Mohon tunggu...
Mar Ham
Mar Ham Mohon Tunggu... -

tukang pinaq berite. Tinggal di Mataram Lombok. Ingin berteman dengan siapa saja di seluruh indonesia. Jayalah Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Polemik Tucuxi dan Bangganya Jadi Orang Jepang

9 Januari 2013   13:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:20 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

SELAMA ini Indonesia selalu membangga-banggakan ekspor berbagai komoditi yang dimiliki ke sejumlah negara. Termasuk membanggakan ekspor kendaraan yang bermerek luar, khususnya Jepang ke beberapa negara.

Tidak dipungkiri, penulis juga selalu membangga-banggakan produk dari Jepang. Buktinya, kendaraan yang dipakai adalah merek-merek Jepang yang selalu setia menemani kemana pergi. Bahkan, dengan biaya berapapun akan dirawat atau diperbaiki, asalkan produk tetap dalam kondisi bagus.

Terkadang saat berada di jalanan dan merupakan puncak kemacetan, produk-produk Jepang lah yang mendominasi. Di antara produk-produk itu, tidak ada kreativitas anak bangsa yang ikut memacetkan jalanan yang dibangun dengan uang rakyat. Barangkali bisa dihitung dengan jari, produk luar merek Jepang yang ada di jalanan itu.

Penulis jadi berpikir. Kalau melihat seperti ini, apakah kita tidak dijajah lagi oleh Jepang? Bagaimana tidak, setiap produk terbaru yang dikeluarkan pasti kita tertarik untuk memilikinya. Bahkan, tidak jarang beberapa oknum PNS atau pejabat yang harus membeli dengan cara korupsi. Secara pribadi, penulis ingin memiliki dan memiliki produk-produk baru ini, tapi apa daya uang tidak sampai. Cukup lah hanya bisa memiliki sepeda motor bermerek Smash produksi tahun 2005.

Sungguh luar biasa pelet Jepang ini. Tidak hanya itu, di masyarakat kita pameo tentang pelet Jepang justru lebih ampuh dari pelet dukun atau ahli ilmu tenaga dalam.

Penulis tidak ingin melupakan jasa para penemu atau para pencipta produk-produk yang kini mendominasi dunia. Seperti Soichiro Honda, Sakichi Toyoda, Michio Suzuki dan lainnya. Karena merekalah apa yang kita lakukan bisa dilakukan dengan cepat.

Bandingkan dengan Malaysia. Rakyat Malaysia sangat bangga dengan produk yang dimiliki negaranya. Sebuah kendaraan bermerek Proton yang bisa mengalahkan dominasi produk-produk Jepang hilir mudik di jalanan Malaysia. Meski pada awalnya bekerjasama dengan Mitsubishi, putra-putra Malaysia mampu berkreasi dan menciptakan produk negeri sendiri.

Lantas bagaimana dengan Indonesia?

Secara pribadi, penulis melihat masalah teknologi belum mendapat dukungan dari pemerintah. Bahkan, wakil rakyat pun terkesan tidak memberikan dukungan dengan produk asli Indonesia.

Kasus yang menimpa Menteri BUMN Dahlan Iskan dengan mobil listriknya membuktikan tidak ada dukungan penuh terhadap produk-produk nasional. Kecelakaan yang dialami sang menteri justru dijadikan ajang mencari kesalahan dan melemahkan kemungkinan adanya produk otomotif nasional.

‘’Dahlan tidak mesti hanya ditilang. Dahlan harus membayar denda. Dahlan harus dipenjara, Dahlan harus bertanggung jawab,’’’’

Semestinya, kita harus memberikan dukungan dan memperbaiki kekurangan apa yang ada di kendaraan yang dikendarai. Bukan malah mencari-cari kesalahan. Kalau seperti ini, kapan Indonesia akan maju? Kalau seperti ini, kapan penulis bisa membanggakan produk asli Indonesia? Bukan malah membanggakan produk Indonesia, tapi onderdil dan rangka mesin didatangkan dari negara asal.

Begitu juga dengan mobil ESEMKA yang dipopulerkan Jokowi. Cenderung ada mencari kesalahan dalam produk ini, sehingga saat ini belum ada kabarnya. Bahkan, ada upaya mobil produk-produk lokal tidak bisa diproduksi dan produk luar tetap mendominasi. Apa benar ya???

Uhhhm, berbicara masalah ini tidak akan pernah selesai. Tapi cukup sampai di sini saja. Mudah-mudahan ada manfaatnya. Salam Kompasiana…..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun