[caption id="attachment_321535" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Membaca tulisan dari ibu Rose mengenai perbedaan pendidikan remaja di Indonesia dengan di Aussie, dimana ibu Rose menetap, menginspirasikan saya menuliskan pengalaman saya soal satu ini pula. Walaupun saya tinggal di NZ dan bukan di Aussie, tapi kurang lebih saya yakin tidak jauh berbeda mengenai soal yang satu ini. Di NZ semua penduduknya di ijinkan untuk boleh bekerja semenjak mereka berusia di atas 15 tahun. Tentu saja saat pelajar yang baru berusia 15 tahun ini tidak bisa langsung mendapatkan pekerjaan penuh waktu, atau full time. Yang di maksud full time di sini yaitu yang berdurasi 30 jam atau lebih dalam seminggunya. Jadi mereka hanya mendapat ijin untuk bisa bekerja maksimum 20jam seminggunya. Hal ini juga berlaku buat pelajar dari luar yang sedang belajar di sini pula. Gaji yang mereka dapat juga berbeda dengan gaji standar buat pekerja umumnya. Dalam tulisan ibu Rose, di jelaskan keuntungan atau sisi positif dari pola didik ini yaitu anak2 menjadi belajar untuk mau bekerja dan menghasilkan pendapatan sendiri. Hal ini benar sekali. Namun dari setiap kejadian atau pelajaran ada sisi positif tentu ada sisi negatifnya pula. Apa sih sisi negatif dari pola didik ini?? Siapa sih yang tidak terpengaruh oleh uang?? Apalagi anak2 yang tadinya cuma mendapatkannya dari orang tuanya sekarang sudah bisa emnghasilkan sendiri. Setelah mereka sudah emnghasilkan mereka tentu beranggapan kalau itu adalah hak mereka utnuk menggunakannya. Jadilah mereka mengguankan uang penghasilan mereka ini untuk hal2 yang kurang baik, seperti minuman keras, rokok, drugs, dsb. Apa itu saja ke negatifannya?? Tentu tidak. Karena mereka sudah mengenal uang, maka tidak banyak dari mereka yang berpikir untuk melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang yang lebih tinggi. Biasanya mereka beralasan utnuk break 1 tahun setelah mereka lulus dari high school/college (SMA) ini, namun kebanyakan malah mereka lupa dan banyak pula yang malah memilih OE (bekerja di luar negeri). Jangan heran kalau para orang ta di sini merasa tanggung jawab mereka terhadap anak2 mereka berhenti setelah mereka berusia di atas 18 tahun. Yup karena setelah 18 tahun mereka sudah di anggap sebagai orang dewasa dan mereka mendapatkan semua fasilitas2 dari pemerintah, termasuk uang cuma2 dari hasil pajak yang di kumpulkan oleh pemerintah. Jadinya orang tua sekarang yang sering meminta buah hati mereka untuk "membayar" biaya hidup kalau mereka masih mau tinggal bersama orang tua mereka. Saya sering mengatakan atau mengingatkan kepada cici dan boy, betapa beruntungnya mereka yang daddy sama maminya bisa melihat dan mengobservasi dari dua sisi pola pendidikan yang berbeda sekali. Dimana di Indonesia, anak2 selalu di pacu untuk belajar, belajar dan belajar...urusan lainnya di usahakan oleh orang tua dengan mempekerjakan orang lain (mungkin tidak semua, tapi ini yang saya alami dan lihat dari lingkungan sekitar saya). Sedang di sini, orang tuanya bisa saya katakan keras bahkan kelewatan sampai harus meminta anak untuk membayar biaya hidup bersama mereka. Namun sekali lagi....kitanyalah yang harus bisa belajar mengatasi dan mengatur yang terbaik semuanya buat keluarga kita. Kalau ditanya bagaimana kita akan membimbing dan mendidik mereka saat mereka dalam situasi ini nantinya, saya selalu mengatakan kepada cici dan boy...mereka harus tahu situasi kerja...tapi kerjalah yang sesuai dengan kesukaan mereka dan juga bidang yang mereka pelajari. Maksudnya?? Misalnya, si cici yang mau jadi guru dan punya pengalaman jadi kepala perpustakaan di sekolah...saya sarankan ke dia untuk ambil part time di perpustakaan. Walaupun tidak di bayar...namun dia bisa belajar dan mendapat ilmu sebagai pengganti uang. Atau misalnya si boy yang suka otomotif, saya akan sarankan dia kerja part time dan suka rela di bengkel untuk menunjang ilmu dan hobi dia ini. Inilah yang saya sering katakan sebagai seninya jadi orang tua. Harus bisa observe lingkungan sekitar dan menerapkannya dalam membimbing dan mendidik buah hati kita. Apa daddynya cici dan boy dulu pernah volunteer dan bekerja seperti yang akan di terapkan kepada mereka ini?? Tentu saja pernah. Saya akan ceritakan pengalaman saya dulu nanti, soalnya sekarang mau ngangkatin jemuran dan vaccum rumah dulu . See yaaaa....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H