Soepratman senang bermain musik dan membaca-baca buku musik. Kegemarannya pada musik adalah pengaruh kakaknya Roekijem yang senang bermain biola, main sandiwara dan sering mengisi pertunjukan kesenian di mess militer. Ketika Soepratman tinggal bersama kakaknya ini di Makasar dia memperoleh pelajaran musik dari kakak iparnya yaitu Willem van Eldik dan kemudian Soepratman menekuni dunia musik.
Ketika Soepratman membaca sebuah karangan dalam majalah “Timbul”, dia mendapat inspirasi untuk menciptakan lagu kebangsaan Indonesia. Salah satu penulis di majalah tersebut menantang ahli-ahli musik Indonesia untuk menciptakan lagu kebangsaan Indonesia. Soepratman tertantang, lalu mulai menggubah lagu. Pada tahun 1924 lahirlah lagu Indonesia Raya. Soepratman musikus yang menjadi wartawan telah menciptakan lagu kebangsaan Indonesia.
Oktober 1928 dilangsungkan Kongres Pemuda di Jakarta. Kongres itu melahirkan Sumpah Pemuda. Pada malam penutupan kongres, Soepratman memperdengarkan lagu ciptaannya secara instrumental di depan peserta kongres. Lagu Indonesia Raya diperdengarkan di kongres itu tanpa kata-kata, hanya alunan biola Soepratman. Pada saat itu untuk pertama kali lagu Indonesia Raya dikumandangkan di depan umum. Kemudian, teks lagu Indonesia Raya dipublikasikan di media massa dan yang pertama kali mempublikasikannya adalah suratkabar Sin Po. Lagu Indonesia Raya ciptaan Soepratman cepat terkenal di kalangan pergerakan nasional. Masa itu, bila ada partai-partai politik mengadakan kongres, maka lagu Indonesia Raya selalu dinyanyikan, karena lagu itu merupakan perwujudan rasa persatuan dan kehendak untuk merdeka.
Setelah menciptakan lagu Indonesia Raya,Soepratman selalu diburu oleh polisi Hindia Belanda.Dia ditangkap polisi Belanda,setelah menciptakan lagu matahari Terbit (1938) dan menyiarkan lagu tersebut bersama pandu-pandu di NIROM Jalan Embong Malang, Surabaya. Soepratman ditahan di penjara Kalisosok, Surabaya. Kemudian meninggal pada tanggal 17 Agustus 1938 karena sakit.
Wage Rudolf Soepratman, pencipta lagu kebangsaan ini, tidak sempat menikmati hidup dalam suasana kemerdekaan, tapi lagu-lagu ciptaannya terus bergema sampai sekarang. Lagu “Ibu Kita Kartini” juga ciptaan Soepratman yang setiap 21 April lagu ini selalu dinyanyikan. 21 April ditetapkan sebagai hari Kartini. R.A. Kartini adalah pahlawan nasional.
Di tengah kehidupan bangsa Indonesia dijajah bangsa Belanda, nasionalisme Soepratman mengalir deras. Rasa nasionalisme itu membuahkan karya bernilai tinggi yang telah menjadi pembangkit semangat perjuangan pergerakan nasional. Soepratman yang seorang pemusik dan juga seorang penulis, tertantang semangat nasionalisme untuk menciptakan lagu kebangsaan.
Mengenang pahlawan nasional, Wage Rudolf Supratman, menyadarkan kita di zaman ini untuk terus memperkokoh jiwa nasionalisme dan patriotisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Menghargai jasa Wage Rudolf Supratman yang telah berjuang demi kemerdekaan Indonesia akan meningkatkan kesadaran kita untuk meningkatkan persatuan bangsa. Tidak perlulah neko-neko dengan apa yang beliau imani, tapi ingat jasanya terhadap NKRI.
Di kekinian, soal kebhinekaan di negara ini sudah tuntas. Hujan badai kehidupan telah menerpa, menguji dan memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Seluruh rakyat Indonesia sudah menerima perbedaan agama, suku dan Ras. Kalaupun ada oknum yang mencoba menyenggol, mengulik dan mengadu domba masyakarat dengan sentimen SARA, takkan berhasil. Masyarakat sudah paham, hal demikian adalah kepentingan yang berlindung di balik sentimen SARA.
Sejarah mencatat, berbagai gelombang yang menggoyang negara tidak meruntuhkan kesatuan bangsa. Indonesia tetap utuh. Pendidikan pancasila, bela negara dan kebangsaan Indonesia yang telah diajarkan dari semua tingkatan sekolah sejak generasi sebelum generasi milenial telah menciptakan generasi yang tidak mempersoalkan perbedaan suku,agama dan ras. Dari generasi tersebut telah lahir generasi milenial yang fokus pada kemajuan teknologi yang ikut berperan menyatukan bangsa ini. Bangsa Indonesia bangsa yang kuat , namun tetap waspada.
Sekian.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI