Sejujurnya saya ngeri ada di ruang UGD In Covid tersebut. Melihat keadaan pasien lain yang kondisinya lebih buruk dari mama. Semua perawat menggunakan APD lengkap. Dan pasien disitu keluar masuk tiada henti.Â
UGD InCovid Day – 1
Meskipun khawatir karena melihat situasi di ruang UGD In Covid. Tapi kami tidak punya pilihan lain. Di UGD ini semua pasien statusnya masih dalam proses penapisan. Jadi belum diketahui mana yang benar-benar sudah positif Covid atau negatif Covid.
Apabila dalam proses penapisan ditemukan hasil positif maka pasien akan dibawa ke ruang rawat isolasi. Tetapi bila negatif maka pasien dapat di rawat di ruang reguler. Begitu informasi yang saya dapat dari salah seorang perawat.
Karena mama sudah ditangani di ruang UGD, maka saya pulang ke rumah sebentar. Karena di rumah ada anak saya yang masih berumur 10 tahun saya tinggalkan sendirian. Sementara papa saya tetap menunggu di rumah sakit .
Keamanan Amanda
Dengan pertimbangan keamanan anak saya. Maka saya minta tolong agar papanya bisa menjemput anak kami dan sementara tinggal bersama papa dan kakaknya. Karena memang kami sudah berpisah dan saya pikir lebih baik jika anak saya diasuh papanya saat ini.Â
Anak kami mau mengerti meski dengan berat hati. Akhirnya siang itu anak kami dijemput papanya. Dan itu terakhir kali saya kontak fisik dengan anak saya Amanda.
Tidak lama setelah itu telepon saya berdering. Dan itu dari dokter yang menangani mama di ruang UGD. Dokter Reizal menanyakan gejala apa saja yang dialami oleh mama. Dan pengobatan serta perawatan apa saja yang sudah diberikan untuk mama selama sakit di rumah. Beliau juga sempat menegur kenapa harus dibawa ke RSSA ??
Lalu saya menjelaskan bahwa saya tidak punya pilihan lain selain membawa ke RSSA. Karena di rumah sakit lain ibu saya sudah ditolak tanpa diperiksa terlebih dahulu. Dan Dr. Reizal pun paham situasinya.
Kondisi MamaÂ