Melihat cici dan boy berantem bukanlah hal yang aneh buat saya. Walau sebenarnya mereka bukan berantem dalam arti benar pukul2an, tapi lebih ke arah ingin membalas pihak lain yang memulainya terlebih dahulu. Seperti cici yang tadi kecakar sama si boy, maka dia mengejar2 si boy atau juga saat si boy di kelitikin sama si cici...tentu saja si boy ingin meminta pembalasannya.
"Berapa kali daddy harus bilangin...kalau mau main gak usah teriak2 dan panggil daddy2 terus" kata saya kepada si boy yang di kejar2 cicinya. Terus saja si boy di kejar2 dan memanggil2 saya sehingga membuat berisik. "Ok...kamu berdua sini" kata saya kepada mereka sembari menyuruh mereka duduk di sofa. "Sekarang gandengan tangan kamu dua2nya" saya memerintahkan mereka bergandengan tangan satu sama lainnya. Yup...saya memang lagi menghukum mereka.
"Daddy aku mau ke toilet" kata si boy. Saya menyetujui. Si cici tentu saja ikut bersama dia, tapi tidak ke toiletnya tentunya. Saat si boy selesai, saya mendengar mereka berbisik2 saat sama lainnya...kemudian lari ke loteng. Tidak lama kemudian mereka kembali ke tempat hukuman mereka, di sofa. Dan saya mendeganr mereka berbisik2 kembali.
Tanpa mereka sadari, saya memperhatikan mereka berdua yang sudah tidak lagi bergandengan tangan tapi sudah ketawa2 kecil dan berbisik2 pula. Setelah beberapa saat si boy menyadari kalau daddynya mengamati mereka, sehingga dia tersenyum-senyum kecil. Tentu saja cicinya akhirnya menyadarinya pula.
"Ayo bilang daddy...apa yang kamu bisik2 tadi??" saya mengorek informasi dari mereka. "Nothing" jawab mereka bersamaan. "Really?? Ok kalau tidak kasih tahu hukumannya amsih berlangsung deh" kata saya sembari ketawa kecil karena melihat mereka cekikikan. "Ok kalau kita kasih tahu, daddy nggak hukum kita lagi kan??" si boy menawar. Dan saya menyetujuinya.
"Cici menganjurkan untuk kita berdua ke atas sehingga tidak lagi di hukum sama daddy" si boy membocorkan rahasianya. "But I told him to cancel it" si cici membela diri. "Malah dia bilang ayo kita ke atas sekarang dong" cici meneruskan bocorannya. Akhirnya mereka berdua ketawa2 kecil karena ketangkep basah sama daddynya.
"Kalau kamu bisa bermain dan akur kan daddy gak bakal hukum kalian" kata saya ke mereka. "Daddy pusing kalau dengar kalian bermain tapi teriak2, itu bukan main namanya" saya memberi penjelasan. "Dasar nih otaknya memang kayak maminya yang cemen" kata saya ke cici sembari mengelitikin dia. "Dan ini juga nih si cheeky monkey" giliran si boy yang saya kerjain. Selanjutnya yah seperti baisa...daddynya di serang sama mereka berdua deh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H