Berawal dari seorang pria yang harus mengabdikan dirinya bekerja di seberang pulau nan jauh demi memenuhi kebutuhan materi sang anak perempuannya dalam dunia kampusnya-berharap sang anak menjadi seorang manager yang berWiBAWA-.
Meninggalkan seorang pendamping yang setia mencintai-nyadi sebuah desa yang asri dengan sejuta kegalauan dan pertanyaan “benarkah aku hamil??”
Sejumlah fakta mengatakan demikian…dukun bayi, dokter, bidan..yaa,semua mengatakan bahwa beliau “mengandungseorang bayi”. Apa yang terjadi? hemm..penolakan (mengapa harus terjadi ketika suamiku pergi?!), akankah diakui sebagai anaknya? Segudang pertanyaan muncul di benak beliau.
Sumpah serapah dari tetangga datang “titeni sok nek anakmu lahir rag ono sing nilik’i” ( lihat saja besok, kalau anakmu lahir tidak ada yang menengok). Tangis air mata menetes deras bak sungai yang mengalir ke muara, hanya seorang wanita paruh baya berusaha menenangkannya dan memberikan kebahagian. Dimanakah suaminya? Begitukah seorang suami terhadap istrinya?hahaha..
Putus asa melingkupi pikirannya, suaminya tak kunjung pulang. Padahal kabar tentang kehamilan sudah terbang dan sampai di tangan sang suami.
Tiga bulan sejak masa kehamilan berlalu, akhirnya yang ditunggu-tunggu pun datang dengan membawa se gepok uang ditasnya. Sebagian untuk anak permpuan yang berkuliah, dan sebagian untuk sang istri dan 1 org anak kecilnya. Waktu pun berlalu, kembalilah sang pria bekerja di ibu kota Indonesia, seperti biasa, beliau mencoba memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang kepala Rumah Tangga.
Kasih sayang yang sangat kurang dirasakan oleh sang wanita hamil dan bayi yang dikandungnya. Iblis merasuk, dan muncul pikiran “lebih baik aku menggugurkan kandungan ini, beban mental terlalu berat untuk aku pikul sendiri”. Hal inipun diceritakan kepada seorang wanita paruh baya yang setia menemaninya. Wanita paruh baya tidak bisa melakukan apa-apa. Hanya terdiam dan sesekali melihat keadaan sang wanita yang mengandung..
Usaha pertama – minum jamu, anggur, arak…
Usaha kedua – minum obat dan sprite..
Usaha ketiga – pergi ke dokter kandungan, mencoba menggugurkan..(jawaban dokter, janin anda sangat sehat, maaf..kami tidak bisa menggugurkannya)
Usaha ke empat – pulang ke tempat asalnya, menyuruh keponakannya kelas 2 SD menginjak2 punggungnya
Alhasil?? Maaf anda kurang beruntung nyonya..janin di perut anda semakin melekat kuat. APA??!!TIDAK MUNGKIN. .
Menyerah dan membiarkan janin tersebut terus tumbuh dan berkembang.
9 bulan 10 hari..
Sebelum sang dukun bayi sampai, bayi telah lahir dengan sendirinya.. hanya di bungkus lampin oleh wanita paruh baya..
Pikirku.. ahh, si bayi kuat juga yaa,,;-)
Perempuan..ya, yang lahir bayi perempuan dengan mata bulat, kulit bersih dan tangisan yang menggemaskan. Bagaimana dengan sumpah serapah?? Benar-benar terjadi, tak ada tetangga yang datang menjenguk selain wanita paruh baya tersebut…wooww,,inikah KUTUK?
Malang sungguh nasib sang wanita ini, kelahiran bayinya tidak ditunggu oleh sang suami..
Sampai 1 bulan setelah kelahiran, suami tak kunjung pulang..hanya sepucuk surat yang berisikan nama bayi perempuan itu dan sejumlah uang.
Sang ibu yang melahirkan itu tak bisa membendung rasa sedih dan kecewanya, sejak dari 0 bulan sampai 11 bulan masa kehamilan dan kelahiran, tak ada suami yang menemaninya..bayi perempuan itu akhirnya di asuh oleh wanita paruh baya..
Setengah bulan, sang ayah datang dan mengambil bayi perempuannya dari wanita paruh baya tersebut, sempat terbersit di pikiran sang wanita yang melahirkan bayi “ingin pulang ke rumah ibu.nya”. tapi untungnya hal itu bisa dihentikan wanita paruh baya.
*************************************************************************************
Dunia baru dimulai, sang bayi kecil beranjak tumbuh dewasa, dan dia mempunyai kakak perempuan.
Kejadian yang pahit sejak masa kandungan dibarengi dengan kasih sayang yang tidak seimbang, membuat anak kecil ini menjadi pribadi yang “mengasihani diri sendiri”.
Paham dari sang ayah yangmenjadi gaya hidup anak perempuan kecil“teman itu tidak penting, yang terpenting adalah belajar dan pintar”, menjadikan anak kecil tersebut susah untuk bergaul dan hasilnya..tentu tidak punya teman banyak.
Bersyukur..karena kepintarannya, dia masih di hargai oleh temannya yang lain. Bisa dibayangkan apa jadinya kalau sang anak tersebut egois dan bodoh?
Oohhhh..pengajaran ayahnya terlalu keras. Salah sedikit, tinju melayang di tubuhnya, kaki melayang di kepala anak kecil itu, bahkan tembok rumah pun sempat mencium kepalanya atau lebih ekstrimya giwang bisa patah dan lepas dari telinga karena dijewer. Apa penyebabnya? Suatu kali sang anak ingin kebebasan, sang anak pergi main ke rumah temannya. . . haha, malangnya belum ada 1 jam, sang ayah sudah menjemputnya dengan senyuman yang menipu di depan tetangga, dan sampai rumah…di jewerlah telinganya dan sampai seperti itu..;-)
Hemm..bagaimana perasaan anda jika anda jadi anak tersebut?^_^
Akar kepahitan menjadi sangat kuat melekat di hati anak tersebut.
Melihat sang ayah yang terlalu keras, anak kecil itu sempat berpikir“lihat saja kalau besok aku jadi kaya, aku tidak akan mengakuimu sebagai ayah”. Wooww..sungguh luar biasa dendamnya terhadap ayahnya..
Beranjak dewasa, keegoisan dan ketertutupan dibawa gadis itu kedalam dirinya..sama sekali tidak ada keterbukaan. Semua hanya di pendam dalam hati dan tak ada satu orangpun yang tahu tentang perasaannya terhadap orang tuanya.
Sampai akhirnya kelas 2 SMA, gadis itu menerima Pribadi yang sanggup menyelamatkan dan mengobati semua luka hatinya. SEMUA BUTUH PROSES..DAN TENTU MENYAKITKAN, SEPERTI PEMURNIAN PERAK. Sebelum perak menjadi murni, ia harus di masukkan ke dalam tungku api yang sangat panas, dan tentu saja perak itu tidak akan ditinggalkan oleh sang pemurni perak, karena kalau gosong sedikit, perak akan hancur dan tak terbentuk. Sang pemurni perak setia menunggu dan terus memegang dan memperhatikan perak tersebut. Bagaimana cirri-ciri perak sudah murni? Ooh gampang, ketika bercermin diperak itu dan terlihat wajah kita, saat itulah perak menjadi murni.
Bagaimana dengan DIA? Sama, kita adalah peraknya, dan sang pemurni perak itu adalah DIA.;-)
*************************************************************************************
Dan sekarang ini, gadis itu menjadi seorang pribadi yang kuat dan tangguh..dan siap mengarungi kehidupan yang keras ini bersama orang tua yang selalu bersamanya, orang-orang yang mendukungnya, sahabat yang mengasihinya, dan yang terutama Pribadi yang sanggup melepaskan akar kepahitan yang mendarah daging dalam hidupnya, dan yang luar biasa gadis itu bisa menerima dirinya, perlahan dan perlahan sampai mencapai kesempurnaan bersama DIA.
Gadis itu berjanji “aku akan membahagiakan orang tuaku, orang yg mendukung aku, sahabat aku, dan DIA”
Ada kenyataan yang harus di terimanya..
Lumayan berat, tapi gadis itu masih punya 1 orang tua yang akania bahagiakan, …
MASA LALU AKAN MEMBENTUK KITA MENJADI KUAT KETIKA KITA MAU MENYERAHKANNYA PADA DIA^_^
Mari jadi Duta-Nya yang selalu siap siaga..hehehe
Terimakasih..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H