“Lagi pula Nenekmu ini masih bisa mengurus dirinya sendiri. Nenek nggak mau merepotkan kalian. Jangan sampai kalian sempat berpikir merumahkan aku di rumah Panti Jompo.”
Alida ketawa kecil. “Ya nggak mungkinlah.”
“Eksekusinya mungkin nggak. Tapi, siapa tahu sesekali terlintas di benak kalian.”
“Ah, Nenek mah terlalu berprasangka.”
“Masih lebih baik dari pada easy going.”
Tiba-tiba sebuah sepeda motor menyalip mobil Alida. Berhenti di depan. Alida menginjak pedal rem sembari memuntahkan serapah.
Dada Nenek Aminah langsung berdebar.
Alida mengambil semata buah pete dan memamahnya. Untuk berjaga-jaga. Ia cukup sering membaca dan mendengar cerita tentang perampok bersepeda motor yang sengaja memilih korban kaum wanita yang dianggap lemah.
Kini, ia merasa sesuatu yang sama akan menimpanya. Ia cuma berdua dengan neneknya, seorang perempuan renta.
Salah satu dari pengendara sepeda motor itu melompat turun. Tanpa membuka helm di kepalanya, ia menghampiri Alida sebelum ia sempat membuka pintu dan turun.
Pria pembonceng sepeda motor itu menggetok-getok kaca jendela mobil. Meminta Alida membukanya.