Kalau berkunjung ke Jogjakarta, dan dalam perjalanan ke arah bandara Adisutjipto, ada pasar Sambilegi di sebelah kiri jalan setelah lampu merah perempatan ringroad-jalan solo, di depan pasar tersebut sering ada mobil pickup yang biasanya menjajakan beragam tanaman hias. Kelihatannya apik gitu, saat sang penjual menyusun berbagai macam warna bunga menjadi pola warna yang sedap dipandang mata.
Anyway bicara masalah tanaman hias, beberapa hanya menyukai tanaman hias tanpa bunga, ada juga yang menyukai tanaman hias berbunga atau menyukai keduanya untuk koleksi mereka.Â
Salah satu tanaman hias berbunga yang menjadi favorit saya itu bunga anggrek. Alasannya sih karena kecantikan warna dari bunga tanaman hias ini.Â
Warnanya yang cerah, kemudain  pola warna yang bisa direkayasa oleh ahli genetika tanaman sedemikian sehingga warna dan bentuk mahkota bunga itu unik.
Kali ini saya ingin membagikan pengalaman ketika memelihara dan merawat bunga anggrek yang menurut beberapa literatur itu langka.Â
Untungnya dengan kecanggihan ilmu dan teknologi masalah ini bisa diatasi sehingga kata langka ini tidak memberi kesan seram. Sebab dengan bioteknologi jenis anggrek ini bisa diperbanyak secara in vitro.
Anggrek itu adalah anggrek larat, atau bahasa daerah disebut bunga lelemuku. Kecantikan bunga ini ada pada warnanya yang cerah dari ungu pekat sampai ungu pucat. Karena jenis ini terdapat banyak di tempat saya sehingga menjadi incaran para pemburu bunga.Â
Sebagai tanaman yang hidupnya epifit, sudah tentu cara memelihara dan merawatnya cukup berbeda dari tanaman hias lainnya. Setidaknya ada dua hal dari pengalaman memelihara dan merawat anggrek larat ini. Penjelasannya sebagai berikut
Penyiapan Media Tanam