[Bagian 2]
Setelah pertemuan tak terduga itu, kami, aku dan Mas Rama, tak pernah lagi bertemu. Aku juga tak berusaha mencari tahu di mana ia berada, apa kegiatannya. Aku juga sibuk dengan kegiatanku sebagai pelatih karate di samping juga berguru kepada sempai-sempai seniorku.
Karena itu aku sangat terkejut ketika menjumpai Mas Rama untuk yang kedua kalinya di Gedung Basket Senayan tiga bulan berikutnya. Saat itu aku tengah mendampingi murid-muridku mengikuti Kejuaraan Daerah Piala Gubernur DKI Jakarta.
Mas Rama yang memanggilku dari kursi penonton. Aku menoleh dan mendapatkan sosoknya duduk di antara penonton yang memadati Gedung Basket.
Ia melompat turun dan mengikutiku ke ruang ganti.
"Tak sulit ternyata mencarimu," katanya ketika kami melangkah berjejeran.
"Kok tahu sekarang ada kejuaraan?"
"Berita karate tak pernah kulewatkan."
Mas Rama menonton pertandingan sampai selesai sekitar pukul sembilan malam. Ia kemudian mengajakku makan bakso di depan stadion.
"Nggak risih makan bakso pinggiran, Mas?"
"Kalau bersama Ririen, makan dimana pun aku nggak risih, nggak sungkan."