Mohon tunggu...
Marditya Nauyan
Marditya Nauyan Mohon Tunggu... -

Cipta, Karya, Rasa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Desember

31 Desember 2016   23:58 Diperbarui: 1 Januari 2017   02:15 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

***

Desember 2013, peristiwa selanjutnya berkaitan dengan ayahku. Setelah setahun berselang sejak ibu meninggal, ayah berencana untuk menikah lagi. Rencana ini kutentang habis-habisan. Aku tidak sudi ada wanita lain yang menggantikan peran ibu. Pada awalnya ayahku hanya membujukku untuk mau merestuinya. Tapi tampaknya ayah sudah tidak tahu lagi bagaimana cara melunakkan hatiku. Namun suatu hari, ayah pergi membawa surat-surat penting dan semua harta warisan dari ibu. Aku gelap mata. Aku mempertahankan surat-surat penting dan harta warisan ibu dengan cara menghajar ayahku sendiri hingga dia cukup babak belur. Ayah akhirnya pergi dengan barang-barang pribadi dan mobilnya entah kemana. Hari itu, mungkin aku sudah menasbihkan diri menjadi anak durhaka karena menghajar dan dendam dengan ayahku sendiri. Tapi aku tidak peduli. Aku merasa melakukan hal yang benar.

***

Bulan Desember 2014, kisah pedih masih menguji kehidupanku. Kali ini, aku bermasalah di perkuliahanku. Aku di drop out karena gagal menuntaskan beberapa mata kuliah wajib. Padahal nilai-nilaiku tidak jelek-jelek amat. Malah tergolong mahasiswa berprestasi. Tapi mau bagaimana lagi, wafatnya ibu dan perginya ayah entah kemana, jelas mempengaruhi hidupku. Tak pelak, aku tidak fokus lagi untuk kuliah. Akhirnya aku memutuskan untuk mencoba berwirausaha.

***

Setelah itu, di bulan Desember 2015. Bukan hal buruk yang menimpaku, tapi karena aku tidak becus menjadi anak laki-laki yang diandalkan oleh keluargaku. Kakak perempuanku yang juga tinggal di rumah bersama denganku, kedapatan hamil di luar nikah oleh teman kerjanya. Darahku berdesir saat mendengar kabar tersebut. Aku gagal menjaga kakak perempuanku dari hal buruk. Aku berusaha untuk mencari informasi teman kerjanya itu. Namun hasilnya nihil. Si pelaku seperti menghilang ditelan bumi.

***

Dan yang terakhir, di bulan Desember tahun ini, 2016, aku juga mendapat kabar buruk. Wanita yang akan kunikahi tahun depan, memilih untuk meninggalkanku. Aku tidak pernah tahu apa alasan sebenarnya mengapa dia pergi. Namun yang aku tahu belakangan, dia menjalin hubungan dengan lelaki lain, dan ironisnya mereka berencana menikah tahun depan.

***

Tapi diantara semua hal yang menimpaku setiap bulan Desember, masih ada hal yang sangat aku suka di bulan ini. Aku bukanlah seorang pluviophile, si penikmat hujan. Namun entah mengapa, aku senang sekali saat hujan turun mengguyur bumi di bulan Desember ini.

Kuinjak pedal gas mobilku secara perlahan. Sambil bersenandung di malam itu, sambil menikmati hujan yang turun pada malam itu, satu malam di bulan Desember.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun