Untuk kesekian kalinya, A mencuri uang untuk membeli heroin. Walaupun baru berusia 17 tahun, siswa SMU ini sudah pernah 2 kali bolak-balik pusat rehabilitasi narkoba di RS Fatmawati tahun ini. A pertama kali menghisap rokok dengan teman-temannya di usia 10 tahun; dulu awalnya mencuri rokok Ayahnya sendiri.Â
Lalu pada SMP, A bereksperimen dengan kombinasi rokok dan alkohol. Lama-kelamaan, ia merasa kurang puas dengan efeknya, lalu mencoba ganja yang diberikan teman sebayanya. Sejak 2 tahun terakhir A sudah menggunakan berbagai zat, termasuk heroin, untuk mendapatkan kepuasan yang lebih besar yang selalu dicarinya.Â
Orang tua tidak habis pikir, sudah 2 kali masuk panti rehabilitasi namun tidak ada kesembuhan. Setiap kali pulang, hanya dalam 2 minggu, A sudah kembali menyalahgunakan zat. Sepertinya sulit merubahnya sekarang setelah kecanduan. Mereka berpikir dalam hati, apa yang mereka bisa lakukan sekarang? Dan jikalau mereka bisa, apa yang bisa dilakukan untuk mencegah kecanduan ini terjadi?
Kecanduan zat dan non zatÂ
Kecanduan adalah kondisi dimana seseorang mengkonsumsi zat (misalkan: alkohol, rokok) atau terlibat dalam aktivitas (misalkan: judi, seks dan pornografi, belanja, online gaming) yang memberikan kepuasan namun jika terus-menerus dilakukan akan menimbulkan ketergantungan dan mengganggu fungsi hidup sehari-hari, seperti gangguan dalam bekerja, relasi sosial dan kesehatan. Biasanya orang mengalami kecanduan memahami persoalan yang tengah dialaminya telah merugikan dirinya dan orang lain, namun merasa kesulitan atau tidak berdaya untuk mengendalikan atau menghentikan perilakunya tersebut.Â
Saat ini, ada berbagai jenis kecanduan yang dapat dialami manusia. Pedoman diagnostik gangguan mental (Diagnostic and Statistics of Mental Disorders; DSM V, 2013) yang disusun oleh American Psychiatry Association menyatakan bahwa peningkatan jumlah perilaku kecanduan terjadi bukan hanya pada penggunaan zat adiktif, namun juga ketergantungan aktivitas seperti: online game dan judi. Secara umum ada dua jenis, yaitu: kecanduan zat dan kecanduan non-zat.Â
- Kecanduan zat: penyalahgunaan berbagai zat kimia, baik alami maupun buatan, dalam rangka mendapatkan kepuasan atas efek spesifiknya (stimulan, depresan dan halusinogen).
- Stimulan: zat-zat yang memberikan efek peningkatan aktivitas otak dan tubuh, misalkan: ampethamine, coccaine,Â
- Depresan: zat-zat yang memberikan efek menenangkan dan merelakskan aktivitas otak dan otot tubuh, misalkan: heroin, obat penenang benzodiazepines.
- Halusinogen: zat-zat yang memberikan efek halusinasi, misalkan: LSD, psilocybin, MDMA.Â
- Kecanduan non zat: keterlibatan dalam berbagai aktivitas yang menyebabkan ketergantungan dan persoalan psikologis, beberapa di antaranya: judi, pornografi, online gaming, belanja. Bahkan akhir-akhir ini ditemukan gejala kecanduan Facebook, dimana penggunaan Facebook yang terus-menerus mengganggu individu untuk melakukan hidup dan bekerja/belajar sehari-hari.Â
Mengapa Kecanduan?Â
Manusia memiliki kebutuhan untuk membuat hubungan dengan orang-orang di sekelilingnya (Hari, 2015). Maka, secara alamiah manusia membangun relasi dengan hal-hal yang memberikannya rasa aman dan nyaman. Berbagai penelitian menemukan, jika manusia mendapatkan pemenuhan kebutuhan dasar sosialnya ini dari orang-orang yang hidup di sekitarnya, maka ia akan mendapatkan hidup yang bahagia dan sehat. Namun jika manusia tidak mendapatkan hubungan sosial yang dapat memenuhi kebutuhan sosialnya, maka manusia akan merasa kosong.Â
Menurut Hari (2015), lingkungan hidup yang tidak memberikan kebahagiaanlah yang menyebabkan manusia mengalami kecanduan. Depresi, isolasi, penolakan dan perasaan tidak bahagia atau tidak memiliki makna hidup, adalah beberapa hal yang ditemukan terkait dengan munculnya kecanduan.Â
Lalu, beberapa orang akan berusaha mengisi kekosongannya dengan ikatan-ikatan baru, baik dengan benda, zat atau aktivitas di sekitarnya. Salah satunya adalah ikatan dengan benda/zat atau aktivitas yang membuat ketergantungan. Zat dan aktivitas ini memberikan kenikmatan sementara bagi pengguna, sehinggga ia akan berusaha mengulangnya untuk menghasilkan kepuasan. Ini sebenarnya adalah hubungan yang semu. Jika ditambah dengan lingkungan hidup yang buruk, perasaan tidak bahagia dan kurangnya relasi sosial yang bermakna, maka hal-hal tersebut akan membuat manusia semakin mengikatkan diri dengan ikatan semu, dan akhirnya menjadi kecanduan.Â