"Boy...tuh kan kamu kalau semalam practise, paginya gitar kamu jadi bagus. Nggak stuck2 melulu setiap kali di tanya sama Peter (guru les gitarnya boy)" kata saay dengan bangga ke si boy. "Daddy, kenapa sih daddy selalu push boy untuk practise gitar walaupun si boy tidak suka??" tanya si cici kemudian. "Karena daddy mau dia bisa juga bermain alat musik" saya menjawab. "Tapi kan boy tidak enjoy dalam hal bermusik" lanjut si cici lagi.
"Memangnya ada anak yang senang setiap kali di suruh belajar??" tanya saya ke si cici kali ini. Cici berpikir sejenak lalu menggelengkan kepala. "Setiap anak pasti maunya bermain ci, and that's natural" saya menjelaskan. "Tapi apa berarti daddy harus membiarkan kamu sama boy kalau kalian tidak mau belajar juga??" tanya saya lagi.
"Daddy tahu talenta kamu yang sangat besar di di musik, tari dan seni. Dan juga talenta si boy yang lebih ke arah berpikir dan berdiplomatis. Begitu juga daddy tahu kekurangan2 kamu berdua" kata saya lagi. "Makanya daddy mensupport semua kelebihan2 kamu dan juga berusaha untuk mengurangi atau memperbaiki sedikit atau banyak dari kekurangan2 kamu" lanjut saya.
"Untuk saat ini daddy memberikan semua dasar2 pengetahuan dan pelajaran yang bakal di butuhkan oleh kamu berdua dalam hal akademis di sekolah. Nah setelah kamu bisa memilih dan menentukan bidang yang akan kamu pilih untuk masa depan kamu, tentunya daddy akan memberi tanggung jawab sepenuhnya untuk kamu yang menentukannya, namun bukan berarti kamu tidak boleh berdiskusi dengan daddy lho" saya meyakinkan mereka.
Hhmmm asli bangga juga punya cici yang kritis dan mau "menantang" daddynya. Karena dari tantangan dia ini berarti cici dan boy bisa belajar pola pikir dan alasan daddynya dalam hal membimbing dan mendidik mereka berdua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H