NAMANYA nenek-nenek, jadi sering panikan. Begitu cucunya, Alida, belum juga pulang dari sekolah, Nenek Aminah kalang kabut sembari menjambak-jambak rambut.
“Ke mana cucuku, Sumi?” tanya Nenek Aminah kepada pembantu bernama Sumi yang lagi SMS-an sama pacarnya.
“Biasa gitu, Nyonya. Paling sebentar lagi pulang.”
“Apa nggak dijemput? Biasanya memang nggak dijemput? Atau kalian malas menjemput? Ke mana si Kardi? Coba suruh dia jemput Alida di sekolahnya. Cepat!”
Sumi coba sabar. Dia tahu kebiasaan Nenek Aminah kalau pas berkunjung. Apalagi kalau sudah menyangkut Alida, cucu kesayangannya.
“Non Lida itu marah kalau dijemput, Nyonya. Dan kalau marah suka....”
“Suka apa?” Nenek Aminah memotong.
Sumi ragu-ragu.
“Suka ngejewer, Nyonya!” terdengar suara Kardi.
“Apa? Cucuku suka ngejewer? Memelintir telinga begitu? Seperti laki-laki?”
“Ya gitu deh, Nyonya. Sakitnya sih nggak seberapa, tapi malunya itu. Dijewer anak kecil...” kata Kardi seperti Curhat.
*
Hampir pukul tiga sore Alida baru memperlihatkan batang hidungnya. Baju seragam sekolahnya sedikit lecek.