Mohon tunggu...
Maria Margan
Maria Margan Mohon Tunggu... Lainnya - Sekedar belajar menulis.

Live like a Dandelion. Never give up and always hope for everything in all circumstances.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hujan, Rindu, dan Secangkir Wedang Jahe

5 November 2021   06:00 Diperbarui: 5 November 2021   07:08 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah beberapa hari ini kota Malang mulai disambangi hujan. November rain... semoga hujan menghapus duka karena pandemi di kotaku.

Tidak seperti biasanya, petang ini aku harus keluar dari rumahku. Sebenarnya aku lebih suka di rumah saja saat hujan begini. Apalagi sudah menjelang malam. Dingin-dingin, hujan enaknya ya ndekem di balik selimut, rebahan sambil main sosmed di gawaiku.

Tapi karena ada amanah yang harus kusampaikan pada yang berhak, aku pun berangkat juga meski malas. Karena siang ini aku terlanjur menerima pesanan nasi lalapan untuk dibagikan di jalan-jalan. Dan memang aku biasa menerima pesanan serupa. Dan beberapa customer yang sudah dekat kadang request untuk sekalian dibagikan saja.

Karena siang hujan deras tidak kunjung reda, jadi kutunggu hingga agak reda. Jam 18.59 WIB hujan pun agak reda. Masih gerimis, tapi tak apalah.... dinginnya masih bisa ditoleransi oleh tubuhku. Sambil berdoa berharap paket nasi ini bisa disampaikan sesuai amanah customer. Karena sudah gelap dan hujan pasti tidak banyak orang di jalanan yang bisa ditemui.

Kuarahkan motorku menuju daerah Stasiun Kota Baru. Dengan kecepatan 20 Km/jam sambil hunting siapa tahu bertemu dengan target di sepanjang jalan. Dan puji Tuhan akhirnya kulihat seorang tukang becak yang sudah cukup tua, sedang mengorek tempat sampah yang ada di pinggir jalan sekitar Dodikjur.  

Lanjut ke arah tujuan semula. Kuputar arah di Jalan Suropati dan sekitar SMA Tugu. Aku pikir mereka yang kutuju tidak mungkin ada disana. Karena sudah malam dan hujan. 

Tapi ternyata aku jumpai beberapa becak yang parkir di sepanjang daerah tersebut. Dan paket-paket nasi berkah itu pun mulai kubagikan. 

Tidak butuh waktu lama paketnya sudah habis, bahkan kurang karena masih ada beberapa tukang becak yang tidak kebagian. Karena memang pesanan yang kuterima tidak banyak hari ini.

Ada haru yang menghangat dihati ketika memberikan pada mereka. Meski Aku sudah sering melakukannya sesuai permintaan customer. Tapi mungkin karena cuaca malam ini hujan dan dingin. Jadi aku merasa haru yang berbeda. Biasanya Aku membagikan disaat siang hari, dan kadang-kadang juga saat hari Jumat. 

Dimana ada banyak orang membagikan makanan di hari itu. Dan dari yang kuamati hampir semua orang memilih hari itu untuk bersedekah. Bahkan 1 orang bisa mendapat banyak paket nasi di Jumat Berkah. Tapi ini adalah hari Kamis. Terbersit tanya di kepalaku. 

KENAPA SIH HANYA ADA JUMAT BERKAH ? Bukankah hari Senin sampai Minggu adalah harinya Tuhan ? Kalau Tuhan yang ciptakan bukankah semua hari itu baik, dan baik pula berbagi di semua hari. Senin berkah, Selasa berkah, Rabu berkah, dan seterusnya... jadi mereka bisa mendapatkannya tiap hari, tidak hanya dihari Jumat.

Selain haru aku juga merasa malu, karena aku sering mengeluh. Keluhan tentang kesendirianku. Keluhan tentang tidurku yang kurang nyaman karena selimut yang kurang tebal. Keluhan tentang tidak bisa bepergian ke tempat yang kuinginkan, untuk bertemu temanku buat sekedar bersantai. Keluhan tentang dompetku yang cekak, dan hujan membuat warungku jadi sepi. Keluhan tentang lelah dan jenuh dengan hidup yang makin sulit dan begini-begini saja.  

Sementara mereka.....

Mungkin mereka tidak sempat rindu keluarganya. Jangankan rindu keluarga, mungkin rindu hangatnya secangkir wedang jahe saja harus mereka tahan, karena hujan sepi penumpang. 

Daripada untuk membeli segelas wedang jahe, lebih baik mereka simpan uangnya, agar bisa dibawa pulang bila sudah cukup untuk keluarga di rumah. Jangankan membayangkan Nasi Soto Ayam yang hangat, mungkin paket nasi yang mereka terima dariku malam ini, itulah makan pagi, siang dan malam mereka hari ini. 

Jangankan rindu selimut tebal dan kasur hangat yang nyaman, bisa tidur meringkuk dalam becaknya dan tidak kena air hujan saja sudah cukup nyaman buat mereka. Dan mungkin mereka tidak sempat mengeluhkan semua itu. Meski lelah tapi mereka tetap menjalaninya.  

Aku malu....

Karena aku masih tidur nyaman tidak kedinginan di pinggir jalan, masih bisa menikmati kehangatan secangkir wedang jahe dengan nyaman di bawah atap rumahku. Masih bisa menikmati Nasi Soto Ayam sederhana yang hangat bersama anak-anakku. Masih bisa tertawa melihat tayangan komedi di TV atau Youtube dari gawaiku. Masih bisa sesekali window shoping ke mall bersama anak-anakku. TAPI AKU MASIH SAJA SERING MENGELUH... Bagaimana denganmu kawan ??

Semoga pengalaman yang kubagikan hari ini, memberi dampak untuk yang membacanya. Dan lebih banyak hati yang tergugah empatinya untuk berbagi pada mereka yang berhak diberi. Semoga yang membaca ceritaku ini diberkati dan menjadi talang berkat buat sesama disekitar kita. Memberi tidak perlu menunggu hari khusus, atau harus jadi kaya. Hanya butuh keiklhasan hati untuk berbagi, itu cukup memberi arti bagi mereka. Salam hangat ....

M.Margan 04/11/2021

Note : Gambar hanya ilustrasi, karena hujan tidak bisa ambil foto asli dengan HP 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun