1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya pancasila sebagaimana tertera dalam keputusan presiden no. 24 tahun 2016 silam.Â
Hemat penulis ibarat ibu yang mau melahirkan, pidato bung karno 1 Juni 1945 barulah pembukaan awal. Baru pada tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila itu lahir.
Namun penetapan 1 Juni sebagai hari lahirnya Pancasila adalah hak preogratif presiden. Sebagaimana pada tanggal 18 Agustus 1945 Di tetapkan sebagai hari Konstitusi berdasarkan Keputusan Presiden No. 18 Tahun 2008. Pada Masa Orde Baru hari kesaktian pancasila di peringati pada tanggal 1 Oktober.
***
Beranda media sosial ramai dengan ucapan selamat harla pancasila. "Pancasila dalam tindakan gotong- royong menuju Indonesia maju" menjadi tema utama di peringatan hari lahirnya pancasila ditahun ini.
Untuk mewujudkan tema tersebut kita harus menelanjangi pemikiran panitia 9 yang telah melahirkan UUD dan Pancasila pada tanggal 18 Agustus 1945 silam sekaligus menjadi kado ulang tahun proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.
Bungkarno dalam sidang BPUPKI 1 Juni 1945 mengatakan " Gotong-royong adalah pembantingan-tulang bersama, pemerasan-keringat bersama, perjuangan bantu-membantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua, keringat semua buat kebahagiaan semua. Holopis kuntul baris buat kepentingan bersama."
***
Gotong-royong dapat terjadi apabila manusia dan lingkunganya itu harmonis, namun apabila yang terjadi sebaliknya maka yang akan terjadi bukanlah gotong-royong melainkan gontok-gontokan.
Dari tema tersebut di atas dapat kita bersepakat bahwa gotong-royong telah pudar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita.
Kenapa gotong-royong mulai pudar ? Padahal negeri ini merdeka karnena hasil gotong-royong, negeri ini dapat mempertahankan kemerdekaannya pasca proklamasi  17 Agustus 1945 karena gotong-royong, berhasil menumbangkan pembrontakan PKI, dan menurunkan Soeharto dari tahtanya yang telah diduduki selama 32 tahun juga karena gotong-royong. Gotong-royong pudar dikarenakan rakyat perlahan dipisahkan dari bumi yang ada di bawah kakinya. Â