Mohon tunggu...
Aba Mardjani
Aba Mardjani Mohon Tunggu... Editor - Asli Betawi

Wartawan Olahraga, Kadang Menulis Cerpen, Tinggal di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Robohnya Masjid Kami

23 Mei 2017   09:02 Diperbarui: 23 Mei 2017   19:15 1357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Kalau begitu...” kata Abdul Razak putus asa.

“Jangan...jangan saya...” Saleh memandang Abdul Razak dengan wajah memelas.

“Maksud saya....Badrun saja.”

Keduanya kemudian memandang Badrun yang duduk sudut kanan masjid dengan wajah tertunduk dan mulut terus berkomat-kamit melafazkan salawat.

“Saya setuju. Ya, Badrun saja,” wajah Saleh nampak semringah.

Keduanya pun melangkah mendekati Badrun. Saleh berada di sebelah kiri Badrun dan Abdul Razak berjongkok di sebelah kanan. Keduanya berbisik di telinga Badrun.

“Badrun, tolonglah. Kamu sekali ini jadi badal khatib dan imam. Pengganti imam dan khatib yang hari ini tidak juga kelihatan. Waktu salat hampir tiba. Tiga menit lagi,” bisik Saleh.

“Badrun, kamu kelihatan cocok. Kamu alim orangnya. Tidak neko-neko. Setiap saat bersalawat. Buktikan sekali ini saja bahwa kamu memang layak jadi imam dan khatib Jumat,” Abdul Razak menambahkan.

 Sesaat kemudian terdengar azan pertama didengungkan. Keduanya duduk di kiri dan kanan Badrun hingga azan selesai.

Badrun gemetar. “Tidak. Tidak. Aku tak bisa apa-apa. Aku tak tahu apa-apa,” Badrun mengelak.

“Kamu pasti bisa, Drun. Kamu pasti bisa.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun