Mohon tunggu...
Mas Dian
Mas Dian Mohon Tunggu... -

Hidup adalah tantangan jalani hidup ini sebaik mungkin dan selalu enjoy dalam mengerjakan apapun .....

Selanjutnya

Tutup

Nature

Dilema Air Bersih Ibu Kota

22 Februari 2012   12:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:19 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13299126051496862183

[caption id="attachment_164494" align="aligncenter" width="602" caption="ilustrasi by dalje.com"][/caption] Warga Muara Baru yang memiliki meter air pipa mengeluh karena seharusnya mereka bisa aman dalam mengakses air bersih namun pada kenyataannya air tersebut tidak pernah mengalir, dan warga tersebut harus menanggung biaya beban karena memiliki sambungan, tetapi juga harus membeli air di tempat lain untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari tutur salah seorang warga ibu Sumarti pada acara Pertemuan Publik 'Warga Jakarta Bicara Air" di Hotel Bidakara (21/2/2012) Anehnya, ada saja orang-orang kuat yang bisa mengatur sambungan ilegal, jangan tanya bagaimana caranya, seorang toke yang memiliki sambungan dari PALYJA bisa melayani hingga seratus rumah tangga dengan selang temporer untuk dijual kemasyarakat sekitar yang kesulitan air. Menurut pengakuan Palyja  air bahan baku dari Jati Luhur tidak mencukupi tetapi celakanya buat para cukong yang berduit air lancar-lancar saja dan bahkan untuk memenuhi gedung-gedung bertingkat sepertinya Palyja tidak kesulitan dalam menyalurkan air bersihnya kenapa sebaliknya buat masyarakat miskin tidak mampu? PAM Jaya harusnya tanggap dalam masalah pemenuhan penyaluran air bersih buat warga jangan malah sebaliknya berpura-pura tidak mengetahui permasalahan yang terjadi ditengah-tengah warga yang tinggal di sekitar Muara Baru. Tagihan tetap saja ditarik tapi kenapa pelayanan dan penyaluran airnya kurang baik ??? Siapa yang Untung? Selama PAM Jaya bekerjasama dengan Palyja dan Aetra. PAM Jaya yang notabene sebagai tuan rumah yang menyediakan sumber daya justru mendapat kerugian sedangkan dua mitranya mendapat keuntungan yang berlipat. PAM Jaya harus menanggung akumulasi kerugian shortfall sebesar Rp610 miliar dan tunggakan senilai Rp530 miliar. Sungguh sangat ironis, masa jabatan Dirut yang seharusnya 2.5 tahun lagi berhenti mendadak ditengah hiruk pikuknya persoalan PAM Jaya. Seharusnya PAM Jaya tidak harus merugi, karena sumber air dan pelanggan umumnya adalah milik PAM Jaya bahkan aset yang dimiliki tidak bertambah tetapi malah berkurang sejak kerja sama dilakukan. Sumber daya kita yang punya, pelanggan kita yang punya tapi kenapa PAM Jaya yang harus merugi?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun