Mereka pun melanjutkan perjalanan hingga tiba di daerah perbatasan Jurang Jaler dan Jontlak.
Sebuah, sungai menghadang mereka dengan batu-batu yang tajam. Namun, kuda-kudanya terus digeber biar cepat sampai tujuan.
Mereka pun memacu kudanya menelusuri kegelapan malam hingga tiba di sebuah rumah penduduk.
Pangeran Kumara yang menjadi penunjuk jalan pun mengetuk pintu.
''Sampu rasun,"
''Rampes," jawab pemilik rumah dari dalam.
Seorang laki-laki paruh baya pun keluar dan menghampiri Pangeran Kumara dan rombongan.
''O, Dabok,'' ujarnya singkat. ''Sudah kemana? Kok tengah malam gini baru pulang?'' tanyanya lagi.
''Biasa, Tuaq (paman). Baru pulang dari Kopang,''jawabnya lagi.
''Sama siapa?''
''Ini saya sama teman-teman yang baru ketemu di Kopang. Mereka ingin ikut ritual sembahyang di mata air Sungai Gangga besok,'' jawab Pangeran Kumara. ''Kami ingin menginap di berugak yang ada di luar. Itu kalau Tuaq Cedin tak keberatan,'' tambahnya sambil menyebut nama pemilik rumah.