Ketika menyambut awal Ramadhan, semua orang ingin bersama keluarga tercinta. Ingin makan sahur dan berbuka puasa bersama. Tetapi apa daya, COVID 19 telah membuat kebersamaan itu menjadi kesendirian.
 Anak-anak yang bersekolah atau kuliah diluar daerah mereka tak bisa pulang, apalagi mereka yang berada di zona merah. Kebersamaan menyantap sahur, hanya melalui online. Menatap wajah orang tua yang mengharapkan anak-anak dapat menikmati masakan malam pertama Ramadhan bersama mereka, hanyalah sekedar hayalan. Buliran bening disudut mata orang tua membasahi pipinya. Rasa sedih menyelimuti ketika anaknya hanya menyantap nasi bungkus, entah jam berapa dibelinya.
Kesedihan Ramadhan ini, bukan pada saya atau pada anda! Tetapi kita yang menjalani Ramadhan dalam kepura- puraan suka cita. Dalam kedukaan, disaat salah satu dalam keluarga harus diisolasi, bahkan dalam ruang yang keluarga sendiripun tak dapat jenguk. Entah berapa banyak keluarga yang merasakannya? Hampir lapisan masyarakat di bumi ini ikut keperihan Ramadhan tanpa riang Gembira.
Sahur ku, sahur mu,dalam balutan kepedihan tanpa ada rasa kekeluargaan. Saat keluarga kita mencoba untuk berlari dari zona yang sudah digariskan kewaspadaan, kenapa harus ada yang menjudge kita? Seburuk itukah? Apakah pandemi ini yang merasuki jiwa kita,sehingga silaturrahmi berlalu saja?
Mencoba menikmati sahur pertama, tanpa beban yang merangkul kita tapi faktanya harus ada yang mengalir dari sepasang bola mata . Bukan aku, bukan anda, tapi kita semua. Ramadhan tahun ini, semua orang dalam keterpurukan. Bukan hanya sekedar ekonomi saja tetapi keterpurukan jiwa jauh lebih rapuh karena keadaan yang keterpaksaan.
Ada diantara kita yang harus di PHK karena perusahaan bangkrut. Ada yang dipotong gajinya, karena income dari perusahaan tersebut menurun. Dan masih banyak lagi kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam masa COVID 19 saat ini. Keadaan seperti ini,memaksa beberapa orang yang dibutakan mata hati dan pikiran untuk melakukan kejahatan kriminal.Â
Seharusnya kita sadari, ALLAH telah lama menegur kita agar kita bersujud pada NYA. Tetapi keangkuhan kita tak mau bersyukur, bahkan kita menyia-nyiakan usia kita dengan bergelimang dosa. Kini sang pencipta murka pada kita, diberikanNYA sedikit wabah sehingga membuat umat dimuka bumi ini harus pontang panting lari dari ketakutan karena pandemi ini.Â
Kita semua berharap Ramadhan seperti ini untuk pertama dan terakhir kali. Agar ditahun-tahun yang akan datang Ramadhan kita penuh suka cita tanpa ada ketakutan yang melanda dibumi iniÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H