Mohon tunggu...
Mbakyu .Margiyati
Mbakyu .Margiyati Mohon Tunggu... -

Di Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tantangan bagi Guru Menghadapi Kurikulum 2013

21 Agustus 2014   04:33 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:00 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kurikulum 2013 sudah harus dilaksanakan oleh semua sekolah yang ada di Indonesia yang berlaku mulai Juli 2014. Kurikulum 2013 diberlakukan bagi siswa kelas VII dan VIII, dan untuk siswa kelas IX masih menggunakan kurikulum KTSP sesuai dengan sekolahnya masing-masing. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubahdan manusia terdidik beriman bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia , sehat ,berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan warga demokratis, bertanggungjawab.

Untuk mewujudkan siswa yang sesuai dengan kompetensi di atas tentunya diperlukan guru-guru yang benar-benar berkualitas lahir maupun batin. Penulis mengatakan berkualitas secara lahir maupun batin dikarenakan semua kompetensi di atas bersifat ada yang lahir dan ada yang batin. Siswa untuk menjadi manusia yang terdidik beriman, bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, tentu saja tidak hanya dari pendidikan keluarganya saja. Bagaimana pendidikan agama dalam keluarga, namun juga pendidikan agama dari lingkungan rumah, lingkungan teman dan lingkungan dalam sekolah. Bapak ibu guru yang ada di dalam sekolah ikut berperan juga dalam memberikan contoh sikap hidup sesuai dengan agama yang dianutnya. Itu berarti guru harus dapat memberikan sikap perbuatan atau aklak mulia yang sesuai dengan norma-norma agama. Diharapkan dalam kurikulum 2013 ini menghasilkan anak atau menjadi orang yang nantinya mempunyai aklak mulia, aklak yang terpuji. Menanamkan, membimbing dan mengarahkan agar siswa yang dalam kesehariannya memiliki sifat yang terpuji tentu saja tidak semudah membalikkan tangan, namun guru harus benar-benar jeli dalam melakukan penilaian, mengingatkan apabila siswa melakukan hal yang kurang terpuji dan mengarhkannya kembali dan meluruskannya sesuai dengan norma agama. Siswa yang mempunyai latarbelakang agama dan aklak mulia yang sudah bagus , guru tidak terlalu bekerjakeras untuk mendampingi dan mengawasinya, namun bila ada siswa yang mempunyai latarbelakang aklak yang kurang terpuji maka guru benar-benar ektra dalam mengawasi serta meluruskannya. Contohnya siswa yang suka merokok dipinggir jalan dengan seragam sekolahnya, berkeomok dengan siswa dari sekolah lain yang mempunyai kenakalan yang sama, akan menjadi kewajiban guru dan orang tua agar hal tersebut tidak dilakukan lagi. Belum lagi masalah sekelompok siswa yang mempunyai rencana jahat dengan sekolah lain ini akan menjadikan keresahan tersendiri dan menjadi tanggungjawab kita sebagai guru serta orangtua. Hal ini perlunya guru harus mempunyai rasa tertantang bukan karena dari segi ilmu pengetahuan dan strategi di dalam mengajar namun ini adalah tantangan menjadi guru yang profesional yaitu yang dapat merubah sikap siswa yang tidak terpuji menjadi siswa terpuji.

Guru akan merasa tertantang apabila guru tersebut sudah mulai terbuka wawasan dan hatinya. Untuk menjadi terbuka dan menerima perubahan kurikulum tentunya tidak terlepas dan proses dan waktu. Perlu waktu yang berbeda-beda antara guru satu dengan yang lainnya, sesuai dengan kadarnya masing-masing. Untuk menerima kurikulum 2013 serta segala perubahannya tentu saja diawali dengan pengetahuan dan pemahaman akan isi kurikulum 2013. Setelah guru membaca isi Kurikulum 2013 dan perubahan maka guru tersebut akan memahamidan berusaha untuk menerima perubahannya. Dia akan berusaha mengubah strategi dan haluanya dalam proses pembelajarannya yaitu sesuai dengan pendekatan saintefik yaitu pembelajaran dengan 5 M nya.

Tak kalah pentingnya perubahan tidak hanya dalam strategi pendekatannya namun juga dalam hal penilaian siswa. Penilaian sikap kepada siswa dalam setiap proses pembelajaran akan membuat siswa sedikit demi sedikit akan berubah dan harapan kedepannya siswa akan terbentuk dengan sendirinya bahwa sikap yang diharapkan itu tidak dan bukan karena penilaian namun hal itu menjadi kebiasaan yang sudah tercetak dengan sendirinya. Penulis mencoba memberikan penilaian kehadiran siswa di depan kelas secara langsung dengan menggunakan huruf A bagi yang hadir tidak terlambat serta huruf B untuk yang terlambat. Maka dalam hari berikutnya saat guru masuk dalam kelas maka berbondong-bondong dulu duluan siswa untuk masuk dalam kelas. Nah contoh yang kecil ini dapat merubah sikap siswa yang kurang disiplin menjadi disiplin.

Para pembaca yang budiman tentu saja tulisan saya ini kurang sempurna untuk dibaca, hal ini karena kurterbatasan penulis dalam ilmu untuk itu mohon kiranya andalah yang dapat menyempurnakannya. Penulis masih dalam taraf belajar, karena penulis mulai tertantang maka penulis belajar untuk menulis yang sedikit diketahuinya. Semoga dengan yang sedikit ini akan bermanfaat bagi para pembaca, amin. Wassalam...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun