Mohon tunggu...
Aba Mardjani
Aba Mardjani Mohon Tunggu... Editor - Asli Betawi

Wartawan Olahraga, Kadang Menulis Cerpen, Tinggal di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Colin de Silva: Taj

10 Juni 2012   06:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:10 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Bagian I
Pangeran Muda (1)

Pangeran Jahan menyaksikan dua ekor gajah-perang yang tengah berhadap-hadapan, masing-masing dipandu dengan surban merah, tergeragap mondar-mandir di bawah sinar matahari pagi, melemparkan bayangan besar pada rumput di maidan di bawahnya. Naik dan turun, turun dan naik, seraya menatap tajam ke sisi satu sama lain. Pertempuran gajah hari bukanlah peristiwa biasa, tapi merupakan kontes mematikan yang akan menentukan penerus Moghul dan memengaruhi sejarah sebuah Kekaisaran yang akan menguasai daratan India secara keseluruhan. Kakeknya, Kaisar Akbar Agung, telah menentukan hal itu.
Pada usianya yang ke-13, Pangeran Jahan tidak pernah diperkenankan bergaul dengan teman-teman seusianya; kakeknya secara keras menanamkan pada dirinya sejak usia dininya bahwa dia harus bertindak dan berpikir sebagai seorang lelaki. Itu sudah menjadi tradisi dari para leluhur Moghul yang masyhur, semenjak Moghul Genghis Khan dan Timur-il-Leng si Turki hingga Babur the Great yang telah menguasai Kabul pada usianya yang baru sebelas tahun.
Kaisar Akbar yang menghancurkan dinding batu benteng Agra tua untuk kemudian mendirikan yang baru, yang ditutupnya dengan benteng sepanjang 70 kaki dari batu pasir merah dan dikelilingi dengan parit tiga puluh kaki. Di dalam benteng ia mendirikan istana-istana berhiaskan taman-taman penuh rumput, paviliun marmer, dan air mancur yang berkilau-kilauan. Tempat tinggal para bangsawan dan saudagar, toko-toko dan pusat bazar berada dalam ibukota yang dikelilingi tembok, sementara di sebelah luar merupakan lapangan terbuka, kebun buah-buahan dan pondok-pondok petani berada di bawahnya, penuh lumpur dan tandus. Istana Kaisar dipersatukan dengan dinding benteng di sebelah timur, tempat di mana Sungai Jumna membengkok laksana busur.

Rangkaian pemandangan di paviliun, terus naik ke areal pertandingan menjajari benteng, menyisakan maidan datar antara parit dan sungai yang terbuka dan dengan begitu Kaisar dapat menyaksikan olahraga yang paling digemarinya, pertarungan gajah, dari paviliun pribadinya, tinggi di atas dan bersejalan dengan sisi sungai. Para pengawal dengan tinggi besar dan bersurban, menawan dengan jubah berwarna merah dan celana panjang keemasan yang menggembung, berdiri berjajar di dinding bentang.
Berdiri di sebelah kanan mimbar Kekaisaran di paviliun kerajaan, di bawah jarokha yang tinggi, Pangeran Jahan merasa gembira karena dia secara seksama mengikuti aturan kakeknya. Bersama masa depan dunia di tangannya, ia, sang cucu kesayangan Kaisar, telah ditetapkan oleh Kaisar untuk menjadi ketua wasit yang akan memutuskan gajah mana yang menang. Mahkota kerajaan akan disematkan ke kepala pangeran yang sudah diputuskan gajahnya sebagai juara.
Pertarungan hari ini akan lebih sengit dibandingkan waktu-waktu sebelumnya. Sang hewan raksasa itu, musuh yang selalu datang dari belakang, nampak sudah sangat marah satu sama lain. Mata kecil mereka sudah dipenuhi bara api kemarahan. Meskipun pandangan mereka kecil dan belalai mereka menjuntai dan bukan terangkat untuk mengendus satu sama lain, naluri mereka mengatakan bahwa kini mereka berada pada situasi harus bertarung di mana mereka terus didorong oleh para mahout mereka, yang bicara dengan bahasa gajah, untuk bertarung hingga tetes keringat dan darah penghabisan. Bahkan kedua pendukung gajah-gajah itu pun bersiaga, dengan batang kayu abu-abu panjang yang melengkung dan tidak, dan disarati oleh keganasan yang sama. (bersambung)

* Naskah terjemahan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun