Di sudut kafe yang tenang, aku mendengarkan kisah yang diceritakan temanku dengan seksama. Meskipun wajahnya cerah, matanya menunjukkan keraguan. Dia mulai menceritakan kisah cintanya yang kompleks dan hubungannya dengan suami orang yang sangat dicintainya.
Saat itu, aku merasa terhanyut dalam kata-katanya, merasakan emosi yang terkandung dalam setiap kalimatnya. Temanku menceritakan tentang pertemuan sebelumnya mereka ketika pria itu datang seperti penyelamat yang tak terduga ketika kehidupannya dilanda kesulitan. Suami orang yang ramah dan perhatian membuka hatinya yang rapuh, membentuk hubungan yang tidak mudah diputuskan.
Mereka melalui 14 tahun yang penuh tantangan, terpisah oleh jarak yang tidak dapat dihindari. Suami orang itu memiliki masalah hubungan dengan istrinya, dan temanku sendiri menemukan cinta dalam pelukan pacarnya, yang akhirnya menjadi suaminya. Rasa cinta yang dulu terpendam masih ada.
Aku mencoba memahami kebingungan temanku, mendengarkan dengan empati. Bagaimana mungkin cinta sekuat itu tetap hidup di tengah berbagai tantangan dan transformasi yang mereka alami dalam hidup mereka? Pertanyaan yang paling sulit adalah apakah suami orang itu benar-benar menyayanginya meskipun dia sekarang sudah menikah.
Meskipun aku menghadapi dilema moral, mendukung temanku dan juga menyarankan agar menghentikan kisah tersebut karena mencintai seseorang yang sudah menikah adalah medan yang penuh dengan tantangan, dan kebahagiaan yang diinginkan dapat menyebabkan penderitaan bagi semua orang yang terlibat.
Aku terdiam sejenak setelah mendengar kisahnya. Cinta seringkali rumit, membingungkan, dan tidak selalu sesuai dengan standar kita. Aku tetap berharap temanku menemukan apa yang dia cari, dan bahwa cinta yang terjalin selama ini selalu membawa kebahagiaan.
*Aku ijin minta untuk membuatkan puisi tentang kisah ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H