Mohon tunggu...
Margaretha Primayasti
Margaretha Primayasti Mohon Tunggu... Full Time Blogger - manusia biasa

Orang random yang suka eksplor seni, budaya, dan sejarah terutama dalam penulisan. Monggo sedulur mampir ning Kompasiana kulo. Maturnuwun. 😊

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kremasi dan Pelarungan Abu Mayat yang Sarat akan Tradisi dan Budaya

18 Februari 2022   13:10 Diperbarui: 10 Januari 2023   16:55 1001
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tanggal 16-17 Desember 2021 Selebram asal Indonesia, Laura Ana telah tiada, dikremasi di Rumah Duka Grand Heaven Jakarta dan dilarungkan abu mayat di Laut lepas Ancol oleh pihak keluarga dari Laura Ana.

megapolitan.kompas.com
megapolitan.kompas.com

Kremasi dan pelarungan abu mayat bukan hanya ritual sekali yang dilakukan oleh keluarga Laura Ana untuk mendiang Laura Ana, namun sudah dilakukan beratus kali hingga berjuta kali.

Di berbagai daerah di Indonesia masih melakukan ritual kremasi dan pelarungan abu mayat yang salah satunya adalah Bali. Penyebutan istilah kremasi di Bali disebut dengan "Ngaben" sejak masuknya era kerajaan Majapahit masuk ke Bali pada abad ke-13.

travel.okezone.com
travel.okezone.com

"Ngaben" merupakan sebuah ritual keagamaan Hindu yang paling komplit karena terdapat unsur gotong royong, pengorbanan, penghormatan terhadap leluhur, penglibatan massa secara besar, termasuk jumlah sub upacara dan sesaji yang harus disiapkan.

news.detik.com
news.detik.com

Bagi masyarakat keturunan tionghoa di penjuru wilayah di Indonesia terutama penganut agama Buddha, mereka wajib melakukan kedua ritual tersebut baik kremasi maupun pelarungan abu mayat yang tujuannya sebagai salah satu tradisi dalam proses pemakaman orang tionghoa baik keluarga, kerabat maupun teman dan salah satu bentuk dari rasa penghormatan dan pelepasan jiwa seseorang. Istilah yang mereka gunakan adalah "Tyuet Suah".

Kremasi dan pelarungan abu mayat di laut dapat bisa dikatakan sebagai sarat akan nilai tradisi dan nilai budaya. Kedua proses ritual tersebut sebagai bentuk dari sebuah penghormatan secara khusus terhadap leluhur baik itu keluarga, kerabat maupun teman yang sudah tiada. Kedua proses ini juga tak pernah lekang oleh waktu dan akan selalu dilestarikan secara terus-menerus.

Sumber:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun