“Mas, ini bukan politik uangkan?” Tanya seorang Ibu rumah tangga, kepada tamu yang dianggapnya misterius itu. “Duh, jangan salah paham dulu ya, ini uang transportasi kok buat ke TPS nanti” jawab lelaki itu sembari menyodorkan uang plus stiker calon anggota legislatif (caleg) kepadanya. Ibu itu legah, sebab ia takut pula ternyata istilah yang ia sebutkan sebelumnya (baca: politik uang).
Sambil mengambil uang transportasi yang berjumlah 150 ribu tersebut, ibu itu mengatakan: “Yo wes, saya ambil, tapi suka-suka saya ya mau milih siapa. Trima kasih mas”. Lelaki itu seketika berwaja merah. “Ternyata ia cukup cerdas” ujar lelaki itu dalam hati, sembari berpamitan pulang.
Itulah sekilas pesan, yang saya dapatkan melalui sohib, kemudian sedikit saya rangkai kata-katanya. Memang, dalam sebuah pemilu sangatlah sulit terhindar dari istilah politik uang. Setiap ada peluang, para pelaku beserta timnya tentu akan beraksi dengan slogan serangan fajar.
Andai kata masyarakat yang notabene hidup di pinggiran itu cerdas, tentu saja pelaku politik uang tersebut akan kapok. Setidaknya kejadiannya seperti pada interaksi diatas. Masalahnya, di berbagai daerah, malah ada yang menulis di tempat mereka dengan coretan kira-kira begini:
“Kami tidak menerima janji politik. Kami hanya menerima uang dan barang yang kami butuhkan. Bila anda berminat, silahkan hubungi nomor yang tertera”
Ngeri? Jelas dong. Coba dipikir, bila pelaku politik uang itu terpilih, apa yang akan mereka lakukan? Tentu saja ia berfikir bagaimana caranya mengembalikan uang yang telah dipakainya yang berjumlah sangat besar. Wajar bila ada caleg yang gila bilamana tak terpilih, hehe.
Sederhananya, bila ada sebuah proyek yang ia tangani, disanalah ia akan memulai aksinya. Semen yang harusnya 100 kilo untuk semenisasi, tiba-tiba yang tersalurkan 80 kilo saja. Jangan heran bila ada jalan yang baru di semenisasi cepat rusak, sebab bisa jadi di korupsi.
Kita memang membutuhkan hal yang diberikan pelaku politik uang, tetapi tanpa kita sadari, kita perlahan menghancurkan bangsa ini. Itulah ngerinya bila kita golput (baca: bahaya golput). Pasti orang-orang seperti diatas akan mengisih parlemen.
Kita punya hati nuranikan? Marilah pergunakan sebaik-baiknya. Masa sih dari sekian ratus caleg gak ada yang bener ? tentu saja ada, masa tega sih suara hati di tukar dengan uang haram? Ngak ah . Sekali lagi, sebelum memilih, kenalilah calegmu karena masih ada waktu, dan semoga berikut ini bisa jadi pertimbangan:
[caption id="" align="aligncenter" width="694" caption="Grafik partai yang terlibat kasus korupsi"][/caption]
Sumber Gambar :
@KPKwatch_RI | www.antikorupsi.org
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI