Mei menghias mega mendung
mengharukan awan dan raut muka kelabuku
di pojok pabrik tak bernama, simpuhku kelu:
terkenang darah dan peluh ibu
--
Aku berlari dalam sunyi kata-kata
menghampiri luka yang masih merah itu
--
Derai doa-doaku bercampur gerimis tangis pagi
aku terbakar rindu
kepada senja yang terpotong belati penguasa
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!