Mohon tunggu...
Mardi Yanto
Mardi Yanto Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Pembelajar

Seorang pembelajar dan penjelajah. Bagi saya mimpi sangat dekat dengan kenyataan. Mimpi juga sebenarnya tidak selalu terjadi saat seseorang sedang tertidur, atau di bawah alam sadar. Dalam kondisi sadar pun kita bisa bermimpi. Mimpi sebenarnya juga tidak identik dengan sesuatu yang sulit atau mustahil tercapai.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Yang Mengherankan Saat Pembagian BLSM

14 Juli 2013   06:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:35 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya terkadang geram dan heran dengan kebijakan yang diambil pemerintah. Khusus masalah BLSM, sudah hampir dua minggu digulirkan masih saja kisruh di mana-mana. Coba tengok di berbagai media teve, nenek-nenek tertatih-tatih demi 300 ribu, eh masih saja tega dipotong 100 ribu, ada juga anak-anak dan bayi terjepit di antrean, dan repotnya banyak pejabat di daerah marah-marah, mencari alibi malah mengajak berkelahi wartawan. Ini benar-benar di luar nalar saya.

Pejabat di pusat juga sepertinya sante-sante saja, malah sering berkelit data BLSM memang tidak akurat, bahkan menteri justru menyalahkan kepala desa. Repotnya, ini bukan zaman Orba, disudutkan begitu para kades marah-marah memaki Mendagri. Benar-benar edan zaman ini.

Kadang saya heran, sudah tahu bakal antre berdesak-desakan, kok ya tidak ada antisipasi. Dan, asal tahu saja, seikit para pejabat, maupun anggota dewan yang menyambangi pembagian BLSM ini.

Sebetulnya, mudah mengatur pembagian BLSM, asal rakyat kecil diperlakukan dengan layak, selayak-layaknya. Jika bank-bank bisa memberikan pelayanan dengan baik, mengapa giliran melayani orang miskin, kayak beginian.

Konon, Kalifah Umar, seorang pemimpin besar umat muslim, begitu menyayangi umatnya, suatu ketika ia rela memikul gandum untuk menyerahkan sendiri kepada orang miskin. Uniknya, orang miskin tersebut tidak mengetahui Beliau seorang kalifah karena kesahajaannya.

Kisah Umar ini sebenarnya bisa menjadi contoh para orang kaya negeri ini yang “gemar” bagi-bagi sembako atau zakat di bulan ramadan. Jika masih bisa berjalan, mbok ya datangi langsung para kaum miskin tersebut. Tidak perlu ada liputan media yang hanya memberitakan, desak-desakan dan kericuhan saat pembagian. Mengerikannya, dulu pernah terjadi belasan kaum dhuafa meninggal karena berebut zakat. Semoga tahun ini tidak ada lagi korban berjatuhan.

Salam,

mdy

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun