Mohon tunggu...
Marcko Ferdian
Marcko Ferdian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pencinta Monokrom dan Choir

Love what you have || Kompasianer pemula

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Kebudayaan dalam Panggung Debat Capres Apakah Kurang Dielaborasi?

8 Februari 2024   01:19 Diperbarui: 8 Februari 2024   01:27 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah Anda pernah bertanya-tanya mengapa isu kebudayaan sering kali terabaikan dalam diskusi politik? 

Mengapa ketika kita membicarakan kebijakan publik, masalah-masalah budaya seringkali tidak diberi perhatian yang layak?

Isu kebudayaan seringkali terabaikan dalam arena politik karena dianggap sekadar sebagai pelengkap, bukan prioritas.

Namun, pemahaman yang demikian terlalu sempit karena kebudayaan memiliki peran yang krusial dalam pembangunan suatu bangsa.

Lebih dari sekadar aspek tambahan, kebudayaan memiliki potensi untuk menjadi kendali terhadap dinamika politik, terutama saat kebijakan praktisnya mengabaikan aspek kemanusiaan.

Identitas yang Tidak Bisa Ditawar

Dari sudut pandang kebijakan, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan menjadi tonggak utama yang mengatur perlindungan, pemeliharaan, dan penggalakan kekayaan budaya Indonesia.

Undang-undang ini memberikan pengakuan resmi terhadap keragaman budaya yang ada di masyarakat Indonesia, sambil menegaskan bahwa kebudayaan merupakan salah satu tiang kokoh dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dengan lebih dari 700 suku bangsa dan bahasa serta adat istiadat yang diakui dan dihormati di Indonesia, Undang-Undang ini menegaskan bahwa kebudayaan adalah identitas utama bangsa Indonesia dan merupakan prioritas yang tidak bisa ditawar.

Ada yang menarik tentang kebudayaan. Yaitu ketika dalam debat kelima, isu ini dirasa kurang dielaborasi para kandidat Capres, sehingga menimbulkan pertanyaan mengenai cara pandang pasangan Capres tentang isu tersebut.

Pasangan Capres Pemilu 2024/Sumber: https://asset-2.tstatic.net
Pasangan Capres Pemilu 2024/Sumber: https://asset-2.tstatic.net

Cara Pandang Paslon Terhadap Isu Budaya

Pasangan calon presiden Indonesia memegang peran kunci dalam penentuan arah kebijakan negara terkait dengan pemeliharaan kebudayaan. Mereka harus menghadapi tantangan globalisasi dengan memastikan keberagaman budaya Indonesia tetap terlindungi dan dihargai.

Dalam persaingan politik, bisa saja terjadi beberapa pasangan calon menonjolkan upaya untuk memperjuangkan hak-hak budaya suku-suku tertentu yang memang memerlukan perhatian serius. Sementara yang lain mungkin lebih menekankan pentingnya mempromosikan kebudayaan sebagai bagian integral dari identitas nasional yang kokoh.

Dalam panggung perpolitikan, dari dua hal tersebut sepertinya opsi kedua paling sering dilakukan, yaitu pentingnya mempromosikan kebudayaan itu sebagai identitas nasional saja.

Tidak salah memang, tetapi apakah dengan demikian, masalah kebudayaan ini menjadi perhatian mereka nantinya ?

Padahal pandangan dan komitmen calon presiden terhadap kebudayaan akan sangat mempengaruhi langkah-langkah yang mereka ambil dalam melestarikan dan memajukan kekayaan budaya Indonesia.

Realita Isu Kebudayaan

Dalam era globalisasi dan modernisasi, tantangan terhadap pemeliharaan kebudayaan semakin kompleks.

Globalisasi diikuti arus budaya asing yang masuk dan menyebar dapat mengikis nasionalisme terhadap budaya sendiri. Sementara teknologi mengubah cara masyarakat berinteraksi dengan warisan budaya mereka.

Namun, penting untuk diingat bahwa kebudayaan harus menjadi fondasi dari setiap kebijakan pembangunan yang dilakukan di Indonesia.

Kebudayaan memiliki peran strategis yang tidak bisa diabaikan bagi sebuah bangsa. 

Oleh karena itu, pasangan calon presiden harus dapat menemukan keseimbangan yang tepat antara memperbarui kebudayaan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, sambil tetap memelihara nilai-nilai tradisional yang telah mengakar dalam masyarakat.

Ilustrasi ketiga Capres/By Edward Ricardo/Sumber: https://akcdn.detik.net.id
Ilustrasi ketiga Capres/By Edward Ricardo/Sumber: https://akcdn.detik.net.id

Perhatian Pasangan Capres Terhadap Isu Kebudayaan

Dari panggung debat Capres, sepertinya masing-masing Paslon punya visi misi tersendiri sebagai terobosan kebudayaan untuk menjawab isu tersebut.

Jika muncul dugaan isu kebudayaan kurang mendapat panggung dalam debat kelima sehingga memunculkan beragam pertanyaan apakah itu berarti Indonesia tidak memiliki masalah kebudayaan yang perlu disikapi? Atau malah isu kebudayaan selama ini kurang mendapatkan perhatian sehingga luput dalam diskusi-diskusi kebijakan?

Rasa-rasanya, tidak juga sebab diskusi dan perhatian terhadap isu kebudayaan dalam konteks kebijakan menunjukkan keberlangsungan yang signifikan.

Berbagai diskusi dan kebijakan yang membahas beragam aspek kebudayaan, seperti revitalisasi kawasan cagar budaya nasional dan peran budayawan dalam interaksi dengan calon presiden telah dilakukan.

Selain itu, analisis terkait visi-misi pasangan calon presiden-wakil presiden pada Pemilihan Umum 2024 juga memberikan pandangan yang kaya terkait kebudayaan.

Pemerintahpun telah menyusun strategi kebudayaan nasional melalui serangkaian diskusi yang melibatkan ribuan partisipan.

Langkah-langkah konkret untuk pemajuan kebudayaan, termasuk pemeliharaan dan pengamanan objek kebudayaan, juga telah diatur dan diterapkan.

Sehingga, isu kebudayaan memang mendapatkan perhatian dalam diskusi-diskusi kebijakan.

Pada akhirnya Kebudayaan adalah warisan yang harus dijaga, bukan hanya bagi generasi saat ini, tetapi juga bagi generasi mendatang. 

Oleh karena itu, visi dan komitmen dari pasangan calon presiden sangatlah penting dalam memastikan keberlangsungan kekayaan budaya bangsa ini. 

Dengan memberikan perhatian yang layak pada pemeliharaan kebudayaan Indonesia, secara bersama kita dapat melindungi dan memperkaya warisan yang telah ditinggalkan oleh nenek moyang kita.

Sumber:
[1],[2],[3],[4],[5]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun