“Kurang ajar! Sok jago ni wadon!” teriaknya marah.
Ia langsung menghunjamkan pisau ke wajah Alida. Nenek Aminah berteriak-teriak ketakutan. Berteriak-teriak minta tolong. Entah kepada siapa. Tak ada sesiapa lagi di tempat itu.
Alida berkelit. Tangan kirinya melipat tangan kanan si perampok. Si perampok berteriak kesakitan. “Buset! Tangan gua patah!”
Masih melipat tangan kanan si penjahat, tangan kanan Alida dengan cepat memberi pukulan hook ke rahang laki-laki itu. Keras sekali. Laki-laki itu terkapar. Matanya berkunang-kunang. Ia langsung KO.
Si laki-laki yang pertama kali menyerang Alida sudah bangkit. Penasaran, ia kembali menyerang Alida. Alida merunduk menghindari pukulan laki-laki itu. Pada saat yang sama, kaki kirinya menyapu kedua kaki lawannya. Laku-laki itu jatuh terduduk.
Alida menyergap. Melompat ke dada laki-laki itu. Sembari menekan kedua lengan si penjahat, Alida mendekatkan mulutnya ke wajah laki-laki itu. Dengan sekuat tenaga ia mengirimkan embusan mulutnya yang baru saja memamah pete segar ke wajah laki-laki itu.
“Huek! Huek! Huek!” laki-laki itu bereaksi. “Ampun....ampun...”
Alida mengirimkan sebuah tamparan keras pada pipi laki-laki itu sebelum bangkit. Laki-laki itu seperti kehabisan tenaga untuk memberikan perlawanan. Ia telentang pasrah.
Alida bangkit. Dengan cepat ia mendorong sepeda motor yang menghalangi mobilnya ke pinggir jalan. Mendorongnya begitu saja sampai sepeda motor itu ngusruk.
Setelah itu, ia kembali ke dalam mobil. Seperti tak pernah terjadi apa-apa.
“Beres kan, Nek...” katanya kepada Neneknya sebelum menginjak pedal gas mobil dan kabur dari tempat itu.