Mohon tunggu...
didi rahmadi
didi rahmadi Mohon Tunggu... -

Mahasiswa AMU India

Selanjutnya

Tutup

Politik

Demokratisasi di India

31 Maret 2012   14:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:12 3228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Lebih dari setengah abad yang lalu, India telah menjadi negara bukan barat pertama yang mencantumkan demokrasi dalam konstitusinya. India memiliki sistem pemilu penuh yang telah berjalan sejak awal pertengahan abad 20 yaitu tepatnya pada era perjuangan kemerdekaan. Negara dengan persaingan partai politik yang paling kompetitif di dunia, dimana hasil-hasil pemilu yang selalu memberikan kejutan setiap saat. Kemenangan Kongres dan kekalahan BJP di pemilu 2004, serta kemunculan partai-partai local yang menyalip dominasi partai nasional adalah beberapa contohnya.

India juga memiliki sebuah konstitusi yang bisa dibilang terbaik di dunia dan sangat dihormati. Meskipun, parlemen dan eksekutif India sering menghasilkan kebijakan yang mengecewakan, Mahkamah Agungnya selalu proaktif untuk melindungi hak dasar warganegaranya. Demokrasi di India serasa hidup dan nendang, dengan kompleksitas masyarakat yang sukar diatur dan lingkungan hidup yang kacau, akan tetapi semangat gerakan sosial begitu berpengaruh. Sehingga, negara dengan jumlah penduduk 1,3 Milyar ini dipuji sebagai negara demokrasi terbesar di dunia.

Keunikan lain dari demokrasi India dibandingkan negara lain adalah reformasi ekonomi tidak terjadi pada awal India menerapkan system demokrasi. Reformasi ekonomi baru terjadi di India pada tahun 1991, sebelum itu India menerapkan kebijakan ekonomi sosialis pada era Indira Gandhi sampai pada akhir tahuan 80-an. Tidak seperti fenomena-fenomena negara-negara lain seperti di Eropa maupun di Asia Timur. Di Eropa, hak pilih baru diberlakukan merata termasuk perempuan setelah terjadinya revolusi industri, ketika ada peningkatan kesejahteraan antara masyarakat eropa. Begitu juga, di Asia Timur seperti Korea Selatan, Taiwan, dan China. Masing-masing negara tersebut mulai membuka kran demokrasinya setelah kemajuan ekonomi mulai menanjak naik.

Selama itu pula, India juga berhasil memposisikan militer ke dalam domain administrative bukan ke dalam domain politik, sebagai hal penting transisi ke demokrasi. Di domain administrative, militer dipimpin oleh sipil. Di dalam doktrin militer India dikatakan “Politik bagi tentara adalah racun yang harus dijauhi.” Dan ini adalah keberhasilan India yang tidak dimiliki dunia ketiga dalam menjinakkan militer.

Padahal sejak 1947, banyak orang yang skeptis terhadap pembangunan demokrasitisasi di India. Kritikan baik dari luar maupun dari dalam sendiri beranggapan kalau India tidak akan bertahan lama dengan proses demokratisasinya cepat atau lambat. Mereka berargumentasi bahwa kerumitan sistem kasta, agama, perbedaan bahasa dan suku, bersandingan dengan kemiskinan, hirarki struktur sosial yang kaku, dan perbedaan tingkat kesejahteraan akan menggagalkan proses demokrasi itu sendiri. Luasnya dan beranekaragamnya masyarakat India dianggap sebagai hambatan untuk mencapai kesuksesan dalam berdemokrasi. James Manor dalam artikelnya “Why Liberal and Representative Politics Emerged in India.” menjelaskan India sebagai “Negara yang paling heterogen dan masyarakat yang paling kompleks di dunia, mewakili agama, bahasa, dan konflik sosial yang masih eksis.”

Akan tetapi keraguan tersebut dapat ditepis. Enam puluh lima tahun setelah kemerdekaan, demokratisasi di India berdiri tegap dan bersemangat, hadir sebagai kekuatan konsolidasi demokrasi di negara dunia ketiga tanpa transisi kekuasaan yang berdarah-darah. India berhasil membalikkan ketidakmungkinan menjadi mungkin di masyarakat yang multietnik. Pendiri bangsa ini, berhasil menepis sikap skeptis akan demokratisasi di India. Sikap optimisme pernah disampaikan Nehru tentang masa depan India dalam pidatonya di malam kemerdekaanya. Bahwa “India harus dibangun dengan cita-cita mulia akan kebebasan dan kehormatan sehingga semua memiliki kesempatan yang sama di negeri ini.” Hal Ini jugalah yang memotivasi setiap masyarakat India yang berasal dari berbagai macam latar belakang sosial untuk memiliki kesadaran politik populer yang lazim disebut dengan gerakan sosial, untuk mengambil bagian dalam proses demokratisasi.

Meskipun, ketegangan antara pusat dan daerah terus terjadi. Rongrongan gerakan separatisme masih mengancam dan kesenjangan ekonomi yang sangat lebar. Kompetisi politik yang terbelah berdasarkan identitas. India tetap utuh dan bangkit sebagai negara dengan kekuatan ekonomi yang diperhitungkan saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun