Mohon tunggu...
Agung Alone
Agung Alone Mohon Tunggu... -

Kata-kata jangan jadikan duri. Jadikanlah ia sari pati. Twitter : @gustimargy Facebook : agung.katro.3

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Air dan Kehidupan Manusia

18 April 2015   13:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:57 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat lepas dari keberadaan air. Air adalah kebutuhan primer manusia bahkan sejak dirinya dilahirkan. Unsur air dalam diri manusia menjadi unsur utama. Kita dapat membayangkan jika kekurangan unsur air dalam diri kita. Tubuh akan kaku dan pucat. Bahkan gejala tubuh jika kekurangan air akan lebih parah. Berbagai macam penyakit akan bersarang di badan. Jika dehidrasi itu berlanjut maka orang akan cepat meninggal. Alangkah penting air bagi kehidupan manusia.

Beruntunglah manusia yang tinggal di dekat sumber air. Karena sebagian belahan bumi ini juga terdapat wilayah yang kekurangan air. Bukan hanya kekurangan, mungkin langka air. Bagi mereka air ini bukan hanya jadi barang mewah, melainkan juga menjadi masalah besar. Akan tetapi nyatanya tidak semua orang yang hidupnya berkecukupan air dapat menyadari hal ini. Malahan sering mengangap berita kekeringan yang ditemui di televisi dan koran-koran seringkali tidak cukup membuka kesadaran ini. Mereka menganggap biasa saja.

Penulis pernah memiliki pengalaman memprihatinkan dalam urusan air. Pada sekitar tahun 1994 penulis sedang mengikuti program KKN dari kampus. Penulis memperoleh penempatan di Beji, Kecamatan Patuk, Gunungkidul. Saat itu air sedang sulit, padahal ketika itu juga terjadi musim penghujan. Untuk keperluan MCK sungguh cukup menderita, setidaknya jika dibandingkan dengan kebiasaan sehari-hari di tempat kost. Kami yang berjumlah 30-an orang satu kelompok kesulitan memperoleh air. Hasil menimba hanyalah dapat menaikkan sepersekian ember kecil dari dasar sumur. Itu pun bercampur tanah kapur. Air itu tidak layak untuk dikonsumsi. Kalaupun digunakan untuk mencuci akan menimbulkan kerak kekuning-kuningan pada pakaian ataupun perkakas memasak.

Kondisi sulit itu mendorong kami harus mencari sumber air di tempat lain. Tidak jarang kami harus menumpang mandi di kampung lain, ataupun pergi ke sungai yang airnya juga sangat dangkal dan kotor. Beberapa mahasiswa malah harus turun gunung untuk sekadar mandi dan mencuci pakaian.

Perilaku Hemat

Kondisi yang sebetulnya sangat memprihatinkan tersebut tentu tidaklah seberapa menderita jika dibandingkan dengan wilayah lain yang memang sama sekali tidak ada air. Daerah tandus dan padang pasir adalah contoh nyata betapa air menjadi hal mustahil. Oleh karena itu kita pantas bersyukur negara kita didominasi oleh wilayah perairan. Negara kita sangat subur. Bahkan dalam nyanyian koes ploes, tongkat saja ditancapkan akan menjadi tanaman. Itu artinya kandungan air dataran kita sangat kaya. Meskipun tidak seluruh wilayah negara ini mudah mengakses keberadaan air.

Minimnya kesadaran terhadap penggunaan air ini masih dianggap wajar oleh karena kurangnya kampanye atas vitalnya ketersediaan air. Orang lebih banyak belajar pada pengalaman yang dialami sendiri untuk merubah perilaku sadar ini. Pemerintah yang seharusnya ambil peran dan tanggungjawab terhadap pengelolaan air dan kekayaan alam seolah hanya tenggelam dalam hiruk pikuk politik. Akibatnya program-program yang bersentuhan dengan kebutuhan dan ketersediaan air bagi kehidupan sangat abai. Lalu, dari mana kita harus mulai peduli?

Bagi masyarakat desa yang mengandalkan air sumur tanah sebagai penyuplai utama kebutuhan air biasanya malah memiliki kesadaran yang lebih baik dalam pemanfaatan air secara hemat. Apalagi kalau wilayah tempat tinggalnya juga bergantung pada dua musim penghujan dan kemarau, dimana jumlah debit air tanah juga terpengaruh. Mereka terlihat lebih bijak menggunakan air secukupnya. Cukup untuk konsumsi, MCK, dan irigasi sawah ladang. Jauh dari sikap pemborosan air.

Kondisi ini agak berbeda dengan habit masyarakat modern dan taraf ekonomi menengah ke atas. Penggunaan air sering terkesan jor-joran. Pemakaian air di sana sudah bukan lagi untuk memenuhi kecukupan kebutuhan primer. Tetapi sudah untuk memenuhi selera kemewahan. Kita masih sering menemukan orang menyiram halaman dan jalan hanya untuk menghilangkan debu menempel dengan air PDAM yang dibayar dengan harga meteran.

Penggunaan air bagi masyarakat di perkotaan meskipun sadar tidak gratis tetapi masih jauh dari kesan hemat. Padahal ketersedian air yang memadai semakin lama semakin berkurang. Berkurangnya itu dapat disebabkan oleh abrasi air laut, kurangnya peresapan, pencemaran limbah, dan hilangnya area hijau. Akibatnya justru berbalik dari harapan. Perkotaan padat mudah sekali ditimpa musibah banjir jika turun hujan. Curah hujan yang jatuh tidak mudah terserap bumi. Ditambah kondisi permukaan daratan dan perairan sudah semakin tipis. Belum lagi terjadinya pendangkalan sungai akibat kesadaran masyarakat memperlakukan sungai kurang baik.

Semua permasalahan di atas dibutuhkan kesadaran tingkat tinggi secara bersama-sama. Pemerintah harus menciptakan program yang sistematis dan terintegrasi untuk penyediaan air layak konsumsi secara berkelanjutan. Pihak swasta terutama pengembang pemukiman harus peduli dan mewujudkan blue-print berdasarkan penataan pemukiman yang hijau dan bersahabat dengan alam. Dan pada di tingkatan warga atau orang per orang, tuntutan bersikap hemat penggunaan air tidak dapat ditunda-ditunda lagi.

Masyarakat harus menyadari sepenuhnya bahwa hemat penggungaan air adalah keniscayaan yang dapat menguntungkan dirinya. Kita dapat mengkalkulasi, seumpama satu orang dapat menghemat penggunaan air tanpa mengurangi tujuan pokok pemakaian air itu. Misalnya satu orang menghemat 10 liter air setiap mandi dan tidak memakai air untuk keborosan, maka dalam satu hari sudah hemat 20 liter air. Dalam seminggu sudah hemat 140 liter. Bagaimana kalau dalam sebulan? Dalam setahun? Dalam sepuluh tahun atau seumur hidupnya? Itu barulah penghematan dari perilaku mandi, belum dari perilaku lain yang menggunakan media air. Maka keberlimpahan air akan tetap terjaga untuk kebutuhan anak cucu kita di masa depan.

Pencemaran Air dan Inovasi Daur Ulang

Pemborosan air adalah kebiasaan yang merugikan bagi siapapun. Namun yang lebih merugikan lagi dan dapat memusnahkan kehidupan adalah bencana yang ditimbulkan oleh air karena tidak dikelola dengan baik. Akibat limpahan air yang tidak terkendali seringkali memakan korban bukan hanya harta tetapi juga jiwa manusia dan kehidupan sekitar. Air adalah sahabat kita. Tetapi di waktu yang lain pula air adalah dapat berubah menjadi bencana. Itulah akibat jika manusia tidak mampu mengelola potensi alam.

Di pedesaan, selain kekeringan karena kurangnya ketersediaan air, bencana karena kelebihan debit air juga dapat terjadi. Misalnya akibat penggundulan hutan yang tidak dibarengi reboisasi dan pengelolaan tanah di lereng-lereng pegunungan dan perbukitan. Sedangkan di tingkat perkotaan, kekeringan relatif mudah diatasi walaupun masih bersifat jangka pendek karena dapat diciptakan teknologi pemanfaatan air melalui proses daur ulang dan filterisasi. Tetapi ini adalah solusi yang bersifat sementara karena bagaimanapun sumber air semakin berkurang dan tidak semua air yang tersedia dapat di filter untuk kebutuhan rumah tangga. Perilaku perkotaan dewasa ini sudah mengeksplorasi sumber mata air dari pegunungan untuk mensuplai kebutuhan masyarakat. Air dikemas menjadi air isi ulang ataupun air mineral yang dapat langsung diminum.

Pencemaran air yang terjadi saat ini sudah sangat mengkhawatirkan. Pencemaran biasanya terjadi di lingkungan sekitar industri dan perkantoran. Limbah industri dan limbah rumah tangga yang tidak diolah dengan baik dan dibuang secara sembarangan dapat membahayakan kehidupan. Jika tidak ada kesadaran dari para pelaku industri untuk menciptakan sistem Amdal yang memadai maka akan menciptakan bencana bagi lingkungan sekitar. Mental pelaku industri dan para peneliti sampah industri harus bersih dari limbah KKN. Standarisasi limbah berbahaya harus benar-benar ditegakkan dan dijaga validitasnya. Dengan demikian penduduk yang tinggal di sekitar industri tidak merasakan dampak buruknya. Masyarakat yang tinggal di sepanjang sungai dimana limbah dibuang dapat hidup tenang tanpa kuatir tercemar. Dengan demikian kesehatan masyarakat dapat terus terjaga.

Untuk tetap menjaga ketersediaan air yang layak bagi kehidupan anak keturunan kita nanti perlu dikembangkan inovasi penciptaan teknologi baru yang dilandasi kesadaran konstruktif bukan semata urusan proyek dan bisnis. Kepedulian pemerintah, ilmuwan, dan pelaku industri sangat diharapkan sehingga kontrubusi terbaik untuk kelestarian air bagi masa depan kehidupan terus meningkat. Alam yang didalamnya termasuk air adalah titipan Tuhan untuk masa depan. Tidak boleh dihamburkan dan dicemarkan tanpa melihat efek jangka panjang. Kita dapat membayangkan jika semua perkotaan sudah padat dengan bangunan, kurang area peresapan, saluran tidak memadai, sungai mendangkal oleh sampah, dan semua limbah rumah tangga serta industri tidak dikelola dengan baik, maka dipastikan kota akan segera mengalami kehancuran. Bencana banjir akan melanda. Kebakaran akan mudah terjadi. Kemacetan terus menerus menyesakkan kota. Dan air layak pakai semakin sulit didapatkan.

Kita juga dapat membayangkan jika penggundulan hutan dilakukan terus dengan membabi buta. Pembangunan pemukiman di di bukit-bukit hijau semakin digalakkan dengan mengekploitasi keindahan kurang memikirkan dampak keamanan. Maka suhu bumi akan memanas. Sumber air bersih akan langka. Dan akibatnya, manusia kesulitan mendapatkan air murni yang menyehatkan. Inovasi di bidang teknologi penyulingan air yang saat ini sudah terasa manfaatnya dan semakin marak ini akan menemukan masalah besar jika sumber air bersih sudah sulit ditemukan. Lambat laun air akan menjadi barang mewah bagi manusia padahal sejatinya air adalah kebutuhan hakiki yang tidak dapat dihindari. Tanpa air layak konsumsi maka orang akan mudah terjangkit penyakit dan cepat mati. Semoga kesadaran kita terbuka sehingga mampu menciptakan inovasi teknologi pelestarian air untuk kemanfaatan bersama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun