“Mewujudkan Cita-Cita Anak Bangsa”
(Kompasiana nangkring Bersama Ajb-Bumiputera)
Hari Sabtu 27 Agustus 2016 kemarin di Hotel Santika bertempat di Hotel Santika Makassar, Jalan Sultan Hasanuddin No. 40, Makassar – Sulawesi Selatan Acara Nangkring itu berlangsung pukul 09.30 Wita sampai selesai. Di mulai dari registrasi peserta, kopibreak dan sebagai ajang bekenalan dengan kompasianer lainnya yang hadir saat itu. Peserta kompasianer yang hadir berjumlah 53 orang.
Pukul 10.00 Wita acara dimulai yang di buka oleh MC dari kompasiana, yang selanjutnya memperkenalkan para pemateri. Acara selanjutnya Sambutan oleh Pepih Nugraha yang juga akrab di sapa Kang Pepih yang merupakan CEO Kompasiana. Dalam sambutannya beliau resah melihat kondisi kompasianer Makassar yang kurang melirik tulisan yang menggunakan bahasa khas Makassar seperti tambahan “ji, ki, mi” dan sebagainya. Kang pepih banyak menaruh harapan bagi kompasianer Makassar ada yang ingin menulisakan bahasa sehari-hari seperti itu sehingga adanya tulisan yang bertajuk kearifan lokal.
Mewujudkan cita-cita anak sungguh sangat sulit bagi para orang tua yang mempunyai anak-anak yang Sehat dan Cerdas tentunya, dikarenakan anak-anak seperti itu mempunyai banyak mimpi yang ingin ia raih. Bukan hanya cita-cita mereka yang sering berubah-ubah juga orang tua harus mempunyai perencananaan biaya yang akan dikeluarkan.
Untuk mewujudkan semua itu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, tapi jangan sampai orang tua memaksakan kehendak kita kepada anak.
“ Misalnya, kita Bapak’na dokter’ki mau ki juga kasi jadi dokter anak ta, na itu anak ta kwodong tidak na suka ki pelajaran-pelajaran Ilmu-ilmu Alam. Tapi itu anak’ta pintar ki Matimatika, jadi kita sebagai bapanya jangan ki paksa ki kwodong supaya tidak Stres ki”.
Seperti yang terjadi di Makassar ada orang tua pukul Gurunya anaknya di sekolah. Padahal itu gurunya mau ji liat ki siswanya pintar jadi na minta ki itu siswanya untuk kerja tugas sekolahnya di belakang kelas, eh.. malah ini anak teriak-terian na bilangi gurunya “sun**la”, itu kata-kata kalau di Makassar kasar sekali, jadi gurunya na datangi si anak tapi karena tersandung ki kakinya jadi jatuh ki. Lagsung ki nalapor sama bapaknya, ini bede bapanya ini anak aktivis LSM langsung datang di sekolahnya anaknya sama ki teman-teman LSMnya. Pas ketemu gurunya langsung ki na pukul tidak tanya-tanya dulu apa masalahnya. Apami sekarang masuk mi penjara na kena pasal Hukum Pidana.
Ibu Ana melanjutkan orang tua itu mesti bisa merangsang cita-cita anak, karena anak-anak itu ibarat kertas kosong. Yang memberikan warna pada kertas itu adalah lingkungan dan keluarga itu sendiri. Kondisi dalam lingkungan keluarga dapata direkayasa untuk menunjang dalam upaya mewujudkan cita-cita anak.