dalam gerimis
butiran air mata mengikis
duka yang meringis
--
“perjalanan ini harus berakhir,
Untuk berganti kereta
menuju rumah abadi,” katamu
--
aku sayup mendengar adzan
berkumandang memberangkatkan
jasadku ditanam
--
“hanya keikhlasanmu, sayang
yang kuharap mengantar
kuburkan aibku,” pintaku
--
sementara kereta yang kutunggu
tak kunjung datang
kau telah lama menghilang
lalu, maklhuk-makhluk aneh
menemaniku
sehari seperti seribu tahun lamanya
--
(Jakarta, Juni 1998)
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!