Mohon tunggu...
Mardi Sirait
Mardi Sirait Mohon Tunggu... Lainnya - Administer Social Justice

Menulis adalah pengabdian bagi keabadian dan menyuarakan kebenaran.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sehasta pada Jalan Hidup Manusia

2 Oktober 2020   08:27 Diperbarui: 2 Oktober 2020   08:27 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap manusia memiliki kesulitan, perjuangan dan masalah masing-masing. Seperti halnya seorang yang kaya memiliki kesusahan sendiri, demikian juga seorang yang miskin. Seorang kaya memiliki banyak harta, tetapi tidak pernah merasa berkecukupan, sehingga selalu merasa tidak cukup, hingga menjadikannya tamak. Hal demikian tidak akan pernah menjadikannya berkat bagi orang lain, mereka menjadi tuan bagi sesama karena merasa memiliki banyak, akhirnya menjadi sombong. Seorang yang miskin, memiliki keterbatasan keuangan, sehingga perjuangan sehari-harinya hanya memenuhi kebutuhan makan. Kemiskinan mengakibatkan keterbatasan untuk memiliki, mendapatkan dan mencukupi hal yang dia perlu.

Semua memiliki ironi masing-masing, seorang miskin tidak memiliki tempat tidur yang empuk, tetapi mendapat tidur yang nyenyak. Di saat seorang kaya memiliki tempat tidur mahal dan empuk, tetapi tidak mendapat tidur yang nyenyak. Hatinya gelisah, memikirkan hartanya dan memikirkan harta selanjutnya yang ingin dia dapat. Karena hartanya berada disana, hatinya juga ada disana. Sehingga kuatir dan memikirkan keamanan harta yang sudah ada. Seorang kaya memiliki banyak uang tetapi tidak bisa sembarang makan, akan mudah terjangkiti penyakit. Sebaliknya, yang miskin tidak mempunyai banyak uang, tetapi bisa memakan apa yang dia mau, tanpa kuatir akan resiko penyakit.

Demikian ironi manusia dalam kekayaan-kemiskinan, kelimpahan-kekurangan. "Belajar mencukupkan diri dalam segala hal" menjadi hal yang perlu dalam nasihat yang berkata "Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan."

"Menikmati makanan yang menjadi bagianku", halnya perkataan Agur dari kitab Amsal, "Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa TUHAN  itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun