

Dengan suara masih bergetar, aku ceritakan semua yang terjadi, bagiku Emaak dan keluargaku berhak tahu.Kelak jika benar-benar aku berpisah dengan suamiku merekalah yang tetap menjadi tempat aku kembali.

“Oh alah ndokk….”Suara emak tercekat.“ Tidak usah disesali, tidak usah menyalahkan diri, kalau mencari siapa yang salah, emaklah yang lebih salah.Dulu emak mendesakmu agar segera menikah hanya karena takut kamu jadi perawan tua, malu diomong tetangga.Semua jadi pelajaran terutama untuk emak.Emak benar-benar kapok, ternyata kau tidak bahagia ndok.”

Mendengar kata-kata Eamak, aku terisak lirih.Diantara anaknya, emang akulah yang paling perasa dan cengeng.“Emak tidak malu to, punya anak janda ?”

“ Lah Emak juga janda, ha ha”.Emakku malah tertawa getir dan tidak lucu.

###

Lima hari berlalu semenjak pagi itu, kini tinggal hari ini dan besok aku harus tinggal disini.Aku dan dia juga sudah sangat berjarak jauh.Sepekan ini dia selalu pulang hampir larut malam ketika aku sudah tertidur.Di pagi hari pun kami hanya sesekali bertatapan sebelum pergi ke tempat kerja masing-masing. Seperti tadi pagi, dia hanya melihatku sebentar,lalu buru-buru pergi tanpa memakan sarapan yang aku buatkan. Hari ini dan besok aku ambil cuti kerja, untuk persiapan hati melepas dia dan rumah ini.Akulah yang akan pergi, karena sebelum nikah rumah ini adalah miliknya.Aku berencana mencari kos di tangerang kota dekat tempat mengajar.Aku tahu, kepindahanku pasti mengundang sejuta tanya teman-temanku.Aku harus kuat, seperti rumput yang tetap tumbuh walau di injak-injak di musim kemarau.Aku benar-benar bersyukur karena keluargaku, bisa menerimaku dengan lapang, jika perceraian benar-benar terjadi.

Siang ini aku putuskan untuk berpamitan dengan keluarganya. Dulu aku masuk menjadi keluarga mereka dengan baik-baik, sekarang aku pun harus pergi dengan baik-baik pula.Ku ambil HP ku tekan tombol no kota Malang milik kakaknya yang paling tua, Mbak Yanti.

“Assalamu’alaikum..” Suara perempuan limah puluh tahunan memberi salam.

“Wa’alaikumsalam, ini Ratna Mbak”

“Oh alah, Ratna, gemana kabarnya?

“Alhamdulillah sehat, Mbak aku pamit dan minta maaf kalau banyak salah dan kekurangan”

“Lho pamit mau kemana?”Mbak Yanti terkejut dengan kalimatku.Akupun kaget dia terkejut dan mempertanyakan kepergianku.Bukannya mas Bambang sudah menceritakan semua ke keluarganya.

“Pamit pergi mbak, Mas Bambang kan sudah mentalakku, masa idahku besok sudah habis, aku sudah tiga kali haid dan sudah suci hari ini”.

“Apa!! Bambang menceraikanmu?” NadaMbak Ratih lebih kelihatankaget.

“Iya Mbak, bukannya sudah menceritakan semua, Mbak dan keluarga setuju? “

“Gak ada yang cerita, gak ada yang tahu.Apa masalahnya? Kok jadi seperti ini?” Mendengar Mbak Yanti kebingungan,aku terpaksa menceritakan masalah kami. Ku dengar Mbak Yanti menghela nafas berat.

“ Kok jadi begini! Ratna jangan pergi dari rumah, baru talak satu dan belum sah dari pengadilan kan?”

Mengenai Melati, Mbak dulu mengenalnya, dia cantik, pinter tapi centil dan dikit-dikit ke salon.Dulu Bambang pernah membawa ke rumah, tapi saya keberatan bambang menikah dengannya.”

“Oh.jadi ceritanya begitu, Mas Bambang tidak merujukku sampai akhir iddahku sekarang, tetap saja kita bercerai secara agama.Aku bingung Mbak”

“ Mbak sama Mas furqon besok ke Tangerang, untuk memperjelas masalah ini, nanti aku menelphon Bambang, mencoba menasihatinya.”

“Terima kasih Mbak atas bantuannya”ada harapan yang telah pupus, bersemi kembali.Semoga dengan nasihat dari keluarganya, suamiku merubah niatnya.

###

Pagi hari yang dingin, hari ini Alhamdulillah aku telah mulai Sholat subuh kembali.Ku buka Alqur’an dan ku baca dengan penuh ketundukan. Bahasa Alqur’an begitu indah dan menyejukkan. Aku pun menikmatinya lembar demi lembar sampai matahari terbit benderang dari arah langit timur.

Tepat satu juz kutamatkan, ketika suara motor berhenti dengan rem yang cukup kuat tepat di depan rumah, tak lama terdengar suara pintu di ketuk dengan keras seolah tidak sabar.“itu pasti mas Bambang, semalaman dia tidak pulang, pasti kelelahan” batinku.Aku buru-buru membuka kunci pintu depan, belum sempat ku membukanya, dari luar mas banbang telah mendorongnya dan hampir saja daun pintu menghajar hidungku, jika reflekku tidak bagus.Dia kelihatan sangat letih, matanya merah sepertinya bergadang.

Mas bambang, meninggalkanku terpojok di belakang daun pintu begitu saja dan “Buk”.Dia meletakkan tasnya di lantai denga keras dan berbalik menatapku tajam.

“ Bagus yah, selamat!!” tiba-tiba suaranya tinggi.

“kenapa mas pulang marah-marah” tanyaku ketakutan.

“Oh kamu tidak merasa yah..,Selamat atas pengaduanmu ke keluargaku, semalaman aku di marahin mereka, kamu menjadikan mereka memusuhiku!!, Apa kamu gak bisa cerai baik-baik heh?” Nadanya makin keras.

“ aku Cuma mau pamit, mana aku tahu kalau mereka tidak tahu tentang kita, salah mas sendiri kenapa bohong”. Emosiku pun terpancing.

Mendengar jawabanku, dia semakin marah, matanya kian merah menatapku liar, seolah ingin menerkam.Aku menjadi takut, ketika tangannya mulai maju dan siap menamparku.“Kamu!!”mataku terpejam ketakutan, namun untungnya dia alihkan tangannya menghantam lemari plastic di dekatnya.Tak ayal boneka plastik dan keramik kecil-kecil dan pernak-pernik koleksiku jatuh berantakan.

“Okeh..aku mengalah, mas ingin cerai kan? Telah dikabulkan. Masa idahku juga sudah habis,aku masih disini, menunggumu untuk pamit.Ku harap mas akan menceraikanku baik-baik, dan mencari dua orang saksi.Tapi sudahlah kita pakai saksi di pengadilan saja”Aku berusaha meredakan amarahnya.Dia terdiam dan tubuhnya merenggang.

Aku masuk kamar, mengemasi baju-bajuku memasukan ke dalamtas ransel sambil terus istighfar menenangkan diri.Aku bawa secukupnya, sedangkan barang-barangku yang lain sengaja ku tinggal dan kuambil lain kali.Aku melangkah ke luar dengan menggendong tas di punggungku.Ketika di depan pintu kulihat dia terduduk di pinggir ranjang di kamar depan.Ku mendekatinya dengan menjaga jarak yang tidak mungkin sedekat dulu.Kutatap dia menunduk.Hari ini aku benar-benar telah kehilangan dia.Aku hanya mimpi buruk sebentar dan kini harus terbangun kembali ke dunia nyata yang berbeda. Dunia seorang Janda.Tidak ada kata darinya dan aku pun hanya bisa mengucapakan “Maaf Mas”.

###

Sudah empat hari ini aku meninggalkan rumah.Aku juga sudah mulai beradaptasi dengan kamarku yang baru.Aku kos di Tangerang kota.Kamarku di lantai dua berukuran 3x3 m.Setiap sore aku bisa menatap senja, menanti matahari tenggelam di balik atap-atap perumahan.Seperti sore ini, ku tempelkan wajahku di bingkai jendela, aku asyik menikmati indahnya langitdan angin sore yang semilir, berhembus pelan meniupkan jilbabku.Namun keasyikanku tidak berlangsung lama, tiba-tiba ku dengar HP ku bergetar, kulihat Calldari Mbak Yanti.

“ Assalamu’alaikum…”

“Wa’alaikumsalam..,dek bisa kesini gak?”Suara Mbak Yanti kelihatan panik.

“Kemana dan ada apa Mbak?” Aku juga ikut panik.

“Bambang..” suara Mbak yanti serak, ku dengar isakan lirih. “Bambang, tadi pagi pingsan dan sampai sekarang belum siuman.Kamu ke rumah sakit yang dekat rumah ya! Ruang Anggrek no 10”

Aku kaget mendengar kalimat Mbak Yanti, mendadak mukaku jadi pucat karena ikut panik.

“Iya Mbak.. aku segera ke rumah sakit, tapi kenapa bisa jadi begini?”

“Nanti Mbak ceritakan ke rumah sakit, pokoknya sekarang kesini!”

“Iya Mbak.”

Dengan terburu-buru ku memakai jaket dan mengambil tas menuju ke rumah sakit.

###

Akhirnya setelah naik angkot sampailah aku di rumah sakit cukup elit dekat rumah.Setengah berlari aku menuju ruang Anggrek no 10.Langkahku makin cepat ketika ku sampai di ruang anggrek, no 7,8,9.., dan ku melihat Mbak Yanti duduk di kursi di depan kamar anggrek no 10.Belum sempat menyapa, Mbak Yanti terlebih dulu melihatku dan langsung memelukku erat.

“Ratna akhirnya kamu datang, dari pagi kami kebingungan”.

“Ada apa Mbak, kok bisa Mas Bambang disini?” tanyaku hawatir.

“Mbak juga tidak tahu pasti kenapa.Setelah kamu cerita mengenai masalahmu dengan Bambang, keesokan harinya saya dan mas Furqon langsung ke Tangerang. Sesampainya di rumah Bambang kamu sudah tidak ada.Aku langsung tanyakan ke Bambang dan mencoba caritahu duduk perkaranya.Tapi dia hanya diam dan lebih banyak mengunci diri di kamar.Keesokan harinya Bambang terkena Diare akut dan anehnya selama tiga hari tidak kunjung sembuh padahal sudah minum obat.Sampai akhirnya tadi pagi pingsan dan kami bawa kesini.”

“Lalu apa kata dokter?”

“Tadi pagi Cuma bilang perlu infuse, dan kondisinya dehidrasi parah, sekarang ada Dokter di kamar sedang memeriksa, ditemani mas furqon, nanti Ratna tolong tanyakan kondisi Bambang ke Dokter ya?”

“Iya Mbak”.

Aku berniat masuk ke kamar pasien, namun baru di depan pintu Dokter yang memeriksa Mas Bambang ke luar.

“ Dok, bagaimana kondisi mas Bambang?” tanyaku penuh kehawatiran.

“Ibu ini siapanaya, pak Bambang?”

Mendengar pertanyaan Dokter di depanku aku jadi terdiam, bingung harus menjawab apa.Untungnya Mbak Yantimenjawab tiba-tiba.

“ Dia isterinya dok.” Mbak Yanti menjelaskan.

“Oh Syukurlah,Kondisi pak Bambang saat ini lemah, dia koma, jantung dan paru-parunya lemah akibat dehidrasi. Namun sepertinya pak bambang sedang tertekan sesuatu yang berat dan ini memperburuk keadannya. Kami perlu Ibu dan keluarga untuk mencoba membangkitkan pak Bambang dari komanya dan harus diusahakan tidak lebih dari 2 hari Insya Alloh jika ini berhasil, pak Bambang akan melewati masa kritisnya”.

“Waktunya tinggal sehari lagi Dok, Bagaimana caranya saya akan berusaha sebaik-baiknya.”

“Tidak banyak cara, yang bisa hanya mencoba menyentuh emosi kalbunya sehingga kesadaran syarafnya pulih kembali.Ibu bisa bicara apapun atau mengingatkan ke telinga pak Bambang tentang masa lalu kalian.”

“Baik Dok.!” Aku mengangguk.Dokter pun berlalu meninggalkan kami bertiga.Mbak Yanti segera mengajakku masuk ke kamar pasien dan kami pun segera mencoba apa yang disarankan dokter.

#####

Waktu cepat sekali berlalu, sudah dua malam aku disini, menjaga mas Banbang bergantian.Aku terus menjganya sampai matapun tak ingin terpejam.Aku mendesah pelan melihatnya hanya terbaring lemah tak berdaya.Entah sedang kemana jiwanya.Semua dongeng masa lalu kamisudah habiskami perdengarkan.Aku terus mendengungkan tentang kebersamaanku dengannya, mbak Yanti dan mas Furqon pun sudah kehabisan cerita mengenai masa hidup keluarganya bersamanya.Beberapa lembar Alqur’an dan Do’a telah kami lantunkan berulang-ulang.Namunkenapa dia tidak juga bangun.Air mataku mengalir hangat.Ya Robb tolonglah dia.

Tidak Cuma aku yang mulai cemas Mbak Yanti yang duduk disampingku pun amat cemas.

“Ratna, kita harus bagaimana, sudah hampir dua hari Bambang belum juga bangun?” Aku hanya terdiam.Aku juga bingung harus bagaimana.Dokter yang memeriksanya pun tidak ada saran kecuali berusaha membangkitkan jiwanya.

Kami tunduk dalam keheningan.Tiba-tiba aku teringat satu nama terlintas dengan cepat di otakku.“Melati’Ya.. Melati pastilah bisa membantu.Bukannya dia yang selama ini ada di hati mas Bambang.Kemungkinan besar dia bisa banyak membantu.

Berat hatiku, untuk menerangkan semua ini apalagi saat aku meminta HP mas Bambang ke Mbak Yanti. Mbak Yanti pun tidak berkata-kata apa-apa kecuali bertanya “kalau Melati kesini, bagaimana perasaanmu?” Tentu bukan hal yang mudah, tapi akulah wanita yang akan mengorbankan perasaanku demi kebahagiaan mas Banbang.Segera ku tekan tombol kontak dan untungnya hanya ada satu nama Melati di HP nya.Dia disimpan dengan “Melati Bungaku”.Sunngguh indah.

“Assalamu’alaikum.., hallo..hallo mas Bambang kan.. hallo mas..”Hatiku berdebar mendengarnya benar-benar mengenal no mas Bambang dengan baik.Sesaat ku terpaku dan diam.

“Wa’alaikumsalam..Mbak melati ya?”

“Ini siapa ya..kok bukan mas Bambang.”

“Akuuu…” Suaraku terhenti sesaat. “Aku saudaranya Mbak, mas Bambang saat ini ada di rumah sakit dan sedang koma.Kami sangat berharap Mbak mau datang dan membantunya agar bangkit dari komanya.Keadaannya sudah lemah.Semoga dengan kedatangan Mbak, mas Bambang bisa pulih.”

“Kenapa bisa?Mbak Melati kaget. “Iya aku kan segera datang, di rumah sakit mana?”

“Rumah sakit Syifa dekat rumahnya, Ruang anggrek no 10,nanti saya jemput di depan rumah sakit.”

“Oke aku segera berangkat”.

Hatiku kian berdebar.Sebentar lagi aku akan bertemu dengan wanita yang telah mengalahkanku merebut hati mas Bambang.Satu jam ku duduk gelisah sampai akhirnya aku dapat sms “aku sudah mau nyampe depan rumah sakit”(Melati).

Aku segera berjalan cepat menuju depan rumah sakit.Tepat di halaman rumah sakit aku melihat wanita umur 35 an, berkulit putih bersih,tinggi 160 an, badan ideal. berkerudung hijau toska, berbaju bunga –bunga panjang selutut, bercelana hitam dan bersendal tinggi 5cm.Dia sungguh cantik dan cocok dengan mas Bambang yang juga kelihatan perlente.Penampilan Melati sekarang jauh berbeda dengan yang digambarkan Mbak Yanti.

“Assalamu’alaikum, Mbak Melati ya…?” Aku menyapa dan mengulurkan tanganku mengajaknya bersalaman.Dia menyambut tangnku, dan sungguh tangannya halus lain sekali dengan tanganku gadis desa yang kecilnya sudah harus kerja di sawah.

“Bagaimana keadaan mas bambang, dimana kamarnya?” Setelah menjawab salamku dia langsung memberondongku dengan pertanyaan penuh kehawatiran, tanpa menanyakan siapa aku.Aku segera membawanya ke kamar mas Bambang.Sesampainya di depan kamar, Mbak Yanti melihat kami, tapi matanya tidak tertuju padaku.Dia fokus pada wanita yang bersamaku, pastilah Mbak Yanti heran dengan penampilan Melati sekarang yang jauh lebih sopan.Ku lihat Melati juga kaget melihat Mbak Yanti.Mereka benar-benar seperti keluarga lama yang sudah berpisah puluhan tahun.Ku dengar Mbak Melati langsung menyapa Mbak Yanti. Mereka langsung masuk ke kamar pasien, sedangkan hanya terhenti di depan pintu yang telah tertutup dan melihat mereka dari sebingkai kaca yang terpasang di pintu. Aku tidak mampu melangkahkan kakiku mengikuti mereka.Kulihat mulut Mbak Melati terus komat-kamit tidak jelas berdongeng kebersamannya dengan mas Bambang, hanya ekspresi wajahnya yang kadang tersenyum, kadang cemberut dan kadang tertawa bercanda.Mbak Melati juga mengeluarkan benda-benda kecil, album foto dan video kenangan mereka.Sungguh banyak kenangan yang mereka miliki.

Sejam berlalu tanpa hasil, kulihat mbak Melati juga sudah kelelahan, aku juga lelah, sejak tadi mengintip mereka.Mbak melati pun mulai terlihat putus asa, ada setetes air mata mengalir di pipinya dan jatuh tepat di kening mas Bambang.Mengalir ke matanya dan menyatu dengan air matanya yang tiba-tiba juga ikut menetes.Kulihat mereka kaget dan bersorak syukur.Tiba-tiba mata mas Bambang terbuka pelan, jari-jarinya bergerak-gerak.Mbak Yanti berteriak untuk segera memanggil dokter.Akupun segera berlari menuju ruang dokter jaga siang ini.

Dokter yang memeriksa mas Bambang sebelumnya pun merasa kaget dan senang setelah ku menceritakan kondisi mas Bambang. Dokter yang baik itu bergegas dengan langkah yang cepat menuju kamar mas Bambang.Namun lagi-lagi langkahku berat dan tak kuasa mengikutinya.Entah mengapa, mungkin karena terlalu gembira atau malah tidak sama sekali bahagia.Ku belokkan kaki ke arah berlawanan, menelusuri rumah sakit yang masih sepi.Ruang demi ruang, lorong ke lorong ku lalui dengan galau tanpa rasa.Aku tiba-tiba kaget ketika tiba-tiba kakiku menabrak seorang wanita hamil di depanku. Untung tidak apa-apa.

“Maaf ya, tidak sengaja..saya tadi gak konsen” sapaku penuh penyesalan.

“Gak apa-apa, Mbak..” Dia menenangkanku yang gugup, sambil mengelus perutnya yang mulai membuncit.Ku lihat dari arah kasir pelayanan obat, seorang pria kira-kira seumuran denganku berbadan sedang dan kulit sawo matang melirik kami.Dia datang mendekati kami.

“Adek gak kenapa-kenapa kan…?”Laki-laki itu bertanya hawatir pada wanita di depanku.Lalu berganti menatapku.Aku kaget ketika mata kita beradu, dia nampak terkejut dan langsung memanggilku “Ratna”.Aku heran kenapa dia tahu namaku, seingatku aku belum pernah melihatnya.

“Ratna kan..?” Dia bertanya padaku meyakinkan diri.

“Iya saya Ratna, Mas ini siapa ya? Sepertinya saya tidak kenal.”

Laki-laki di depanku lalu mengenakan dirinya padaku.Namanya Ali, dan perempuan yang bersamanya, ternyata Adiknya, Siska.Dia sedang mengantar adiknya periksa kehamilan. Ternyata kita sama-sama kuliah di UNY, dia mengambil ekonomi dan saya mengambil pendidikan.Dia kos dekat dengan kosku. Dia sering melihatku mengajar TPA di masjid dekat kos, di belakang UNY.

“Wah ternyata kakak diam-diam punya incaran nih…hi hi.”Siska nyeletuk sambil senyam-senyum.Aku pun tersipu.Dia pun tersenyum sambil mencubit adiknya.

“Mbak Ratna, boleh kan saya minta no HP Mbak”Siska memegang tanganku akrab.

Aku tidak berdaya dan kuberikan no HP ku, Dia pun MissCall dan memintaku untuk menyimpan no HP nya.Pertemuan yang menyenangkan walaupun sebentar.

Siska benar-benar cekap akrab denganku, setelah dia mendapatkan no HP ku, malamnya langsung telphon berjam-jam.Bercerita tentang kakaknya dan tentang perjalanannya mencarikan jodoh buat kakaknya yang masih juga belum berhasil.Dia juga berhasil mengorek masalah yang terjadi denganku. Aku benar-benar tak berdaya dengan gadis periang satu ini.

###

Rumah sakit makin rame dengan para pembesuk pasien. Sudah dua hari setelah mas Bambang sadar, aku belum sama sekali menjenguknya.Kemarin Mbak Yanti telphon, jantung dan tekanan darahnya sudah normal, tinggal suara dan badannya yang belum pulih.Hari ini Mbak Yanti ingin bertemu denganku.

“Ratna…” Terdengar suara Mbak Yanti memanggil dari balik Lemari minuman di kantin yang ku lewati.Aku segera mendatanginya. Mbak Yanti mengajakku duduk di bangku kantin.

“Ratna bagaiamana kabar? Bambang sekarang sudah baikan, tadi dia sedang tidur jadi saya tinggal beli makan.Kebetulan lihat kamu.”

“Syukurlah Mbak, maaf belum menengk lagi.”

“Ratna...ada yang Mbak ingin bicarakan..” Mbak Yanti terdiam sesaat seperti ragu dengan apa yang ia ingin dia bicarakan.

“ Ratna, maaf sebelumnya jika yang ingin kubicarakan ini tidak berkenan di hatimu.Saya tahu, Ratna isteri yang baik, dan mencintai suami.Tapi adakalanya cinta tidak disambut dengan hati yang tulus. Cara pandang kalian tentang Cinta dan Pernikahan jauh berbeda. Ratna lebih paham tentang tidak ada pacaran sebelum pernikahan sedangkan Bambang dia mengganggap pacaran penting dalam menjalin hubungan.Ini mungkin yang membuat Bambang lebih memilih melati. Melihat Bambang koma, Mbak sedih sekali dan tidak tahu berbuat apa.Sampai datangnya Melati dan Bambang pun bisa terbangun. Mbak merasa kalau mereka masih saling membutuhkan. Dulu Mbak melarang mereka dan sekarang Mbak tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama. Melati yang sekarang berbeda dengan melati yang dulu. Ratna tolong ikhlaskan Bambang ya…insyaAlloh Ratna akan mendapatkan ganti yang lebih baik”.Mbak Yanti terus bicara, matanya menatapku dengan penuh harapan. Aku hanya bisa menunduk dan tidak sanggup memandang matanya yang mengiba.Ku hirup napas dalam-dalam dan akhirnya aku bisa tegakkan kepala dan tersenyum.

“InsyaAlloh Mbak, saya ikhlas.Saya juga berharap yang terbaik untuk mas Bambang.Do’akan saya ynag Mbak”.

Mbak Yanti mengangguk gembira, lalu memelukku.Ya Robb jika ini keputusanmu hamba rela.Berilah hamba ganti yang lebih tepat.

####

Angkot Tangerang-Kalideres yang ku tumpangi berjalan pelan.Aku penumpang satu-satunya.Di sampingku bapak sopir angkot setengah baya sekali-kali melirikku.Pasti dia heran dengan wajahku yang muram dan mataku yang lebih sering menerawang ke samping.

“Lagi sedih ya Neng..?” Pak sopir menegurku.Belum sempat ku balas pertanyaannya, tiba-tiba HP ku bunyi dan ada SMS masuk.

Assalamu’alaikum Ratna, ini Ali. Maaf jika aku lancang.Jujur saya sedang mencari calon isteri untuk sama-sama membangun keluarga SAMARA.

Saya sudah mengenal Ratna sejak kuliah.Siska juga sudah banyak bercerita tentang Ratna pada saya.Aku sungguh kaget dan tidak percaya dengan SMS yang aku baca.Dengan sedikit ragu aku ketik balasan untuknya.

Wa’alaikumsalam. Maaf Mas Ali.Apakah Mas Ali sudah tahu kalau saat ini saya seorang janda.Bagaimana tanggapan orang tua Mas Ali nanti?

InsyaAlloh saya sudah bicarakan dengan Siska dan orang tua saya.Mereka tidak keberatan.Dulu Ayah saya juga menikahi Ibu saya yang seorang janda.Jadi janda atu Single bagi saya tidak beda, hanya berbeda cerita.

Aku tersenyum, ada harapan yang mulai tumbuh di hatiku.

Kalau begitu, bolehkah saya minta waktu untuk Istikhoroh dulu.

Tentu, Saya akan menunggunya. Terimakasih. Obrolan SMS kita berakhir. Subhanalloh, Sungguh tidak ku sangka. Aku terus berdzikir. Ya Robb apakah mas Ali pengganti mas Bambang untukku.Hamba mohon pilihan yang terbaik dari-Mu.Ada asa menyelimuti kalbuku.Aku pun tersenyum melirik Spion di kiri angkot.Pak Sopir di sampingku juga ikut tersenyum.

“Wah, sekarang lagi seneng ya Neng…” Aku pun tertawa tersenyum lebar malu-malu.Si Bapak tertawa lucu.Kami pun tertawa bersama-sama.

Tangerang, Agustus 2011.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun