[caption id="attachment_389684" align="aligncenter" width="378" caption="Ilustrasi/dok pribadi"][/caption]
Dalam beberapa hari ini, film pengaduk emosi sangat ramai diperbincangkan. Sebuah drama yang mengisahkan Islam di negeri bambu bernuansa indah dan syar’i. Adalah film Assalamualaikum Beijum. Eh, maksud saya Assalamualaikum Bujang. Hahaha.
Demikianlah salah satu bukti real. Bukti real, bahwa film yang tayang sejak 30 Desember 2014 ini sangat sukses sehingga membuat netizen membuat berbagai macam parody. Sungguh, setelah Asma Nadia sukses dalam novelnya (Assalamualaikum Beijing, red) ini, kini ia kembali sukses meramu film bernuansa Islam menjadi popular dengan judul yang sama.
Nama Asma Nadia memang sudah sangatlah popular. Popular karena karya tulisnya sangat dahsyat berlapis cap Best Seller. Banyak penulis syair, novel, cerita pendek, dan lain sebagainya menjadikan Asma sebagai rujukan dalam menulis. Saya pun demikian.
Terlepas dari itu, ada satu rahasia besar yang perlu pula pembaca ketahui. Rahasia dari ribuan tahun yang lalu, yang perjuangannya dipelajari dan diteladani hingga akhir masa. Namanya selalu dikenang. Dikenang sebagai penulis yang hebat. Siapa dia? Yuk kita bahas dengan judul menarik: Assalamualaikum Penulis Cerdas.
Ia diberi nama Zaid Bin Tsabit. Sebagai anak muda, ia mendapat perhatian khusus oleh Rasulullah Sallallahu A’laihi Wasallam. Ia adalah seorang yang cerdas dan mempunyai kemampuan tulis menulis, sehingga diberi tugas menulis wahyu.
Beliau juga memerintahkan Zaid mempelajari beberapa bahasa asing, yang bisa dikuasainya dalam waktu singkat. Ketika Nabi Sallallahu A’laihi Wasallam mulai melakukan dakwah kepada raja-raja dan kaisar di luar negeri Arab, Zaid bin Tsabit menjadi salah satu penulis surat-surat dakwah tersebut karena kemampuan bahasanya.
Sebenarnya cukup banyak sahabat yang diserahi Nabi Sallallahu A’laihi Wasallam untuk menghafal dan menuliskan wahyu yang turun secara bertahap, terkadang juga berkaitan dengan suatu peristiwa atau sebagai jawaban dan solusi atas suatu masalah. Tetapi beberapa orang saja yang dianggap sebagai “pemimpin-pemimpin” dalam bidang ini, mereka itu adalah Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Mas’ud, Abdullah bin Abbas, Ubay bin Ka’ab dan Zaid bin Tsabit sendiri. Tiga yang pertama adalah dari sahabat Muhajirin dan dua yang terakhir dari sahabat Anshar.
Ketika pecah pertempuran Yamamah pada masa Khalifah Abu Bakar, banyak sekali sahabat yang ahli baca (Qary) dan ahli hafal (Huffadz) yang gugur menemui syahidnya. Hal yang cukup mengkhawatirkan ini ‘ditangkap’ oleh Umar bin Khaththab. Segera saja menghadap Abu Bakar dan mengusulkan agar segera menghimpun Al Qur’an dari catatan-catatan dan hafalan-hafalan para sahabat yang masih hidup. Tetapi Abu Bakar berkata tegas, “Mengapa aku harus melakukan sesuatu yang tidak pernah diperbuat Rasulullah SAW (yakni, bid’ah) ?”
“Demi Allah, ini adalah perbuatan yang baik!!” Kata Umar, agak sedikit memaksa. Abu Bakar masih dalam keraguan. Ia shalat istikharah, dan kemudian Allah membukakan hatinya untuk menerima usulan Umar. Abu Bakar dan Umar bermusyawarah, dan mereka memutuskan untuk menyerahkan tugas tersebut kepada Zaid bin Tsabit. Ketika Zaid menghadap Abu Bakar dan diberikan tugas tersebut, reaksinya sama seperti Abu Bakar, ia berkata “Mengapa aku harus melakukan sesuatu yang tidak pernah diperbuat Rasulullah SAW (yakni, bid’ah) ?”
Abu Bakar dan Umar menjelaskan tentang keadaan yang terjadi dan bahaya yang mungkin bisa terjadi, dan akhirnya Abu Bakar berkata, “Engkau adalah seorang pemuda yang cerdas, dan kami tidak pernah meragukan dirimu. Engkau juga selalu diperintahkan Nabi Sallallahu A’laihi Wasallam untuk menuliskan wahyu, maka kumpulkanlah ayat-ayat Qur’an tersebut….”